IHSG Naik 0,26% Pada Selasa (16/1) Kemarin, Investor Asing Catat Pembelian Bersih (Net Buy) Sebesar Rp1,63 T
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,26% atau naik 18,78 poin ke 7.242,78 pada perdagangan Selasa (16/1) kemarin. Penguatan ini membalikkan pelemahan yang terjadi pada Senin sebesar -0,24%.
Minat asing di pasar saham terpantau kian deras. Sepanjang perdagangan kemarin, investor asing mencatatkan aksi beli bersih atau net buy sebesar Rp1,63 triliun di pasar nego, tunai, dan reguler. Jumlah ini meningkat tajam dibandingkan net buy pada hari sebelumnya yang hanya sebesar Rp185 miliar.
Tiga saham teratas yang paling banyak diincar investor asing kemarin masih berasal dari banking big caps, atau perusahaan perbankan besar.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) paling diminati dengan nilai transaksi pembelian asing mencapai Rp232,1 miliar. Disusul oleh PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang turut diminati dengan pembelian sebesar Rp144,5 miliar, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang juga masuk dalam radar investor asing dengan nilai transaksi sebesar Rp109,3 miliar. (CNBC Indonesia)
Pemerintah “Menyerap” Rp24 Triliun dari Lelang Surat Utang Negara (SUN)
Pada Selasa (16/1) kemarin, pemerintah Indonesia melangsungkan lelang Surat Utang Negara (SUN) dengan hasil yang memenuhi target. Akan tetapi, terdapat catatan bahwa seri obligasi benchmark 10 tahun tidak sepopuler tenor lima tahun.
Menurut data dari Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), total penawaran yang masuk, baik dari investor asing maupun lokal, mencapai sebesar Rp67,56 triliun. Capaian ini mencatat rekor tertinggi sejak 31 Januari 2023.
Tak hanya itu, minat investor asing juga melonjak tinggi, hampir dua kali lipat dibandingkan lelang sebelumnya yang mencapai Rp12,34 triliun dengan nilai serapan sebesar Rp4,69 triliun.
Peningkatan minat asing untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) menandakan bahwa Indonesia tetap menarik bagi para investor, meskipun situasi politik tengah memanas. Besarnya investasi asing yang masuk berpotensi menopang penguatan rupiah.
Dari total nilai penawaran tersebut, pemerintah berhasil menyerap dana sebesar Rp24 triliun, sesuai dengan target indikatif yang telah direncanakan. Nilai ini juga mencatat rekor tertinggi sejak awal tahun 2023. (CNBC Indonesia)
Apakah Bank Indonesia Akan Tetap Mempertahankan Tingkat Bunga BI di 6,00%?
Pada hari Rabu (16/1) dan Kamis (17/1) Dewan Gubernur Bank Indonesia akan mengadakan Rapat Dewan Gubernur BI pertama di tahun 2024. Salah satu agenda utama dalam rapat tersebut adalah membahas tingkat bunga BI (BI Rate), yang telah bertahan pada level 6,00% sejak bulan Oktober 2023.
Konsensus pasar yang dikumpulkan oleh CNBC Indonesia dari 10 lembaga atau institusi menunjukkan perkiraan mutlak bahwa Bank Indonesia akan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) pada level 6,00%.
Apabila BI rate benar-benar kembali ditahan di level 6%, ini menjadi kali ketiga BI menahan di level tersebut setelah sebelumnya BI menaikkan suku bunga pada Oktober 2023 sebesar 25 basis poin (bp) dari 5,75%. (CNBC Indonesia)
Wall Street Melemah, Dolar Menguat, dan Imbal Hasil (Yield) US Treasury Naik Karena Perubahan Prospek Suku Bunga AS
Saham-saham AS melemah pada Selasa (16/1) lalu. Sementara itu, dolar menguat, seiring adanya peringatan bahwa pasar mungkin terlalu mengharapkan penurunan tingkat bunga oleh Federal Reserve AS dalam waktu dekat.
Aksi jual besar-besaran menyebabkan ketiga indeks saham utama AS mengalami pelemahan, sementara greenback (dolar) menguat dan imbal hasil obligasi pemerintah AS naik ke level tertinggi sejak pertengahan Desember.
Kekhawatiran muncul terkait kemungkinan Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga pada bulan Maret, dan hari Selasa menjadi momentum dimana investor mulai meragukan kemungkinan langkah tersebut.
Akibatnya, imbal hasil (yield) US Treasury mengalami kenaikan karena sentimen bullish dari minggu sebelumnya berkurang, dan para gubernur bank sentral menolak ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar.
Obligasi dengan tenor 10 tahun mengalami penurunan harga, mencapai 4,0676% dari 3,95% pada akhir Jumat. (Reuters)
Rekomendasi:
- Untuk investasi sampai dengan 1 tahun, investor dapat mempertimbangkan untuk meletakkan alokasi di reksa dana pasar uang (RDPU). RDPU memiliki risiko terendah dan menghasilkan return yang lebih tinggi dari bunga deposito bank.
- Untuk investasi lebih dari 1 tahun, investor dapat mempertimbangkan menambah investasi di reksa dana berbasis saham, khususnya reksa dana indeks saham karena portofolionya terdiri dari saham-saham berkapitalisasi besar dan menjadi pilihan saham (stock picking) investor asing.
- Yield (imbal hasil) obligasi rupiah khususnya yang bertenor panjang (10 tahun ke atas) masih volatile. Kinerja reksa dana pendapatan tetap juga masih akan volatile dalam jangka pendek, sehingga tidak tepat untuk berinvestasi jangka pendek di reksa dana pendapatan tetap, kecuali yang portofolionya berdurasi pendek dan volatilitasnya sangat rendah. Berinvestasi di reksa dana pasar uang juga disarankan karena kinerjanya ditopang oleh masih tingginya yield obligasi yang ada di dalam portofolio reksa dana pasar uang.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), memperoleh izin dari dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy, namun PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian tulisan ini atau kelalaian dari atau kerugian apapun yang diakibatkan dari penggunaan tulisan ini. Pendapat yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Pembaca tulisan ini diwajibkan membaca prospektus dan memahami produk yang akan dibeli atau dijual sebelum melakukan transaksi pembelian dan/atau penjualan. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja yang akan datang.