tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- Saham bank melonjak, IHSG naik ke level 7.100.
- Penurunan BI Rate akan membuat yield SUN tetap tinggi.
- BI Rate turun, rupiah turun 2 hari beruntun.
- Harga emas naik ke level USD2.715 setelah data penjualan eceran AS lebih rendah dari ekspektasi
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 16 Januari 2025.
Saham Bank Melonjak, IHSG Naik ke Level 7.100
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,39% ke level 7.107,51 pada Kamis (16/1/2025).
Kenaikan IHSG dipicu oleh naiknya saham properti dan perbankan, setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,75% Rabu (15/1/25) lalu.
Penguatan IHSG terjadi sejak awal perdagangan. Nilai transaksi mencapai Rp13,49 triliun. Investor asing melakukan transaksi net buy sebesar Rp430 miliar, setelah di hari sebelumnya juga melakukan net buy sebesar Rp593 miliar.
Saham-saham properti dan saham-saham perbankan besar mencatatkan kenaikan signifikan, menjadi pendorong utama IHSG.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa penurunan suku bunga BI Rate bertujuan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan menjaga stabilitas rupiah. Langkah ini disambut positif oleh pasar saham, yang juga terdorong oleh ekspektasi pertumbuhan kredit yang lebih baik.
IHSG sempat mendekati level 7.200 sebelum ditutup di 7.107,52, dengan nilai transaksi sebesar Rp13 triliun. Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) turut menopang kenaikan IHSG.
Kebijakan dovish (kecenderungan penurunan suku bunga) BI mendukung penguatan saham perbankan yang mencatatkan kenaikan signifikan, termasuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
Secara sektoral, sektor properti menjadi penopang terbesar IHSG dengan kenaikan mencapai 0,95%. Positifnya sentimen pasar juga didorong oleh dinamika global dan domestik yang mempengaruhi kebijakan suku bunga BI. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)
Pemangkasan Suku Bunga BI yang Mengejutkan Akan Menyebabkan Yield SUN Tetap Tinggi
Pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang mendadak akan menekan imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia lebih rendah dalam waktu dekat, meskipun ruang untuk pergerakan berkelanjutan terbatas.
Barclays menyatakan bahwa ekspektasi baru terhadap kebijakan Federal Reserve dan kebijakan terkait Trump untuk dolar dan suku bunga AS juga akan mempengaruhi obligasi Indonesia.
BI diperkirakan akan tetap pasif hingga 2026 karena tekanan pada rupiah, yang berarti dukungan terbatas untuk obligasi pemerintah Indonesia.
Selain itu, pasokan obligasi yang lebih besar pada kuartal pertama dan peningkatan belanja fiskal saat pemerintahan baru Indonesia terbentuk menambah hambatan.
Barclays memproyeksikan imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia akan diperdagangkan pada kisaran 7,00%-7,25% di kuartal pertama, dengan potensi kenaikan hingga 7,50% jika suku bunga 10 tahun AS naik menjadi 5,00%. (Trading View)
Keputusan Mengejutkan Bank Indonesia, Rupiah Turun Dua Hari Beruntun
Rupiah Indonesia turun 0,4% ke level Rp16.383 per dolar AS, Kamis (16/01/2025) kemarin, level terendah dalam lebih dari enam bulan.
Pelemahan rupiah terjadi setelah Bank Indonesia (BI) mengejutkan pasar dengan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu (15/1/25) kemarin, yang langsung membuat Rupiah melemah terhadap USD sekitar 0,37% di hari yang sama.
Keputusan mendadak ini membuat investor terkejut, karena sebelumnya diperkirakan tidak ada perubahan kebijakan suku bunga.
Analis Barclays menyatakan bahwa keputusan BI ini tidak sesuai dengan prioritas mereka untuk menjaga stabilitas rupiah.
Mereka memperkirakan rupiah bisa terus melemah hingga Rp16.500 per dolar pada akhir kuartal pertama.
Hal ini menunjukkan tantangan yang dihadapi Bank Indonesia dalam menjaga pertumbuhan ekonomi sambil mempertahankan stabilitas mata uang mereka terhadap dolar AS yang terus menguat. (Trading Views)
Harga Emas Naik ke Level Tertinggi dalam 2 Bulan
Harga emas melonjak sekitar 0,7% ke USD2.715 per ons pada hari Kamis, (16/01/2025) kemarin, mencapai level tertinggi dalam dua bulan terakhir.
Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi bahwa US Federal Reserve akan menurunkan suku bunga tahun 2025 ini, setelah data penjualan eceran yang lebih rendah dari perkiraan pada bulan Desember yang lalu dan peningkatan klaim pengangguran pada bulan Januari.
Situasi ini mendukung pandangan bahwa Fed mungkin perlu menurunkan suku bunga untuk mencegah perlambatan ekonomi yang lebih tajam, sehingga meningkatkan harga emas dan Treasury.
Selain di AS, ekspektasi penurunan suku bunga juga muncul di Inggris dan Zona Euro.
Di Inggris, angka Produk Domestik Bruto (PDB) yang lebih rendah memicu harapan penurunan suku bunga.
Sementara itu, di Zona Euro, harga energi yang “mereda” juga mendukung ekspektasi tersebut.
Di tempat lain, Israel dan Hamas mencapai gencatan senjata, yang mengurangi permintaan untuk aset safe haven seperti emas. (Trading Economics)
Ulasan
- Penurunan suku bunga BI Rate sebesar 0,25% oleh Bank Indonesia hari Rabu 15 Januari kemarin memberi dampak positif pada pasar obligasi saham. Turunnya BI Rate akan diikuti oleh turunnya bunga deposito dan bunga kredit atau pinjaman. Hal ini selanjutnya akan menurunkan biaya kredit yang harus dibayar oleh perusahaan yang meminjam uang dari bank atau dari penerbitan obligasi.
- Di lain pihak, turunnya suku bunga BI Rate dapat mengancam terjadinya pelemahan Rupiah lebih lanjut. Bank Indonesia diperkirakan akan meningkatkan intervensi pasar agar pelemahan Rupiah dapat dikendalikan.
- Walaupun inflasi AS bulan Desember 2024 meningkat, tingkat inflasi masih dalam radar ekspektasi pasar. Hal ini membuat yield obligasi US Treasury dan USD Index menurun. Meski demikian, investor tetap khawatir bahwa inflasi di tahun 2025 masih akan tinggi, karena Presiden Terpilih Donald Trump akan menerapkan kebijakan yang inflationary sehingga penurunan suku bunga USD diperkirakan hanya akan terjadi 2 kali, dengan total 50 bps (0,50).
- Tingginya inflasi, kuatnya mata uang US Dollar, dan tingginya yield obligasi US Treasury masih menjadi ancaman bagi emerging market seperti Indonesia. Investor asing akan dengan mudah memindahkan investasinya dari Indonesia ke pasar AS yang memberikan return yang lebih menarik dan risiko yang lebih rendah dari Indonesia.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.