tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Terkoreksi 0,53% di Pekan Pendek 26-28 Mei 2025, Asing Tetap Net Buy Rp1,47 Triliun
- Rupiah Stabil di Pekan 26-28 Mei 2025, Didukung Kebijakan BI dan Sentimen Global
- Harga Emas Dunia Melemah di Akhir Mei 2025, Prospek Jangka Panjang Tetap Positif
- Yield US Treasury Turun Tipis, SBN Indonesia Stabil
- Dolar AS Menguat: Tarif, Obligasi, dan Ekspektasi The Fed Jadi Pemicu
- SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
- Kupon SR022 menjadi kupon SR tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon (imbal hasil) SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.
Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 28-30 Mei 2025.
IHSG Terkoreksi 0,53% di Pekan Pendek 26–28 Mei 2025, Asing Tetap Net Buy Rp1,47 Triliun
Pada pekan perdagangan singkat 26–28 Mei 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan sebesar 0,53%. IHSG ditutup pada level 7.175,81, turun dari posisi 7.214,16 pada akhir pekan sebelumnya.
Kapitalisasi pasar juga turun 1,12% menjadi Rp12.420 triliun.
Meskipun IHSG melemah, aktivitas perdagangan menunjukkan peningkatan. Rata-rata volume transaksi harian melonjak 38,28% menjadi 31,49 miliar lembar saham, dibandingkan 22,78 miliar lembar pada pekan sebelumnya.
Tak hanya itu, rata-rata nilai transaksi harian juga naik 15,52% menjadi Rp16,78 triliun dari Rp14,52 triliun.
Investor asing mencatatkan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp1,47 triliun selama tiga hari perdagangan tersebut, meskipun lebih rendah dibandingkan minggu sebelumnya yang mencapai Rp2,13 triliun.
Kinerja positif ini menunjukkan bahwa investor asing tetap optimis terhadap pasar saham Indonesia, meskipun IHSG mengalami koreksi.
Rupiah Stabil di Pekan 26–28 Mei 2025, Didukung Kebijakan BI dan Sentimen Global
Pada pekan perdagangan 26–28 Mei 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan stabilitas dengan kecenderungan menguat tipis.
Pada 26 Mei, kurs berada di sekitar Rp16.257 per dolar AS, kemudian bergerak ke Rp16.285 pada 27 Mei, dan ditutup di Rp16.293 pada 28 Mei. Pergerakan ini mencerminkan kestabilan nilai tukar di tengah dinamika pasar global.
Stabilitas rupiah didukung oleh langkah Bank Indonesia (BI) yang menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% pada 21 Mei 2025, sebagai bagian dari upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah inflasi yang terkendali dan penguatan rupiah lebih dari 2,4% terhadap dolar AS.
Selain itu, BI mengumumkan pengurangan rasio giro wajib minimum sekunder dari 5% menjadi 4% mulai Juni, yang akan memberikan tambahan likuiditas sekitar Rp78,45 triliun bagi perbankan. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas likuiditas dan mendukung pertumbuhan kredit.
Dibandingkan dengan mata uang regional Asia lainnya, rupiah menunjukkan kinerja yang relatif stabil.
Sementara beberapa mata uang Asia mengalami tekanan akibat ketidakpastian global dan kebijakan perdagangan AS, rupiah tetap terjaga berkat intervensi aktif BI dan kebijakan moneter yang akomodatif.
Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Harga Emas Dunia Melemah di Akhir Mei 2025, Prospek Jangka Panjang Tetap Positif
Sepanjang pekan 26–30 Mei 2025, harga emas dunia (XAU/USD) mengalami fluktuasi signifikan, ditutup pada $3.294,81 per troy ounce pada 30 Mei, mencerminkan penurunan sekitar 2% dari harga tertinggi pekan tersebut yang mencapai $3.365,30 pada 28 Mei .
Penurunan harga emas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor utama. Pertama, penguatan indeks dolar AS memberikan tekanan pada harga emas, karena emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Kedua, ketidakpastian geopolitik, termasuk kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump terhadap Uni Eropa, memengaruhi sentimen pasar dan menyebabkan volatilitas harga emas.
Meskipun demikian, prospek jangka panjang untuk emas tetap positif.
Goldman Sachs memproyeksikan harga emas dapat mencapai $3.700 per troy ounce pada akhir 2025, didorong oleh ketidakpastian ekonomi global, inflasi yang tinggi, dan meningkatnya permintaan investor terhadap aset safe haven seperti emas .
Selain itu, banyak perusahaan tambang emas memilih untuk tidak melakukan lindung nilai (hedging) terhadap produksi mereka, menunjukkan keyakinan bahwa harga emas akan tetap tinggi dalam jangka panjang.
Secara keseluruhan, meskipun harga emas terkoreksi pada akhir Mei 2025, faktor-faktor fundamental seperti ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global, serta kebijakan moneter yang longgar, mendukung prospek positif untuk emas dalam jangka panjang.
Yield US Treasury Turun Tipis, SBN Indonesia Stabil
Melansir dari Investing, sepanjang pekan 26–30 Mei 2025, yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) bertenor 10 tahun mengalami penurunan dari 4,511% pada 26 Mei menjadi 4,397% pada 30 Mei.
Penurunan ini mencerminkan meningkatnya permintaan investor terhadap aset aman di tengah kekhawatiran terhadap kondisi keuangan AS dan ketidakpastian kebijakan perdagangan.
Faktor-faktor yang memengaruhi penurunan yield US Treasury antara lain adalah kekhawatiran pasar terhadap kondisi fiskal AS, termasuk proyeksi peningkatan rasio utang terhadap PDB, dan naiknya biaya bunga utang.
Selain itu, ketidakpastian kebijakan perdagangan, seperti potensi penerapan tarif baru oleh pemerintah AS, turut mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset-aset yang lebih aman. Salah satunya adalah obligasi pemerintah.
Di Indonesia, Surat Berharga Negara (SBN) relatif stabil selama periode tersebut, dengan yield SBN 10 tahun berada di kisaran 6,82% pada 28 Mei 2025.
Meskipun yield US Treasury menurun, investor tetap waspada terhadap potensi risiko dari luar negeri, termasuk kebijakan suku bunga dan gejolak pasar keuangan.
Hal ini membuat pasar obligasi Indonesia tetap sensitif terhadap perkembangan eksternal, meskipun tekanan dari pasar global cenderung mereda seiring penurunan yield US Treasury.
Dolar AS Menguat: Tarif, Obligasi, dan Ekspektasi The Fed Jadi Pemicu
Pada minggu 26-30 Mei 2025, nilai dolar Amerika Serikat, yang diukur melalui Indeks Dolar AS (DXY), naik perlahan dari 99,3 pada Selasa (27/5) hingga mencapai 99,65 pada Rabu (28/5).
Kenaikan ini terjadi karena pasar merespons positif penundaan tarif 50% terhadap barang Uni Eropa oleh Presiden Donald Trump hingga 9 Juli 2025, yang meredakan ketegangan perdagangan.
Namun, pada Kamis (28/5), DXY sedikit turun 0,60%. Data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan, seperti revisi Produk Domestik Bruto dan inflasi yang lebih rendah, mendorong penurunan DXY.
Factors to Watch (Faktor yang Perlu Diperhatikan)
Faktor Global yang Perlu Diperhatikan:
- Kebijakan Perdagangan AS dan Ketidakpastian Tarif
Penundaan tarif 50% dari AS terhadap Uni Eropa hingga 9 Juli 2025, mengurangi ketegangan perdagangan, mendukung penguatan Indeks Dolar AS (DXY) ke 99,65 pada 28 Mei 2025. Namun, masih ada ketidakpastian karena rencana pemotongan pajak AS dapat meningkatkan defisit fiskal dan menekan mata uang rupiah.
2. Kebijakan Moneter The Fed
Risalah FOMC (29 Mei) dan data inflasi PCE (30 Mei) menjadi sorotan. Sinyal dari Neel Kashkari untuk menahan suku bunga mendukung dolar. Namun, data ekonomi AS yang lemah (revisi PDB dan inflasi rendah) pada 29 Mei menahan laju DXY (turun 0,60% pada Kamis). Ekspektasi penurunan suku bunga di masa depan dapat mendukung emas.
3. Ketegangan Geopolitik
Konflik di Timur Tengah dan Ukraina meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven dalam jangka panjang, meskipun optimisme perdagangan sementara menekan harga emas jangka pendek.
Nasional:
- Kebijakan Likuiditas Bank Indonesia
Injeksi likuiditas Rp80 triliun melalui Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) mulai April 2025 mendukung sektor perbankan dan stabilitas SBN. Surplus APBN Rp4,3 triliun pada April 2025 memperkuat fundamental domestik.
2. Stabilitas Pasar Obligasi Domestik
Imbal hasil SBN (Surat Berharga Negara, obligasi pemerintah Indonesia), dengan tenor pendek (1 tahun) turun 3,6 poin. Hal ini menunjukkan permintaan stabil untuk aset aman. Investor cenderung defensif, mendukung SBN sebagai pilihan konservatif.
Rekomendasi Investasi:
1. Reksa Dana:
- Investor Konservatif atau Pemula (Toleransi Risiko Rendah): Pilih reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap berbasis SBN. Alokasikan 70-80% portofolio untuk stabilitas, memanfaatkan imbal hasil SBN yang stabil (7,086% untuk tenor panjang). Cocok untuk investor yang mengutamakan pertumbuhan modal yang stabil dengan risiko rendah. Alokasikan 20-30% sisanya untuk berinvestasi pada reksa dana pasar uang dan emas.
- Investor Moderat atau Menengah (Toleransi Risiko Sedang): Pilih reksa dana campuran dengan alokasi 50% saham, 40% obligasi, dan 10% pasar uang. Ini memanfaatkan potensi rebound IHSG (mendekati 7.300) sambil menjaga stabilitas melalui SBN. Alokasikan 60% portofolio ke reksa dana ini.
- Investor Agresif (Toleransi Risiko Tinggi): Fokus pada reksa dana saham yang menargetkan sektor perbankan atau energi yang tahan volatilitas. Alokasikan 70-80% portofolio untuk memanfaatkan kenaikan IHSG jangka pendek, dengan 20% di reksa dana pendapatan tetap untuk diversifikasi.
2. Emas:
Harga emas turun ke <$3.310/ons (lokal sekitar Rp1,35–1,5 juta/gram), akibat penguatan dolar dan optimisme perdagangan. Namun, risiko geopolitik dan potensi penurunan suku bunga The Fed mendukung emas jangka panjang.
Investor dengan seluruh jenis profil risiko dapat mengalokasikan 5-10% dari portofolionya ke emas sebagai pelindung nilai aset.
Beli emas secara rutin dengan metode Dollar Cost Averaging untuk memperoleh harga rata-rata yang rendah dan mendapatkan pertumbuhan yang optimal.
3. Surat Berharga Negara (SBN):
Investor dapat mempertimbangkan Surat Berharga Negara Syariah seri Sukuk Ritel SR022 dengan tenor 3 dan 5 tahun yang sedang dalam penawaran umum sejak tanggal 16 Mei yang lalu.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.