tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Melambung Setelah Lima Hari Jatuh, Ditopang Oleh Rebound Saham-Saham Big Caps.
- Harga Obligasi Surat Utang Negara Melemah.
- Harga Emas Turun Karena Meningkatnya Kekhawatiran Terkait Tingginya Inflasi di AS.
- Yield Obligasi US Treasury AS Naik Setelah Rilis Data Inflasi AS Menunjukkan Peningkatan.
- SBN ORI027 sudah bisa dibeli di tanamduit. Imbal hasil 6,65%/tahun untuk tenor 3 tahun (ORI027-T3) dan 6,75%/tahun untuk tenor 6 tahun ( (ORI027-T6). Imbal hasil ORI027 tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon ORI027 dibayar setiap bulan di tanggal 15, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran ORI027: 27 Januari 2025–20 Februari 2025.
Investasi ORI027 di tanamduit, bonus jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 12 Februari 2025.
IHSG Melambung Setelah Lima Hari Jatuh, Ditopang Oleh Rebound Saham-Saham Big Caps
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit pada Rabu, 12 Februari 2025, dengan peningkatan signifikan 1,74% ke level 6.645,78 setelah turun lima hari berturut-turut.
Lonjakan ini didorong oleh rebound saham-saham blue chip, di mana Telkom Indonesia mengalami kenaikan terbesar sebesar 6,90%. Selain itu, beberapa saham dari grup konglomerasi seperti Chandra Asri Pacific dan Amman Mineral International juga mencatatkan penguatan, mendukung pemulihan IHSG.
Nilai transaksi mencapai Rp10,93 triliun. Namun, investor asing masih terus melanjutkan transaksi net sell senilai Rp208 miliar.
Kendati ada optimisme di pasar, investor tetap bersikap hati-hati menanti rilis data inflasi AS dan mengamati dampak dari kebijakan tarif baru Presiden Trump, yang memberlakukan tarif 25% untuk impor baja dan aluminium.
Penjualan eceran di Indonesia juga diperkirakan melambat, dengan pertumbuhan hanya mencapai 0,4% pada Januari 2025.
Meskipun demikian, analis mencatat bahwa pelaku pasar kembali melihat peluang, mengingat potensi penurunan suku bunga di masa depan apabila inflasi AS menunjukkan angka yang lebih rendah dari ekspektasi.
Selain penguatan IHSG, nilai tukar rupiah juga menguat menjadi Rp16.360 per USD, menunjukkan bahwa tekanan jual di bursa mulai mereda.
Analis menjelaskan bahwa pemulihan ini menunjukkan indikasi positif terkait sentimen pasar.
Meskipun masih ada kekhawatiran mengenai perubahan arah kebijakan perdagangan dari AS, investor tampaknya mulai kembali percaya diri terhadap prospek sektoral, terutama di bidang infrastruktur dan kesehatan.
Dengan bursa Asia yang umumnya mengalami kenaikan, pasar Indonesia tampaknya siap untuk mengatasi ketidakpastian dari kebijakan AS dan mencari momentum baru.
Kondisi global yang bergejolak, terutama terkait dengan perang dagang dan kebijakan tarif, tetap menjadi perhatian. Namun, langkah positif di pasar domestik memberikan harapan akan stabilitas dan pertumbuhan di masa mendatang. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz, IDX Channel)
Harga Obligasi Surat Utang Negara Melemah
Pada Rabu, 12 Februari 2025, harga Surat Utang Negara (SUN) ditutup melemah. Yield untuk SUN Benchmark 5-tahun meningkat menjadi 6,62% dan 10-tahun menjadi 6,83%.
Volume transaksi Surat Berharga Negara secara keseluruhan mencapai Rp25,3 triliun, lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya.
Meskipun harga obligasi melemah, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS justru sedikit menguat, bergerak ke level Rp16.376 per USD. Hal ini menunjukkan beberapa ketahanan di pasar.
Laporan terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan inflasi bulanan meningkat sebesar 0,5%. Sementara itu, tingkat inflasi tahunan mencapai 3%. Data ini lebih tinggi dari yang diperkirakan para ekonom. Alhasil, yield US Treasury meningkat dan menciptakan sentimen negatif di pasar.
Sementara itu, Credit Default Swap Indonesia menunjukkan sedikit penurunan. Hal ini menandakan kepercayaan investor terhadap kredit Indonesia masih stabil. Dengan kondisi ini, pasar obligasi terus dalam pengamatan ketat terkait pergerakan inflasi dan kebijakan moneter global. (BNI Sekuritas)
Harga Emas Turun Karena Meningkatnya Kekhawatiran Inflasi yang Tinggi di AS
Rabu (12/2/2025) sore WIB, harga emas turun menjadi USD2.875.
Emas melanjutkan penurunan dari rekor tertinggi USD2.942 karena meningkatnya kekhawatiran inflasi tinggi di AS.
Inflasi utama secara tak terduga naik menjadi 3% pada bulan Januari, dengan ukuran inti mencapai 3,3%. Hal ini membuat investor khawatir bahwa Federal Reserve tidak akan memiliki ruang untuk memangkas suku bunga tahun ini.
Alhasil, banyak investor yang memilih untuk beralih ke aset pendapatan tetap. Sebab, aset pendapatan tetap dianggap lebih menguntungkan dibanding emas yang tidak menghasilkan bunga.
Meskipun harga emas menurun, permintaannya tetap meningkat lebih dari 10% sejak awal tahun, berkat kebijakan dovish dari bank sentral di berbagai negara, seperti ECB, BoE, RBI, dan BoC, yang telah memangkas suku bunga.
Selain itu, ketegangan perdagangan yang dipicu oleh kebijakan Presiden Trump juga mendorong investor untuk mencari perlindungan dalam bentuk emas.
Meskipun ada penurunan harga, situasi global dan permintaan keamanan tetap mendukung harga emas di tengah ketidakpastian ekonomi. (Trading Economics)
Yield Obligasi US Treasury AS Naik Setelah Rilis Data Inflasi AS Menunjukkan Peningkatan
Rabu (12/2/2025), imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun melonjak di atas 4,65%, melanjutkan pemulihan dari level terendah tujuh minggu sebelumnya di 4,4%.
Kenaikan ini terjadi setelah munculnya data inflasi yang menunjukkan inflasi utama secara tak terduga naik menjadi 3% pada Januari, dan inflasi inti yang mencapai 3,3%, jauh di atas ekspektasi.
Kenaikan harga yang cepat dalam layanan tempat tinggal dan transportasi mendorong kekhawatiran bahwa inflasi di AS lebih kuat dari yang diperkirakan, membuat pasar meragukan kemungkinan pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve tahun ini.
Sebagai akibat dari data inflasi ini, ekspektasi pasar untuk pemotongan suku bunga oleh Fed berkurang. Sebagian besar investor kini memperkirakan hanya satu pemotongan suku bunga, bukan dua atau lebih.
Ketidakpastian ini semakin memengaruhi sentimen pasar dan memberikan sinyal bahwa investor tetap waspada terhadap situasi inflasi yang bisa berdampak pada keputusan kebijakan suku bunga di masa depan. (Trading Economics)
Ulasan
- IHSG sangat terpukul karena faktor eksternal kebijakan Trump yang inflationary serta masih kuatnya ekonomi AS. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,03%, lebih rendah dari target 5,20%. Hal ini mendorong investor asing keluar dari bursa saham Indonesia menuju negara yang menawarkan return lebih stabil, terutama Amerika Serikat.
- Inflasi AS di bulan Januari naik secara tak terduga. Hal ini mendorong peningkatan yield US Treasury dan mengurangi ekspektasi terhadap penurunan suku bunga USD oleh the Fed. Alhasil, mata uang USD akan tetap kuat.
- Investor global cenderung akan tetap berinvestasi di pasar yang mata uangnya kuat dan memberi return yang lebih menarik, seperti pasar saham dan obligasi AS.
- Mata uang rupiah terancam sulit untuk menguat. Akibatnya, pasar obligasi dan saham diperkirakan masih akan tertekan untuk sementara waktu.
- Harga emas masih berpotensi naik. Sebab, walaupun suku bunga US masih bertahan di level saat ini, sebagian bank sentral selain US Fed telah menurunkan suku bunga dan membuat penurunan harga emas tertahan. Jika US Fed menurunkan suku bunga di tahun 2025, harga emas akan kembali naik.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return lebih tinggi dibandingkan bunga deposito.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana sesuai profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.