Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 8 Mei 2025

tanamduit Breakfast News: 8 Mei 2025

oleh | Mei 8, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Mendekati 7.000: Momentum Pasar yang Menggembirakan 
  • Suku Bunga USD Tetap di 4,25%-4,5% Karena Ancaman Inflasi Kenaikan Tarif
  • Obligasi Negara Stabil di Tengah Kebijakan The Fed yang Konsisten
  • Harga Emas Tetap Stabil di Tengah Kebijakan The Fed

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 7 Mei 2025.

data-market-update-breakfast-news-8-mei

IHSG Mendekati 7.000: Momentum Pasar yang Menggembirakan

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menunjukkan performa impresif dengan mendekati level 7.000.

Pada perdagangan Rabu (7/5/2025), IHSG ditutup naik 0,63% ke posisi 6.941,83, dan pada sesi I menguat 0,74% ke 6.948,97.

Penguatan ini didorong oleh saham-saham sektor bahan baku, teknologi, dan energi, dengan kontribusi signifikan dari saham seperti Aneka Tambang (ANTM), Barito Pacific (BRPT), dan Vale Indonesia (INCO). Dalam sebulan terakhir, IHSG telah melonjak 16%, mencerminkan optimisme pelaku pasar.

Faktor eksternal turut memengaruhi pergerakan IHSG, terutama ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga The Fed yang diperkirakan tetap di kisaran 4,25-4,50%.

Tak hanya itu, fluktuasi harga komoditas, seperti emas yang sempat melonjak ke US$ 3.430,83 per troy ons sebelum melemah ke US$ 3.395, juga menjadi katalis pasar.

Sementara itu, bursa Asia menunjukkan penguatan seragam, dengan indeks seperti Hang Seng dan Shanghai Composite turut naik, mendukung sentimen positif di pasar domestik.

Reli IHSG yang konsisten, dengan hanya dua hari penurunan dalam 18 hari perdagangan terakhir, menandakan momentum kuat di pasar saham Indonesia. Nilai transaksi harian yang tinggi, mencapai Rp 13,85 triliun, menunjukkan likuiditas yang sehat.

Dengan sektor bahan baku dan energi sebagai penggerak utama, IHSG berpotensi menembus level psikologis 7.000 dalam waktu dekat, seiring stabilitas sentimen global dan performa saham unggulan. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)

Suku Bunga USD Tetap di 4,25%-4,5% Karena Ancaman Inflasi Kenaikan Tarif

Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, menegaskan bahwa The Fed tidak akan terburu-buru menyesuaikan suku bunga, yang tetap dipertahankan di kisaran 4,25%-4,5% sejak Desember.

Dalam pertemuan FOMC pada 7 Mei 2025, Powell memperingatkan bahwa kenaikan tarif yang diumumkan dapat memicu peningkatan inflasi, pertumbuhan ekonomi melambat, dan pengangguran meningkat.

Meski dampak inflasi mungkin bersifat sementara, Powell menyoroti risiko inflasi yang lebih persisten, di tengah ketidakpastian yang dipicu oleh kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump.

The Fed memilih sikap hati-hati, menunggu data ekonomi lebih lanjut sebelum mengambil langkah. Powell menekankan pentingnya kesabaran untuk memahami arah perekonomian, terutama dengan rendahnya pengangguran dan permintaan yang stabil.

Meskipun Trump mendesak penurunan suku bunga, The Fed berkomitmen mencegah inflasi berkepanjangan tanpa bertindak secara pre-emptif, memastikan kebijakan moneter tetap seimbang di tengah risiko yang meningkat.

Obligasi Negara Stabil di Tengah Kebijakan The Fed yang Konsisten

Harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada perdagangan Rabu (7/5/2025), dengan yield SUN Benchmark 5-tahun turun 3 basis poin ke 6,55% dan 10-tahun turun 2 basis poin ke 6,85%.

Volume transaksi SBN mencapai Rp26,9 triliun, didominasi seri FR0103 dan FR0107. Sementara itu, obligasi korporasi mencatatkan transaksi Rp4,1 triliun. Namun, rupiah melemah 0,53% ke Rp16.536 per Dolar AS, mencerminkan tekanan eksternal di pasar keuangan.

Keputusan The Fed mempertahankan suku bunga di 4,25-4,50% pada FOMC 6-7 Mei 2025 mencerminkan keyakinan terhadap ekonomi AS yang solid, meski tetap waspada terhadap risiko inflasi dan ketidakpastian akibat kebijakan tarif.

Sentimen positif di pasar obligasi global, ditunjukkan oleh penurunan yield US Treasury dan CDS Indonesia, mendukung prediksi bahwa harga dan yield SBN berdenominasi rupiah akan bergerak sideways dalam waktu dekat.

Harga Emas Tetap Stabil di Tengah Kebijakan The Fed

Harga emas bertahan stabil di sekitar $3.400 per ons pada Rabu (7/5/2025) setelah The Fed mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25-4,50%, sesuai ekspektasi pasar.

Pernyataan The Fed yang menyoroti risiko inflasi dan peningkatan pengangguran mencerminkan sikap hati-hati. Hal ini mendukung stabilitas emas sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi AS.

Tekanan pada emas sempat muncul karena kabar pertemuan pejabat AS dan Tiongkok untuk meredakan ketegangan perdagangan akibat tarif impor 145% dari AS dan balasan tarif tinggi dari Tiongkok.

Harapan akan kemajuan dalam pembicaraan ini mengurangi permintaan emas sebagai lindung nilai. Namun, sikap The Fed yang konservatif menjaga harga emas tetap stabil.

Faktor yang Perlu Diperhatikan:

  • Kebijakan moneter The Fed yang mempertahankan suku bunga di 4,25-4,50% mencerminkan sikap hati-hati terhadap inflasi dan ketidakpastian perdagangan global, terutama akibat tarif AS-Tiongkok, yang dapat memicu volatilitas pasar.
  • Pelemahan rupiah (0,53% ke Rp16.536 per Dolar AS) menambah tekanan pada aset domestik.
  • Harga emas, meski stabil di $3.400 per ons, dipengaruhi oleh permintaan safe haven dan potensi penurunan suku bunga The Fed, dengan proyeksi mencapai $3.700 per ons.
  • SBN menunjukkan penguatan harga dengan penurunan yield didukung oleh sentimen positif pasar obligasi global dan penurunan Credit Default Swap Indonesia.

Rekomendasi Investasi:

1. Reksa Dana

  • Investor agresif dapat mengalokasikan 70-80% ke ekuitas (60% large-cap, 20% mid-cap, 20% small-cap) melalui balanced advantage atau flexi-cap funds untuk pertumbuhan jangka panjang.
  • Investor konservatif disarankan fokus pada reksa dana pendapatan tetap untuk stabilitas dan likuiditas, terutama untuk tujuan jangka pendek (1-3 tahun).

    2. Emas

    • Untuk emas, alokasikan 5-10% untuk diversifikasi portofolio, terutama saat ketidakpastian geopolitik tinggi.

    3. SBN

    • Volatilitas masih akan terjadi, pilihan yang tepat adalah SBN jangka pendek yang less volatile.
    • SBN SR022 yang akan ditawarkan pada tanggal 16 Mei 2025 dengan jangka waktu 3 dan 5 tahun menjadi pilihan yang tepat.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

     

     

     

    tanamduit team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile