Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 25 April 2024:
IHSG Terkoreksi -0,27% Hari Kamis Kemarin
IHSG terkoreksi -19,24 poin atau -0,27% menuju 7.155,29, dengan nilai transaksi Rp14,9 triliun.
Investor asing tercatat melakukan penjualan bersih (nett sell) Rp1,3 triliun. Saham yang paling banyak dijual adalah BBRI (-1,44%)dan BBCA (-1,76%). Sentimen negatif karena melemahnya Rupiah dan naiknya BI Rate mendominasi penyebab turunnya IHSG. (CNBC Indonesia)
Rupiah Melemah ke 0,22% ke 16.185 Kamis Kemarin
Rupiah hari Kamis kemarin berakhir di posisi Rp16.185/USD, melemah 0,22% dalam sehari.
Pelemahan Rupiah terjadinya karena US Dollar Index menguat terhadap berbagai mata uang dunia. Sejak awal tahun, US Dollar Index menguat lebih dari 4%, karena data ekonomi US yang tetap kuat dan inflasi tetap tinggi sehingga menurunkan harapan turunnya suku bunga USD di tahun 2024 ini.
Wall Street Turun Setelah Rilis Data PDB
Saham-saham AS melemah tajam pada hari Kamis, setelah rilis data angka PDB AS baru-baru ini yang menunjukkan perekonomian melambat tajam dan tekanan harga meningkat.
S&P 500 kehilangan 1,4%, Dow Jones tenggelam 540 poin (-0,98%) dan Nasdaq turun 2,2%, Perekonomian AS tumbuh sebesar 1,6% secara tahunan pada kuartal pertama tahun 2024, di bawah perkiraan sebesar 2,5% namun harga Personal Consumption Expenditure (PCE) inti meningkat sebesar 3,7%, di atas ekspektasi.
Selain itu, laporan pendapatan yang mengecewakan dari perusahaan seperti Meta dan IBM memberikan tekanan lebih lanjut pada investor.
Meta merosot sekitar 15% setelah perusahaan mengeluarkan panduan pendapatan yang lemah untuk kuartal kedua, yang melebihi hasil kuartal pertama yang lebih baik dari perkiraan. IBM juga mengalami penurunan hampir 8% setelah kehilangan pendapatan.
Yield (Imbal Hasil) US Treasury 10 Tahun Capai Level Tertinggi Dalam Setengah Tahun Terakhir
Yield obligasi Treasury AS bertenor 10-tahun naik di atas 4,7%, tertinggi sejak awal bulan November, karena data terbaru mendorong para pedagang untuk mengurangi ekspektasi mereka mengenai waktu penurunan suku bunga The Fed, dan sekarang sepenuhnya berhap terjadinya penurunan suku bunga US pertama kalinya pada bulan Desember mendatang.
Di satu sisi, perekonomian AS tumbuh jauh lebih rendah dari perkiraan pada kuartal pertama., Namun, di sisi lain, tekanan inflasi tetap tinggi.
Perekonomian AS tumbuh sebesar 1,6% secara tahunan pada kuartal pertama tahun 2024, terendah sejak kontraksi pada kuartal kedua tahun 2022. Angka ini beradadi bawah perkiraan sebesar 2,4%.
Namun, di lain pihak, indeks harga PCE inti melonjak sebesar 3,7% di Q1-2024, meningkat dari kenaikan sebesar 2% pada periode tiga bulan sebelumnya (Q4-2023) dan di atas perkiraan sebesar 3,4%. Terakhir, klaim pengangguran AS turun ke level terendah dalam 2 bulan, menggarisbawahi kekuatan pasar tenaga kerja.
Ulasan
- Data PDB AS terakhir yang menunjukkan pelemahan namun dilain pihak data pengangguran tetap rendah dan PCE masih tinggi membuat uncertainties (ketidak pastian) masih tinggi dan membuat pasar keuangan di seluruh dunia menjadi tetap volatile, termasuk Indonesia.
- Fundamental ekonomi Indonesia masih tetap solid, inflasi 3,05% masih terjaga di rentang target Bank Indonesia 2,5% + 1%, cadangan devisa masih cukup besar di level USD150 Milyar, pertumbuhan ekonomi 5% dan berbagai indikator lainnya.
- Walaupun BI Rate dinaikkan sebesar 0,25% namun Rupiah tidak akan otomatis menguat signifikan dan masih akan volatile dalam jangka pendek, harga-harga saham masih akan volatile, namun kenaikan yield obligasi akan sedikit terkoreksi karena kenaikan sebelum terjadinya kenaikan BI Rate dinilai berlebnihan.
- IHSG masih akan volatile dalam jangka pendek dengan trend positif untuk jangka menengah dan panjang.
Rekomendasi:
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk overweight/memperbanyak investasi di reksa dana pasar uang.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan keuangan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
- Harga-harga saham masih akan volatile dalam jangka pendek, investor melakukan kalkulasi ulang dampak dari kenaikan BI Rate terhadap kinerja perusahaan.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), yang memperoleh izin dari dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas, baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Namun, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian tulisan ini atau kelalaian dari atau kerugian apapun yang diakibatkan dari penggunaan tulisan ini. Pendapat yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Pembaca tulisan ini diwajibkan membaca prospektus dan memahami produk yang akan dibeli atau dijual sebelum melakukan transaksi pembelian dan/atau penjualan. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja yang akan datang.