tanamduit menawarkan investasi TERAMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Investasi di SBN seri ST012, investasi syariah yang 100% AMAN dijamin negara!
Sekarang adalah saat yang tepat untuk investasi ST012 di tengah ketidakpastian global. Masa penawaran ST012 berlangsung pada 26 April-29 Mei 2024. Berikut adalah tingkat kuponnya:
- ST012-T2 tenor 2 tahun kupon 6,40% per tahun
- ST012-T4 tenor 4 tahun kupon 6,55% per tahun
Imbal hasil (kupon) ST012 floating with floor, berpotensi NAIK saat suku bunga BI naik, tapi tidak akan turun saat suku bunga BI turun! Beli ST012 di aplikasi tanamduit, bonus saldo reksadana!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 3 Mei 2024:
IHSG Naik Hari Jumat (3/5) Lalu, Menopang Kenaikan Sepanjang Minggu
Pada hari Jumat (3/5), IHSG naik 17,30 poin (0,24%) ke 7.134,72 dan melengkapi kenaikan sebesar 98,65 poin (1,40%) sepanjang minggu lalu.
Saham BBCA naik +3,14%, GOTO +4,76%, TLKM +1,28%, dan ASII +0,97%. Saham-saham ini menjadi beberapa saham berkapitalisasi besar yang menopang kenaikan IHSG di tengah tekanan global, karena menipisnya kemungkinan penurunan suku bunga AS di awal Q3 2024, bahkan sepanjang tahun.
Situasi ini membuat investor global memilih untuk berinvestasi di AS, karena imbal hasil obligasi maupun saham AS dinilai lebih menarik. Selain itu, mata uang USD juga masih kuat terhadap mata uang lainnya. (CNBC Indonesia)
Imbal Hasil (Yield) Surat Utang Negara Tenor 5 dan 10 Tahun Turun Hari Jumat (3/5) Lalu
Jumat (3/5) lalu, yield (imbal hasil) SUN 5-tahun (FR0101) turun sebesar 11 basis poin menjadi 6,91%, dan yield SUN 10-tahun (FR0100) turun sebesar 14 basis poin menjadi 6,98%.
Laporan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah oleh Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa investor asing melakukan pembelian bersih (beli neto) sebesar Rp3,06 triliun berdasarkan data transaksi tanggal 29 April–2 Mei 2024.
Berikut adalah rincian transaksi yang dilakukan investor asing:
- Beli neto sebesar Rp3,75 triliun di pasar SBN
- Jual neto sebesar Rp2,27 triliun di pasar saham
- Beli neto sebesar Rp1,58 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Pada laporan minggu sebelumnya, investor asing mencatatkan jual neto sebesar Rp2,47 triliun. Dengan demikian, sepanjang 2 minggu terakhir, tercatat adanya nett inflow (aliran modal masuk bersih) investor asing ke pasar keuangan Indonesia. (BNI Securities, Bank Indonesia)
Imbal Hasil Treasury AS 10 Tahun Turun Setelah Rilis Data Nonfarm Payrolls
Imbal hasil (yield) Treasury AS 10-tahun merosot ke angka 4,47% pada Jumat (3/5) lalu, setelah rilisnya data laporan pekerjaan yang lebih rendah dari perkiraan. Akibatnya, pasar bereaksi, mengantisipasi ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve.
Angka Nonfarm Payrolls (NPF) di AS naik sebesar 175.000 pada bulan April, jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 243.000 sehingga membuat tingkat pengangguran secara tak terduga melonjak 3,9%.
Angka ini menunjukkan bahwa pembatasan suku bunga tinggi yang dilakukan lebih dari setahun terakhir dapat berdampak lebih besar pada pasar tenaga kerja AS.
Kini, mayoritas pasar mengharapkan penurunan suku bunga dapat terjadi pada bulan September, dibandingkan dengan ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan November sebelum rilis data NFP.
Selain itu, investor juga berharap pemotongan suku bunga akan dilakukan sebanyak dua kali pada tahun ini, dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya yang hanya akan melakukan penurunan suku bunga tunggal. (Trading Economics)
Tekanan US Dollar Index Melemah, Rupiah Menguat
Nilai Rupiah menguat lebih dari 1% terhadap USD pada hari Jumat (3/5) lalu karena melemahnya tekanan US Dollar Index. Penguatan ini diperkirakan akan berlanjut pada Senin (6/5) ini, lantaran tekanan eksternal kian mereda.
Mengacu pada data yang dirilis oleh Investing, US Dollar Index (DXY) turun sekitar 1,2% dari 106,33 di tanggal 30 April 2024, ke 105,18 di tanggal 3 Mei 2024.
Yield US Treasury yang melandai juga menjadi pendorong rupiah. Pada akhir pekan, yield obligasi acuan AS juga terlihat melandai selama tiga hari beruntun dan menyentuh posisi 4,51%.
Pergerakan Saham AS: Dow Naik 1,18% Hari Jumat Yang Lalu
Saham-saham di AS melonjak naik pada hari Jumat (3/5), dipicu oleh laporan pekerjaan Nonfarm Payrolls (NPF) bulan April yang lebih lemah dari perkiraan, yang mendorong ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve ke bulan September.
S&P 500 naik 1,2%, Nasdaq menguat 2%, dan Dow Jones ditutup 450 poin atau 1,18% lebih tinggi. Sementara itu, sepanjang minggu, Dow naik 0,9%, S&P 500 naik 0,3%, dan Nasdaq naik 1,2%.
Perekonomian AS menambah 175 ribu lapangan kerja di bulan April, jauh di bawah perkiraan sebesar 243 ribu. Ini menandakan perlambatan yang signifikan dari penambahan 315 ribu lapangan kerja di bulan Maret. Selain itu, tingkat pengangguran meningkat ke level 3,9%, sementara kenaikan upah lebih kecil dari yang diperkirakan.
Ulasan
- Data terbaru Nonfarm Payrolls (NFP) di AS menunjukkan pelemahan, memperkuat harapan akan penurunan suku bunga pada bulan September 2024. Meskipun demikian, ini belum menjadi indikasi pasti bahwa inflasi AS akan segera turun ke level 2%. US Fed akan tetap sangat berhati-hati untuk menyatakan bahwa suku bunga akan turun dalam waktu dekat.
- Fundamental ekonomi Indonesia masih solid. Inflasi tetap terjaga di level 3,05%, berada dalam rentang target Bank Indonesia 2,5% + 1%. Cadangan devisa masih cukup besar, mencapai USD150 miliar. Pertumbuhan ekonomi juga tercatat sebesar 5%, dan berbagai indikator lainnya yang menunjukkan kestabilan.
- Walaupun BI Rate naik sebesar 0,25%, rupiah tidak akan otomatis menguat signifikan. Rupiah masih akan volatile dalam jangka pendek. Harga-harga saham juga masih akan volatile.
- IHSG masih akan volatile dalam jangka pendek, namun memiliki tren positif dalam jangka menengah dan panjang.
Rekomendasi:
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk overweight/memperbanyak investasi di reksa dana pasar uang.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan keuangan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
- Harga-harga saham masih akan volatile dalam jangka pendek, investor melakukan kalkulasi ulang dampak dari kenaikan BI Rate terhadap kinerja perusahaan.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), yang memperoleh izin dari dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas, baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Namun, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian tulisan ini atau kelalaian dari atau kerugian apapun yang diakibatkan dari penggunaan tulisan ini. Pendapat yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Pembaca tulisan ini diwajibkan membaca prospektus dan memahami produk yang akan dibeli atau dijual sebelum melakukan transaksi pembelian dan/atau penjualan. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja yang akan datang.