SBN Seri ORI025 Mulai Ditawarkan Secara Publik
Hari ini, Senin 29 Januari 2024, Kementerian Keuangan membuka penawaran Obligasi Ritel Indonesia atau ORI seri ORI025 bertenor 3 tahun (ORI025T3) dengan kupon 6,25% per tahun dan bertenor 6 tahun (ORI025T6) dengan kupon 6,40% per tahun.
Kupon ORI025 dibayarkan secara bulanan kepada pembeli atau investor. Kupon pertama akan dibayarkan pada 15 April 2024 dan akan dibayarkan setiap tanggal 15 setiap bulan.
Minimum pemesanan ORI025 untuk kedua tenor adalah Rp1 juta. Sementara itu, maksimal pemesanan adalah Rp5 miliar untuk ORI025 bertenor tiga tahun, dan Rp10 miliar untuk tenor 6 tahun.
Dinamika Aliran Modal Asing di Minggu Keempat Januari 2024, Berita Bank Indonesia 26 Januari 2024
Pada 26 Januari lalu, Bank Indonesia memberitakan bahwa premi CDS Indonesia 5 tahun per 25 Januari 2024 berada di level 74,11 bps (basis poin). Angka ini naik dibandingkan 19 Januari yang sebesar 73,13 bps.
Berdasarkan data transaksi 22–25 Januari 2024, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih sebesar Rp 3,20 triliun di pasar keuangan domestik.
Penjualan ini terdiri dari penjualan bersih Rp3,31 triliun di pasar SBN, Rp0,52 triliun di pasar daham, dan Rp0,41 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Sementara itu, berdasarkan data setelmen s.d. 25 Januari 2024, investor asing tercatat melakukan pembelian bersih sebesar Rp7,11 triliun di pasar SBN, Rp7,35 triliun di pasar saham, dan Rp18,92 triliun di SRBI.
Berita ini memberikan sinyal bahwa pergerakan saham, obligasi dan kurs masih bergerak volatile. Penyebab utamanya adalah belum dapat dipastikannya US Fed akan menurunkan tingkat bunga US dalam waktu dekat ini, sehingga investor global masih memilih menempatkan investasinya di AS yang memberikan return atau yield yang lebih menarik disbanding negara-negara berkembang (emerging markets), termasuk Indonesia.
Harga Emas Masih Volatile
Harga emas masih berada pada kisaran yang ketat pada hari Jumat dan menuju minggu kedua berturut-turut di zona merah, karena antisipasi terhadap sinyal lebih lanjut mengenai suku bunga AS yang masih belum menentu. Hal ini membuat para pedagang memilih untuk wait and see atas data inflasi utama dan pertemuan Federal Reserve di akhir minggu ini.
Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan Minggu Ini (29 Jan – 2 Feb 2024)
Fundamental ekonomi Indonesia pada dasarnya kuat. Hal ini ditandai dengan inflasi di bawah 3%, PMI Index terakhir berada di angka 52,2–menggambarkan aktivitas industri yang baik, dan neraca perdagangan yang surplus lebih dari 30 bulan berturut-turut.
Meskipun demikian, terdapat faktor-faktor eksternal yang sangat mempengaruhi pergerakan pasar saham, obligasi, emas dan nilai tukar Rupiah terhadap USD. Faktor-faktor ini antara lain:
- US Federal Open Market Committee Meeting tanggal 31 Januari. Jika Fed memutuskan tingkat bunga tidak turun, maka volatilitas pasar saham, obligasi dan nilai tukar dalam rentang yang lebar masih akan berlanjut. Harga saham masih akan tertekan. Demikian juga dengan harga obligasi dan nilai tukar.
- Data Job Report AS yang akan dirilis Jumat, 2 Februari 2024. Pasar berekspektasi bahwa lowongan pekerjaan di AS melambat atai melemah. Ini memberi harapan bahwa inflasi AS bisa turun, karena turunnya lowongan pekerjaan akan membuat belanja masyarakat turun, dan akan menekan inflasi.
Komentar:
- Sepanjang tahun 2023, pertumbuhan ekonomi AS berada di level 4,9%. Hal ini mengindikasikan bahwa ekonomi AS masih kuat. Karena itu, ekspektasi mengenai turunnya inflasi AS ke angka 2% (setelah berada di angka 3,4% pada Desember 2023), dan ekspektasi penurunan tingkat bunga AS di bulan Maret 2024 menjadi sirna.
- Berkurangnya ekspektasi turunnya inflasi dan penurunan tingkat bunga AS menjadikan harga obligasi dan saham masih akan volatile dalam jangka pendek.
- Tingkat bunga rupiah masih akan bertahan di tingkat saat ini, yaitu 6,0%, untuk mempertahankan nilai rupiah terhadap USD, membuat yield obligasi tetap tinggi, dan menahan kenaikan harga saham.
Rekomendasi:
- Untuk investasi sampai dengan 1 tahun, investor dapat mempertimbangkan untuk meletakkan alokasi di reksa dana pasar uang (RDPU). RDPU memiliki risiko terendah dan menghasilkan return yang lebih tinggi dari bunga deposito bank.
- Untuk investasi lebih dari 1 tahun, investor dapat mempertimbangkan menambah investasi di reksa dana berbasis saham, khususnya reksa dana indeks saham karena portofolionya terdiri dari saham-saham berkapitalisasi besar dan menjadi pilihan saham (stock picking) investor asing.
- Yield (imbal hasil) obligasi rupiah khususnya yang bertenor panjang (10 tahun ke atas) masih volatile. Kinerja reksa dana pendapatan tetap juga masih akan volatile dalam jangka pendek, sehingga tidak tepat untuk berinvestasi jangka pendek di reksa dana pendapatan tetap, kecuali yang portofolionya berdurasi pendek dan volatilitasnya sangat rendah. Berinvestasi di reksa dana pasar uang disarankan karena kinerjanya ditopang oleh masih tingginya yield obligasi yang ada di dalam portofolio reksa dana pasar uang.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), memperoleh izin dari dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy, namun PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian tulisan ini atau kelalaian dari atau kerugian apapun yang diakibatkan dari penggunaan tulisan ini. Pendapat yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Pembaca tulisan ini diwajibkan membaca prospektus dan memahami produk yang akan dibeli atau dijual sebelum melakukan transaksi pembelian dan/atau penjualan. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja yang akan datang.