tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Menguat Didorong oleh Optimisme Pasar Terhadap Kondisi Ekonomi dan Posisi Perusahaan yang Tetap Solid
- Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat Karena Menurunnya Belanja Pemerintah dan Ancaman Global Jadi Pemicu
- Surat Utang Negara Tertekan, Dampak Kenaikan Yield Global
- Melemahnya US Dollar Menyebabkan Harga Emas Naik Menjelang Keputusan Suku Bunga AS
- Yield US Treasury Naik Karena Data Ekonomi AS Kuat dan Ancaman Tarif
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 5 Mei 2025.
IHSG Menguat, Didorong oleh Optimisme Pasar Terhadap Kondisi Ekonomi dan Posisi Perusahaan yang Tetap Solid
Senin (5/5), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat 0,24% atau sekitar 16 poin ditutup di level 6.831,95.
Penguatan ini terutama didorong oleh kenaikan saham-saham unggulan seperti KLBF, INKP, dan MBMA yang mengalami apresiasi signifikan.
Salah satu faktor utama yang menyokong kenaikan IHSG adalah optimisme pasar terhadap kondisi ekonomi.
Selain itu, posisi perusahaan yang tetap solid meskipun ada ketidakpastian global dan perlambatan ekonomi domestik, turut dukung kinerja IHSG.
Kinerja sektoral seperti barang baku, properti, dan konsumsi non-primer juga turut memperkuat indeks secara keseluruhan.
Kinerja positif IHSG ini tidak lepas dari sentimen dari dalam negeri dan luar negeri.
Data ekonomi menunjukkan perlambatan, di mana PMI manufaktur Indonesia kontraksi di level terendah sejak 2021 dan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 hanya mencapai sekitar 4,9%, di bawah target dan ekspektasi.
Namun, di tengah pelambatan ini, stabilitas nilai tukar rupiah dan penguatan beberapa saham besar memberi kekuatan tambahan untuk penguatan IHSG. Investor juga masih memantau perkembangan domestik dan global yang akan mempengaruhi arah pasar selanjutnya.
Ke depan, tren kenaikan IHSG diperkirakan akan tetap berlanjut, didukung oleh posisi fundamental perusahaan yang relatif stabil dan peluang penguatan di pasar saham global.
Meskipun ada peluang koreksi di tengah ketidakpastian global, inflasi yang terkendali dan kebijakan moneter yang konservatif dari Bank Indonesia akan membantu menjaga stabilitas.
Dengan demikian, prospek IHSG menuju akhir 2025 cukup positif, berpotensi mencapai level tertinggi baru seiring pemulihan ekonomi dan sentimen positif dari pasar internasional. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat Karena Menurunnya Belanja Pemerintah dan Ancaman Global Jadi Pemicu
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 tercatat paling lemah dalam 3,5 tahun, hanya mencapai 4,87% secara tahunan (YoY).
Perlambatan ini dipicu penurunan belanja pemerintah (-1,38%) akibat penghematan anggaran, melemahnya konsumsi rumah tangga (4,89%), dan investasi tetap (2,12%) yang kurang optimal.
Di sisi eksternal, ekspor dan impor juga melambat karena permintaan global melemah dan daya beli domestik yang tertekan, diperparah ancaman kenaikan tarif AS yang berpotensi mengurangi pertumbuhan ekonomi hingga 0,5%.
Secara triwulanan (QoQ), ekonomi Indonesia justru menyusut 0,98%, kontraksi pertama dalam setahun.
Penurunan ini terutama disebabkan oleh belanja pemerintah yang anjlok 39,89% dan investasi tetap yang minus 7,40%.
Meski memasuki musim perayaan, konsumsi swasta hanya tumbuh 0,55%, jauh di bawah ekspektasi. Sektor pertambangan, manufaktur, dan konstruksi turun signifikan, sementara pertanian menjadi penopang utama berkat musim panen.
Melemahnya aktivitas ekonomi terlihat dari kontraksi di hampir semua sektor kunci. Pertambangan (-7,42%), manufaktur (-0,67%), dan konstruksi (-5,92%) menjadi yang terparah.
Tak hanya itu, sektor jasa seperti transportasi dan akomodasi juga ikut menurun. Hal ini mengindikasikan risiko penurunan lapangan kerja dan tekanan pada pendapatan masyarakat, yang berpotensi memperlambat pemulihan ekonomi ke depan.
Potensi dampak terhadap pasar keuangan Indonesia bisa meliputi: (1) Rupiah masih akan tetap volatile terhadap mata uang USD dan mata uang keras lainnya akibat sentimen negatif dan penurunan arus modal asing, (2) harga-harga saham di BEI akan tertekan seiring melemahnya prospek perusahaan di sektor komoditas dan manufaktur, (3) penurunan minat investor pada surat utang negara (SUN) jika risiko ekonomi dinilai meningkat.
Kombinasi faktor domestik dan global ini membayangi target pertumbuhan pemerintah sebesar 5,2% untuk 2025. (Trading Economics)
Surat Utang Negara Tertekan, Dampak Kenaikan Yield Global
Rupiah menguat pada Senin, 5 Mei 2025, mencapai Rp16.387 per dolar AS, didorong oleh sentimen positif di pasar Asia seiring melemahnya indeks dolar AS di bawah 100.
IHSG juga naik 0,4% ke 6.836, menunjukkan optimisme pasar domestik.
Namun, pasar surat utang negara (SUN) justru mengalami tekanan jual, terlihat dari kenaikan yield, khususnya pada tenor pendek.
Dalam hal ini, yield SUN 1-tahun naik 3,1 basis poin ke 6,349%, tenor 2-tahun naik 1 basis poin ke 6,433%, dan tenor 5-tahun naik 2,9 basis poin ke 6,648%, meskipun beberapa tenor panjang seperti 11-tahun menunjukkan penurunan yield.
Sentimen Global dan Data AS Jadi Penyebab
Tekanan pada SUN ini dipengaruhi oleh dinamika pasar global setelah rilis data nonfarm payroll AS pada Jumat, yang menunjukkan penambahan lapangan kerja lebih besar dari prediksi (177.000 pekerjaan), mencerminkan ketahanan pasar tenaga kerja AS di tengah perang dagang.
Akibatnya, yield US Treasury melonjak, dengan tenor 2-tahun naik 12,5 basis poin ke 3,824%, 5-tahun naik 11,4 basis poin ke 3,918%, dan 10-tahun naik 9,1 basis poin ke 4,308%.
Kenaikan yield ini memicu efek domino, menekan harga obligasi di banyak negara, termasuk Indonesia, baik SUN dalam rupiah (INDOGB) maupun valas (INDON), yang juga mencatat kenaikan yield pada tenor pendek.
Tantangan Pasar dan Prospek Ke Depan
Pasar kini menantikan keputusan suku bunga Federal Reserve (FOMC) pekan ini. Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga di 4,25%-4,50%, di tengah ketidakpastian kebijakan tarif Donald Trump.
Ekspektasi pemotongan suku bunga Fed tahun ini turun dari empat menjadi tiga kali karena inflasi dan pasar tenaga kerja AS yang masih kuat.
Bagi masyarakat, tekanan pada SUN berarti harga obligasi turun, tetapi imbal hasilnya lebih menarik bagi investor yang mencari pendapatan tetap.
Namun, volatilitas global tetap menjadi risiko, sehingga diversifikasi portofolio dan pemantauan kebijakan Fed sangat penting untuk keputusan investasi yang lebih bijak. (Bloomberg Technoz)
Melemahnya US Dollar Menyebabkan Harga Emas Naik Menjelang Keputusan Suku Bunga AS
Harga emas mengalami lonjakan tajam pada Senin pagi waktu New York, meningkat sekitar $83,40 menjadi US$3.326,70 per ons, didukung oleh melemahnya dolar AS menjelang pengumuman keputusan suku bunga Federal Reserve hari Rabu.
Pelemahan dolar membuat emas menjadi lebih menarik bagi investor karena harganya dalam mata uang dolar menjadi lebih murah dan kompetitif, meski harga emas masih di bawah rekor tertinggi bulan April lalu.
Ketika pasar menantikan kebijakan suku bunga dari Fed, mayoritas analis memperkirakan bank sentral akan mempertahankan suku bunga saat ini, meski tekanan dari Presiden Trump agar suku bunga dipangkas tetap ada.
Ketidakpastian ini turut memperbesar peluang harga emas untuk terus menguat karena pelaku pasar mencari aset safe haven, apalagi dana lindung nilai diketahui mulai mengurangi posisi beli bersih emas dalam satu tahun terakhir.
Sementara itu, indeks dolar pun menurun, memberi sedikit ruang bagi emas untuk menguat lebih lanjut.
Dengan prospek ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian dan potensi penurunan suku bunga AS, harga emas diperkirakan masih berpotensi untuk melanjutkan tren kenaikan.
Sentimen ini didukung oleh melemahnya dolar dan ketidakpastian kebijakan moneter AS yang dapat memperkuat daya tarik emas sebagai alat lindung nilai dan investasi di tengah gejolak pasar global. (MT Newswires)
Yield US Treasury Naik Karena Data Ekonomi AS Kuat dan Ancaman Tarif
Senin (5/5/2025), imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS 10-tahun melonjak ke 4,35%, melanjutkan kenaikan dari minggu sebelumnya, karena pasar menilai risiko inflasi meningkat akibat data ekonomi AS yang kuat.
Laporan ISM menunjukkan ekspansi tajam di sektor jasa AS, sejalan dengan data pekerjaan yang solid (penambahan 177.000 pekerjaan pada April) dan inflasi PCE (Personal Consumption Expenditure) yang lebih tinggi minggu lalu.
Data ini membuat investor memperkirakan suku bunga Federal Reserve akan ditingkatkan dalam waktu dekat, sehingga meningkatkan imbal hasil obligasi.
Namun, ancaman tarif dari Presiden Trump menambah ketidakpastian, dengan kontraksi PDB AS sebesar 0,3% pada Q1-2025, lonjakan impor, dan penurunan volume pelabuhan.
Kurangnya kejelasan tentang kebijakan tarif ini membuat pasar yakin Fed akan mempertahankan suku bunga di 4,25%-4,50% minggu ini.
Meskipun ada kekhawatiran kontraksi ekonomi, kebijakan ekonomi yang tidak pasti dapat melemahkan posisi AS di pasar global, mendorong investor mencari imbal hasil lebih tinggi dari Treasury untuk mengimbangi risiko.
Bagi masyarakat, ini berarti pasar keuangan global lebih bergejolak, sehingga perlu hati-hati dalam berinvestasi. (Trading Economics)
Factors to Watch:
- Secara global, data ekonomi AS menunjukkan ketahanan dengan penambahan 177.000 pekerjaan pada April 2025, mendorong imbal hasil Treasury 10-tahun naik ke 4,35% pada 5 Mei 2025, menunda ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve hingga Juli.
- Indeks dolar AS (DXY) melemah ke 99,57, mendukung kenaikan harga emas, sementara ketidakpastian kebijakan tarif Trump dan kontraksi PDB AS (0,3% pada Q1) meningkatkan risiko volatilitas.
- Di Indonesia, IHSG masih tren naik. Namun, pertumbuhan ekonomi Q1 yang hanya 4,87%, terendah dalam 3,5 tahun, dapat menekan harga-harga saham.
- Rupiah menguat ke Rp16.387 per dolar AS, namun tekanan jual pada SUN (yield 5-tahun naik ke 6,648%) mencerminkan dampak global. Secara politik, gencatan senjata Rusia-Ukraina yang akan berakhir dan konflik Timur Tengah menambah ketidakpastian.
- Rekomendasi Investasi:
1. Reksa Dana
- Alokasikan 50-60% pada reksa dana saham di sektor konsumer non-primer dan barang baku (contoh: Mandiri Investa Dana Utama), karena sektor ini memimpin kenaikan IHSG (konsumer non-primer naik 1,71%).
- Investor moderat dapat memilih reksa dana campuran seperti Sucorinvest Balanced Fund, didukung saham blue-chip (KLBF, AMMN). Alasan Overweight di Saham: Meskipun PMI turun dan yield US Treasury tinggi (4,35%), IHSG tetap resilien (naik 0,24%). Valuasi saham atraktif pasca-koreksi awal tahun, dan potensi pelonggaran suku bunga BI dapat mendorong IHSG ke 6.900-7.000 (potensi naik 1%-2%). Konsumsi musiman Idul Fitri tetap kuat meskipun daya beli tertekan oleh PHK (14.000 pekerja). Alokasikan 30-40% pada reksa dana pendapatan tetap (Batavia Dana Obligasi) untuk stabilitas.
2. Emas
- Alokasikan 10-15% portofolio ke emas melalui emas digital atau ETF (UBS Gold), dengan harga saat ini $3,326,70 per ons sebagai peluang beli.
- Alasan: Emas naik karena dolar melemah dan ketidakpastian global (geopolitik, kontraksi ekonomi AS) mendukung statusnya sebagai aset aman. Proyeksi akhir 2025 di $3,000-$3,700 menunjukkan potensi kenaikan, terutama jika Fed memangkas suku bunga di Juli.
3. SBN
- Pilih SBN tenor pendek (1-5 tahun) untuk likuiditas. SBN seri SR022 akan ditawarkan kepada Masyarakat pada tanggal 16 Mei 2025, potensi kupon adalah BI Rate (5,75%) + spread.
- Potensi pelonggaran suku bunga BI dapat menurunkan yield SBN lebih lanjut.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.