fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 27 Mei 2025

tanamduit Breakfast News: 27 Mei 2025

oleh | Mei 27, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Tertekan, Dipicu oleh Tarif Trump yang Berimbas ke Sektor Bahan Baku, Utilitas dan Properti
  • Harga Surat Utang Negara Naik, Investor Asing Membeli Dalam Nilai Signifikan
  • Rupiah Melemah ke Rp16.235 Karena Ketegangan Tarif Mereda Setelah Trump Batalkan Tarif Terhadap Uni Eropa
  • Emas Bertahan di $3.340 Karena Meredanya Ketegangan Tarif Trump AS dan Uni Eropa
  • Harga Obligasi AS Naik Karena Meredanya Kekhawatiran Global Setelah Trump Menunda Kebijakan Tarif Terhadap Uni Eropa
SBN SR022, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
  • Kupon SR022 menjadi kupon SR tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.

Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 26 Mei 2025.

data-market-update-27-mei

IHSG Tertekan Dipicu oleh Tarif Trump yang Berimbas ke Sektor Bahan Baku, Utilitas dan Properti

Pada perdagangan Senin, 26 Mei 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,8% ke level 7.188,25, meninggalkan zona 7.200, dipicu oleh pelemahan sektor bahan baku (-2,99%), utilitas (-1,42%), dan properti (-1,38%),

Meski demikian, sektor kesehatan dan energi sedikit naik. Saham TPIA anjlok 7,58% GOTO turun 5,56% dan DCII turun 2,68%.

Pasar juga terdampak libur panjang Kenaikan Yesus Kristus, membatasi perdagangan hanya tiga hari pekan ini.

Secara domestik, sentimen positif dari penurunan suku bunga BI ke 5,5%, defisit transaksi berjalan yang mengecil (US$0,2 miliar), dan efisiensi BUMN via Danantara sedikit mendongkrak pasar.

Namun, ancaman tarif 50% Trump terhadap Uni Eropa mulai 1 Juni 2025 menimbulkan kekhawatiran perang dagang, mengguncang kepercayaan investor global, termasuk di Indonesia.

Laporan JP Morgan (19 Mei 2025) yang menaikkan peringkat pasar berkembang ke overweight, didukung dolar AS lemah dan pemulihan ekonomi China, menjadi angin segar bagi pasar saham Indonesia. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Harga Surat Utang Negara Naik, Investor Asing Membeli Dalam Nilai Signifikan

Harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada Senin, 26 Mei 2025. Imbal hasil (yield) SUN 5-tahun turun ke 6,37% dan SUN 10-tahun ke 6,79%, menunjukkan tingginya minat investor.

Investor asing semakin agresif membeli SBN, dengan kepemilikan mencapai Rp916,7 triliun (14,45% dari total SBN), tertinggi sejak Desember 2021.

Dalam lima hari perdagangan hingga 22 Mei, asing mencatat pembelian bersih Rp14,13 triliun, didorong oleh kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga ke 5,5% dan melemahnya imbal hasil instrumen SRBI (6,283% untuk tenor 12 bulan).

Minat asing pada SBN meningkat karena pasar global kini lebih menyukai aset negara berkembang, “terapi” kekacauan obligasi AS dan Jepang, serta tren “Sell America”.

Penguatan rupiah 2,54% bulan ini ke Rp16.249 per dolar AS dan surplus APBN Rp4,3 triliun (April) juga menambah kepercayaan investor.

Indeks harga obligasi INDOBEX mencapai rekor 399,37, naik 5% sejak Januari, dengan yield SBN tenor pendek turun signifikan, mencerminkan harga obligasi yang terus naik.

Namun, investor perlu waspada. Jika imbal hasil obligasi AS naik atau rupiah melemah karena musim dividen, haji, atau utang jatuh tempo hingga Juli, daya tarik SBN bisa turun.

Ancaman perang dagang AS-Eropa juga berisiko mengguncang pasar.

Investor agresif bisa pilih reksa dana saham sektor konsumsi, moderat ambil reksa dana campuran, dan konservatif fokus reksa dana pendapatan tetap.

Taruh 10–15% dana di emas untuk “jaga-jaga”, dan 20–40% di SBN ritel (kupon 6,45–6,55%) untuk pendapatan tetap, sambil pantau tarif dagang dan nilai tukar. (Bloomberg Technoz)

Rupiah Melemah ke Rp16.235 Karena Ketegangan Tarif Mereda Setelah Trump Batalkan Tarif Terhadap Uni Eropa

Nilai tukar rupiah melemah 0,12% ke Rp16.235 per dolar AS pada Senin, 26 Mei 2025, setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan rencana tarif 50% terhadap Uni Eropa.

Meski indeks dolar AS (DXY) turun 0,22% ke 98,89, rupiah tetap tertekan karena ketidakpastian global.

Trump mengumumkan tenggat baru perundingan dagang dengan Eropa hingga 9 Juli, menggantikan ancaman tarif yang semula akan berlaku 1 Juni, setelah diskusi dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Pembatalan tarif ini meredakan ketegangan yang muncul hanya dua hari sebelumnya, memberikan harapan akan kesepakatan dagang yang lebih baik.

Langkah ini sedikit menenangkan investor, yang khawatir akan dampak perang dagang terhadap ekonomi dunia.

Namun, fluktuasi kebijakan perdagangan AS yang cepat menunjukkan pasar masih penuh risiko, memengaruhi nilai tukar rupiah dan sentimen di pasar keuangan Indonesia.

Bank Indonesia, melalui Kepala Departemen Komunikasi Ramdan Denny Prakoso, menegaskan perlunya menjaga ekonomi domestik yang kuat dengan inflasi rendah dan nilai tukar stabil di tengah ketidakpastian global.

Investor disarankan berhati-hati: agresif pilih reksa dana saham sektor konsumsi, moderat ambil reksa dana campuran, konservatif fokus reksa dana pendapatan tetap.

Alokasikan 10–15% ke emas untuk perlindungan dan 20–40% ke SBN ritel (kupon 6,45–6,55%) untuk stabilitas, sambil memantau perkembangan dagang AS-Eropa. (CNBC Indonesia)

Emas Bertahan di $3.340 Karena Meredanya Ketegangan Tarif Trump AS dan Uni Eropa

Harga emas stabil di sekitar US$3.340 per ons pada Selasa, 27 Mei 2025, setelah penurunan baru-baru ini, karena investor melihat adanya harapan hubungan dagang AS-Uni Eropa yang lebih baik.

Uni Eropa setuju untuk mempercepat negosiasi untuk menghindari perang dagang, menyusul ancaman Presiden Donald Trump untuk menerapkan tarif 50% pada barang Eropa mulai 1 Juni, yang kini ditunda hingga 9 Juli. Hal ini sedikit mengurangi permintaan emas sebagai aset aman (safe-haven).

Meski begitu, investor tetap waspada karena banyak risiko global. Defisit anggaran AS yang membesar, pembicaraan perdagangan yang belum pasti, serta ketegangan di Timur Tengah dan Ukraina bisa kembali mendorong minat pada emas.

Pasar juga menanti laporan penting dari AS, yaitu Risalah FOMC (Federal Open Market Committee) pada Rabu dan data inflasi PCE pada Jumat, yang bisa memberi petunjuk tentang kapan bank sentral AS (Federal Reserve) akan menurunkan suku bunga.

Stabilitas emas ini membuka peluang bagi investor.  (Trading Economics)

Harga Obligasi AS Naik Karena Meredanya Kekhawatiran Global Setelah Trump Menunda Kebijakan Tarif Terhadap Uni Eropa

Harga obligasi Treasury AS naik, ditandai dengan turunnya imbal hasil atau yield tenor 10-tahun turun ke 4,45% pada Jumat, 23 Mei 2025, dari puncak tiga bulan di 4,64%.

Naiknya harga atau turunnya yield ini terjadi setelah Trump menunda ancaman tarif 50% terhadap Uni Eropa hingga 9 Juli 2025. Hal ini memberikan waktu untuk negosiasi dan meredakan kekhawatiran melambatnya pertumbuhan ekonomi global.

Namun, di lain pihak, RUU pajak baru AS yang disahkan DPR diperkirakan menambah defisit US$4 triliun, memperburuk utang federal yang sudah mencapai US$36 triliun, terutama setelah penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s.

Hal ini menjadi faktor ketidakpastian yang membuat investor global menjadi tetap berhati-hati. (Trading Economics)

Factors to Watch

Global:

1. Krisis Fiskal AS

  • Utang AS mencapai US$36 triliun, ditambah RUU pajak baru yang meningkatkan defisit US$4 triliun, dengan peringkat kredit turun ke Aa1 oleh Moody’s. Imbal hasil Treasury 10-tahun turun ke 4,45%, membuat saham dan obligasi Indonesia lebih menarik.
  • Dampak: IHSG masih tren naik karena investor asing masuk. Namun, IHSG bisa goyah jika imbal hasil AS naik kembali. Harga SBN naik dan rupiah menguat karena dolar melemah (DXY 99,5).

2. Tarif Dagang Trump

  • Ancaman tarif 50% pada impor Eropa dan 25% pada Apple memicu ketegangan perdagangan, melemahkan dolar, dan menaikkan harga emas. Konflik AS-Iran dan Israel-Iran menambah ketidakpastian.
  • Dampak: Saham berorientasi ekspor di IHSG berisiko turun, tetapi rupiah yang kuat membuat IHSG tetap menarik. SBN juga menarik dan emas jadi pilihan aman.

3. Kebijakan Moneter AS

  • Ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve pada September 2025 mendukung kenaikan harga saham dan obligasi di pasar negara berkembang (emerging markets). Saham AS rentan koreksi (P/E S&P 500 19x).Investor asing kembali masuk ke pasar saham Indonesia, khususnya saham perbankan dan big caps, dan SBN sehingga harga SBN kembali naik. Kebijakan moneter AS juga membuat Rupiah menguat kembali.

    Nasional:

    1. Dampak Turunnya Suku Bunga BI ke 5,50%:

    • Ini membuat SBN menguat dan investor asing kembali membeli SUN dalam nilai yang signifikan.
    • Saham perbankan dan sektor konsumsi naik, SBN lebih menarik, dan mata uang rupiah stabil.

    2. Rupiah Tren Menguat:

    • Rupiah masih tren menguat, didukung defisit transaksi berjalan rendah (US$0,2 miliar) dan surplus perdagangan nonmigas. Kepercayaan investor meningkat, IHSG dan SBN kuat, risiko nilai tukar kecil.

      Rekomendasi Investasi:

      1. Reksa Dana:

      • Investor Agresif (Suka Risiko):

      Overweight atau alokasikan 60%-70% ke reksa dana saham dan indeks saham yang memiliki portofolio sektor big caps dan bahan baku. Terapkan strategi investasi rutin Dollar Cost Averaging untuk memperoleh harga beli rata-rata yang rendah untuk menikmati hasil saat IHSG naik signifikan dalam jangka menengah dan Panjang.

      • Investor Moderat:

      Alokasikan 40%-50% di reksa dana campuran atau kombinasi reksa dana saham dan indeks saham dan pendapatan tetap dan sisanya di reksa dana pasar uang dan emas.

      • Investor Konservatif:

      Alokasikan 70%-80% di reksa dana pendapatan tetap yang berisi portfolio obligasi dengan jangka waktu 3-7 tahun (jangka menengah) untuk mendapatkan capital gain karena kenaikan harga obligasi akibat turunnya suku bunga. Sisanya di reksa dana pasar uang dan emas.

      2. Emas:

      Alokasikan 10%-15% di emas mengantisipasi berlanjutnya ketidakpastian global karena kebijakan tarif Trump dan ketegangan politik di Timur Tengah (Israel vs Hamas dan AS vs Iran).

      3. Surat Berharga Negara (SBN):

      Investor dapat mempertimbangkan SBN seri SR022 dengan tenor 3 dan 5 tahun yang sedang dalam penawaran umum sejak tanggal 16 Mei yang lalu.

      Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

      DISCLAIMER:

      Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

      PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

      Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

       

       

       

      tanamduit Team

      tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

      banner-download-mobile