tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG turun 6 hari beruntun Kamis (19/12) kemarin.
- Harga SUN masih volatile dan yield (imbal hasil) SUN 10 tahun di atas 7%.
- Harga emas naik tipis setelah turun lebih dari 2% di hari Rabu.
- Nilai Rupiah melemah ke level 16.300 per USD.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 19 Desember 2024.
IHSG Masih Terus Melemah Imbas Proyeksi Penurunan Suku Bunga USD yang Hanya 2 kali di Tahun 2025
Kamis (19/12), IHSG kembali ditutup melemah cukup dalam, turun 130,63 poin atau -1,84% ke posisi 6.977,24. Ini adalah hari ke-6 beruntun penurunan IHSG, dengan total penurunan 6,5%.
Keseluruhan indeks sektoral melemah, dengan saham barang baku, saham kesehatan, dan saham energi menyumbang penurunan terparah, anjlok 3,63%, 2,62%, dan 2,49%.
Saham teknologi menyusul dengan pelemahan 1,88%, serta saham keuangan tergelincir 1,83%.
Merahnya IHSG dan Bursa Asia Kamis kemarin terjadi akibat sentimen hasil Pertemuan Terbuka Federal Reserve (FOMC–The Fed) dini hari tadi. Hasil pertemuan ini mempersuram prospek kebijakan suku bunga acuan global ke depan.
US Federal Reserve memangkas suku bunga acuan untuk ketiga kalinya berturut-turut, tetapi membatasi jumlah pemangkasan yang mereka perkirakan pada 2025. Hal ini menandakan kehati-hatian yang lebih besar.
US Fed kini melihat suku bunga acuan mencapai kisaran 3,75% hingga 4% pada 2025, menyiratkan pemangkasan dua kali seperempat poin persentase, menurut perkiraan median.
Efek langsungnya, bank-bank sentral di seluruh Asia menghadapi dilema besar setelah The Fed mengisyaratkan pendekatan yang lebih hawkish. Mereka harus memilih antara melawan kekuatan dolar yang mahal atau membiarkan mata uang mereka terus melemah.
Investor asing kembali mencatat transaksi net sell sebesar Rp944 milyar. Sejak awal November lalu, transaksi net sell investor asing tercatat sebesar Rp22,7 triliun.
Maraknya transaksi net sell investor asing menandakan bahwa investasi di Indonesia kalah menarik dibanding Amerika Serikat yang menawarkan nilai mata uang yang menguat, harga saham dan yield obligasi yang tren naik, dan serta country risk yang jauh lebih baik dibanding Indonesia. (Bloomberg Technoz, tanamduit)
Harga Surat Utang Negara dan Obligasi Korporasi Masih Volatile
Kamis (19/12) kemarin, harga Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi korporasi mengalami fluktuasi.
Yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 3 basis poin ke level 6,91%, sementara yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) tetap pada level 7,04%.
Volume transaksi SUN tercatat sebesar Rp8,7 triliun, lebih rendah dari hari sebelumnya Rp17,8 triliun. Nilai transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,5 triliun.
Fluktuasi harga ini dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia yang mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%, serta kebijakan eksternal dari US Federal Reserve yang memangkas tingkat suku bunga Federal Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin.
Keputusan-keputusan ini menciptakan ketidakpastian di pasar, yang berdampak pada harga dan yield SUN serta obligasi korporasi. (BNI Sekuritas)
Harga Emas Naik Tipis Kamis Kemarin Setelah Turun Lebih Dari 2% di Hari Sebelumnya
Harga emas naik mendekati USD2.600 per ons pada Kamis (19/12), kemungkinan karena pemulihan teknis setelah kehilangan lebih dari 2% pada sesi sebelumnya.
Penurunan tersebut mengikuti sinyal hawkish (kecenderungan suku bunga tinggi) dari US Federal Reserve tentang pemotongan suku bunga yang lebih sedikit di tahun depan, dengan proyeksi dot plot menunjukkan hanya dua pemotongan suku bunga pada tahun 2025, didukung oleh pertumbuhan PDB yang kuat dan inflasi yang terus-menerus.
Prospek ini telah menekan permintaan emas, karena penurunan suku bunga yang terbatas mengurangi daya tarik aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas batangan.
Kini, para pedagang akan mencermati data PDB AS dan inflasi konsumen (Price Consumption Expenditure/PCE) di minggu ini, yang selanjutnya dapat membentuk ekspektasi kebijakan moneter.
Emas telah melonjak lebih dari 27% tahun 2024 ini, menuju kenaikan tahunan terbesarnya sejak 2010.
Lonjakan emas didorong oleh pelonggaran moneter AS, permintaan safe haven yang kuat, dan pembelian yang kuat dari bank sentral di berbagai negara. (Trading Economics)
Rupiah Masih Tren Melemah
Rupiah akhirnya menjebol level Rp16.300/US$, terlemah sejak akhir Juli lalu, diterjang arus jual pemodal yang masif hari Kamis kemarin.
Mengacu data realtime Bloomberg, rupiah spot sudah diperdagangkan di level Rp16.300/US$, mencerminkan pelemahan 1,3% dan membawa rupiah sebagai valuta terlemah di Asia hingga jelang penutupan pasar di hari Kamis (19/12).
Kuatnya tekanan yang dihadapi oleh rupiah terutama karena gelombang jual yang masif berlangsung di pasar portofolio. Investor asing diduga terus melanjutkan aksi pelepasan aset, keluar dari pasar keuangan Indonesia.
Data terakhir yang dilansir oleh otoritas, nilai capital outflow selama kuartal IV-2024 hingga data transaksi 16 Desember lalu, telah mencapai US$2,4 miliar.
Dengan kurs dolar AS hari ini, angka itu setara dengan Rp39,12 triliun. (Bloomberg Technoz)
Ulasan
- Data ekonomi AS bulan November yang ditandai dengan inflasi konsumen (CPI) yang sesuai dengan ekspektasi pasar sebesar 2,70%, inflasi produsen (PPI) sebesar 3,0% yang jauh di atas perkiraan pasar (2,6%), dan meningkatnya pengangguran menjadi 4,2%, membuat pasar ragu bahwa US Fed akan menurunkan suku bunga lagi di minggu yang akan datang di pengujung tahun 2024.
- Diturunkannya suku bunga USD oleh the Fed sebesar 25 bp (basis poin) Rabu (18/12), dan dot plot 2025 yang memproyeksikan hanya 2 kali penurunan suku bunga US, menggambarkan ketidakpastian global di tahun 2025.
- Di lain pihak, Bank Indonesia juga mempertahankan BI Rate di level 6% pada Rabu, 18 Desember 2024. Pernyataan Gubernur Bank Indonesia yang bernada hawkish (suku bunga tinggi) karena masih tingginya suku bunga USD dan masih kuatnya mata uang US Dollar, juga menggambarkan masih tingginya ketidakpastian di tahun 2025.
- Harga saham di BEI masih akan tetap volatile. Butuh waktu agar harga saham kembali ke level tertinggi di atas 7.700. Demikian halnya dengan yield Surat Utang Negara.
- Harga emas diperkirakan akan volatile. Nilai emas “tarik-menarik”, antara masih akan tingginya suku bunga USD yang menahan kenaikan harga emas, dan situasi ketegangan politik yang masih tinggi di Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas, serta Hizbullah-Iran.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dibanding bunga deposito.
- Pengambilalihan kekuasaan di Syria & ketidakstabilan politik di Korea Selatan menambah ketidakpastian global. Ini membuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi semakin layak untuk menjadi portofolio lindung nilai.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.