fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 5 Juni 2025

tanamduit Breakfast News: 5 Juni 2025

oleh | Jun 5, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Menguat Ditopang Saham Nikel
  • Kenaikan IHSG Tidak Diikuti oleh IDX30, Bisnis27, SRI Kehati, Kecuali oleh ISSI
  • Harga Obligasi Pemerintah Naik di Pasar Perdagangan
  • Harga Emas Naik Mendekati Rekor Bulanan Karena Laporan Ekonomi AS yang Melemah
  • OECD Memprediksi Defisit Anggaran Indonesia Naik dan Mengapresiasi Upaya Pemerintah
SBN Seri Sukuk Ritel SR022, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
  • Kupon SR022 menjadi kupon Sukuk Ritel tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon (imbal hasil) SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.

Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 4 Juni 2025.

data-market-update-5-juni

IHSG Menguat Ditopang Saham Nikel

Pada Rabu, 4 Juni 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil naik 0,34% atau 24,21 poin, menutup di level 7.069,03.

Kenaikan ini didukung oleh saham-saham nikel yang melesat, seperti saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) yang naik 24,8%, dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) yang menguat 7,81%.

Selain itu, sektor barang baku, transportasi, dan kesehatan juga ikut mendorong penguatan IHSG.

Meski IHSG naik, harga nikel dunia justru turun ke US$15.438 per ton, melemah 0,64% di London Metal Exchange (LME).

Sepanjang 2025, harga nikel berada di kisaran US$15.000 per ton, jauh lebih rendah dibandingkan US$30.000 per ton pada 2023. Penurunan ini menunjukkan tantangan di pasar global. Namun, saham-saham nikel di Indonesia tetap menarik perhatian investor.

Kondisi pasar keuangan masih penuh tantangan, dengan ekonomi global yang diprediksi melambat oleh OECD menjadi 2,9% pada 2025.

Di dalam negeri, deflasi dan surplus perdagangan yang tipis menandakan ekonomi belum pulih sepenuhnya.

Namun, kenaikan IHSG hari ini memberikan harapan positif bagi investor di tengah ketidakpastian ekonomi. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Kenaikan IHSG Tidak Diikuti oleh IDX30, Bisnis27, SRI Kehati, Kecuali oleh ISSI

Pada 4 Juni 2025, pergerakan indeks saham di Bursa Efek Indonesia menunjukkan dinamika yang beragam.

IHSG naik 0,34% ke level 7.069,03, sementara IDX30 turun 0,04%, Bisnis27 melemah 0,61%, dan SRI Kehati turun 0,31%. Namun, ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) justru menguat 1,36%.

Untuk memahami penyebab pergerakan indeks-indeks ini, kita perlu melihat konteks pasar yang lebih luas, termasuk faktor internal dan eksternal yang memengaruhi sentimen investor.

Selain itu, komposisi masing-masing indeks juga perlu ditinjau. Berikut analisis penyebabnya:

Penyebab Pelemahan IDX30 dan Bisnis27

Indeks saham IDX30 yang terdiri dari 30 saham dengan likuiditas tinggi, dan Bisnis27 yang mencakup saham-saham unggulan, turun masing-masing sebesar 0,04% dan 0,61%.

Meski IHSG naik, terdorong oleh saham-saham nikel seperti PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) yang melonjak 24,8%, saham-saham besar dalam IDX30 dan Bisnis27 tidak terlalu diuntungkan oleh tren ini.

Sektor finansial, yang memiliki bobot besar dalam kedua indeks ini, justru melemah 1,2%, menunjukkan adanya tekanan pada saham perbankan, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang sering menjadi konstituen utama.

Selain itu, ketidakpastian ekonomi global, seperti proyeksi OECD yang memperkirakan pertumbuhan dunia melambat menjadi 2,9% pada 2025, serta ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, membuat investor lebih berhati-hati terhadap saham blue-chip yang mendominasi indeks-indeks ini.

Penyebab Pelemahan SRI Kehati

SRI Kehati, yang berfokus pada saham-saham kategori Environmental, Social, Governance/ESG, turun 0,31%.

Indeks ini cenderung dipengaruhi oleh saham-saham yang memenuhi kriteria keberlanjutan, seperti perusahaan di sektor barang konsumsi atau infrastruktur.

Namun, tidak banyak saham nikel yang menjadi anggota indeks ini. Alhasil, kenaikan sektor barang baku (4,59%) yang didorong oleh saham nikel seperti MBMA tidak berdampak signifikan pada SRI Kehati karena fokusnya berbeda.

Sebaliknya, pelemahan sektor finansial (-1,2%) dan utilitas (-0,81%), yang umumnya memiliki bobot besar dalam SRI Kehati, menjadi penyebab utama penurunan ini.

Selain itu, sentimen pasar yang volatil akibat deflasi dan adanya perkiraan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat, membuat investor cenderung menghindari saham-saham ESG yang dianggap kurang agresif dalam kondisi pasar seperti ini.

Penyebab Penguatan ISSI

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) menguat 1,36%, menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan indeks lain.

ISSI mencakup saham-saham yang sesuai dengan prinsip syariah. Beberapa di antaranya juga ada di IHSG, seperti PT Indika Energy Tbk (INDY) yang naik 6,91% dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang melonjak 5,11%.

Penguatan saham-saham ini, yang berada di sektor energi dan barang konsumsi, menjadi pendorong utama kenaikan ISSI.

Selain itu, investor syariah cenderung lebih stabil dalam menghadapi volatilitas pasar karena fokus pada saham-saham defensif, seperti barang konsumsi, yang tidak terlalu terpengaruh oleh penurunan harga nikel dunia atau pelemahan sektor finansial.

Sentimen positif dari bursa Asia, seperti kenaikan Kospi 2,66%, juga turut mendukung performa ISSI.

Harga Obligasi Pemerintah Naik di Pasar Perdagangan

Pada perdagangan Rabu, 4 Juni 2025, harga Surat Utang Negara (SUN) mengalami kenaikan.

Data dari PHEI menunjukkan bahwa imbal hasil (yield) SUN dengan jangka waktu (tenor) 5 tahun turun sebesar 2 basis poin ke 6,40%. Sementara itu, SUN 10 tahun turun 3 basis poin ke 6,80%.

Penurunan yield ini berarti harga SUN naik, menarik minat investor karena dianggap sebagai investasi yang aman di tengah pasar yang bergejolak.

Volume transaksi SUN di pasar sekunder mencapai Rp24,3 triliun, lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang sebesar Rp40,6 triliun.

Dua jenis SUN yang paling aktif diperdagangkan adalah FR0103 dan FR0104, dengan nilai transaksi masing-masing Rp5,7 triliun dan Rp4,8 triliun.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sedikit menguat dari Rp16.309 menjadi Rp16.295. Hal ini memberikan sentimen positif bagi investor. (BNI Sekuritas)

Harga Emas Naik Mendekati Rekor Bulanan Karena Laporan Ekonomi AS yang Melemah

Pada hari Rabu, 4 Juni 2025, harga emas dunia kembali naik mendekati level tertinggi dalam sebulan, mencapai sekitar $3.370 per ons.

Kenaikan ini terjadi karena lemahnya laporan ekonomi Amerika Serikat memicu kekhawatiran tentang masa depan ekonomi.

Salah satunya adalah data ISM* yang menunjukkan bahwa sektor jasa menyusut di bulan Mei, akibat penurunan pesanan baru dan naiknya biaya produksi, yang kemungkinan dipengaruhi oleh tarif baru pemerintahan Trump.

Data lain menunjukkan bahwa hanya terdapat 37.000 pekerjaan baru yang ditambahkan oleh perusahaan swasta di bulan Mei. Angka ini berada jauh di bawah prediksi dan terendah sejak Maret 2023.

Hal ini membuat investor menantikan laporan pekerjaan resmi pada hari Jumat untuk petunjuk arah kebijakan bank sentral AS (Fed).

Di tengah tekanan ekonomi global, Presiden Trump kesulitan mencapai kesepakatan dagang dengan China, dan AS resmi menaikkan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50%, yang turut memengaruhi pasar emas. (Trading Economics)

*Catatan: Data ISM adalah laporan bulanan yang mengukur aktivitas ekonomi di sektor jasa di AS, seperti restoran, perhotelan, layanan kesehatan, dan lainnya. Indeks ini dibuat berdasarkan survei kepada para manajer pembelian di perusahaan-perusahaan jasa, yang ditanya tentang kondisi bisnis mereka, termasuk pesanan baru, tenaga kerja, dan biaya. Angka di atas 50 menunjukkan sektor jasa sedang tumbuh, sedangkan di bawah 50 berarti sektor tersebut menyusut.

OECD Memprediksi Defisit Anggaran Indonesia Naik dan Mengapresiasi Upaya Pemerintah

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperkirakan defisit anggaran Indonesia pada 2025 akan naik menjadi 2,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih tinggi dari 2,3% pada 2024.

Kenaikan ini dipengaruhi oleh program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk anak sekolah dan ibu hamil, pembentukan dana kekayaan negara baru bernama Danantara, serta hilangnya pendapatan akibat diskon tarif listrik. Ketiga hal ini diperkirakan menambah tekanan sebesar 1,6% terhadap defisit anggaran.

OECD mengapresiasi langkah pemerintah yang dapat menekan defisit dengan efisiensi belanja hingga 1,3% dari PDB, sehingga defisit tetap di bawah batas maksimum 3% sesuai aturan Undang-Undang.

Selain itu, pendapatan negara diprediksi meningkat mulai 2026, membantu menurunkan utang publik yang saat ini sekitar 40% dari PDB.

Upaya ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi di tengah tantangan global.

OECD juga memuji upaya pemerintah dalam mempercepat pengelolaan dana Danantara dengan transparansi dan akuntabilitas, yang diyakini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Langkah ini dianggap tepat di tengah ketidakpastian global, meskipun pemerintah perlu tetap waspada agar program besar seperti MBG dan Danantara berjalan lancar tanpa membebani defisit anggaran.

Dengan pengelolaan yang baik, Indonesia diharapkan dapat melewati tantangan ini dengan sukses. (Bloomberg Technoz)

Factors to Watch (Faktor yang Perlu Diperhatikan)

Faktor Global yang Perlu Diperhatikan:

  1. Ketegangan Perdagangan AS-China:
  • Trump menyebut sulitnya kesepakatan dengan Xi Jinping, ditambah tarif AS baru (50% pada baja dan aluminium mulai 4 Juni), meningkatkan ketidakpastian. Pertemuan Trump-Xi akhir pekan ini jadi sorotan. Dampak: Volatilitas IHSG tinggi, rupiah tertekan (Rp16.295/US$), aliran modal keluar dari Bursa Efek Indonesia meningkat.

2. Geopolitik:

  • Konflik Rusia-Ukraina tanpa tanda damai mendorong permintaan emas sebagai aset aman, meski harga turun di bawah $3.360/ons akibat dolar AS naik 0,09%. Dampak: Harga emas lokal naik-turun. Namun, emas tetap menarik sebagai lindung nilai.

3. Ekonomi Global:

  • OECD memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia melambat ke 2,9% pada 2025, ditambah kontraksi sektor jasa AS (ISM PMI) dan ADP hanya +37.000 pekerjaan. Yield US Treasury 10-tahun turun ke 4,37%. Dampak: Pasar obligasi lokal (SBN) kompetitif, saham Indonesia berisiko tinggi, emas berpotensi naik.

4. Kebijakan Fed:

  • Fed hati-hati soal suku bunga meski data lemah, pasar perkirakan dua penurunan suku bunga pada 2025, kemungkinan mulai Oktober. Dampak: Rupiah dan IHSG tertekan, investor cenderung defensif, Surat Berharga Negara (SBN) menjadi semakin menarik.

Nasional:

  1. Data Ekonomi:
  • Defisit anggaran diprediksi oleh OECD membengkak ke 2,8% PDB, ditambah deflasi Indeks Harga Konsumen (IHK), surplus perdagangan tipis, dan kontraksi manufaktur (PMI 47,4). Dampak: IHSG berisiko turun, investor asing keluar, resesi teknikal mengintai.

    2. Rupiah dan Pasar:

    • Rupiah stabil berkat intervensi BI, harga SBN naik (yield 10-tahun turun ke 6,80%), volume transaksi turun ke Rp24,3 triliun. Dampak: SBN jadi instrumen investasi yang menarik untuk investor konservatif, sementara saham berisiko tinggi.

    3. Stimulus Pemerintah:

    • Efisiensi belanja (1,3% PDB) diharapkan jaga defisit di bawah 3%, pendapatan negara naik mulai 2026. Dampak: Sentimen pasar saham dan obligasi sedikit membaik, namun investor tetap perlu berhati-hati.

    Rekomendasi Investasi:

    1. Reksa Dana:

    • Pemula atau Investor Konservatif (Risk Averse, Toleransi Risiko Rendah):
    • Investasikan 70%-80% ke Reksa Dana Pasar Uang dan Pendapatan Tetap, 10%-20% ke SBN (Surat Berharga Negara) untuk stabilitas, memanfaatkan imbal hasil SBN dan likuiditas BI di tengah volatilitas IHSG. Investasikan sisanya di emas untuk jangka panjang.
    • Investor Moderat (Toleransi Risiko Sedang):
    • Investasikan 60% ke Reksa Dana Campuran, atau kombinasi Reksa Dana Saham, Indeks Saham, dan Pendapatan Tetap dengan portofolio obligasi, untuk stabilitas NAB dan menahan volatilitas pasar saham.
    • Investor Agresif (Toleransi Risiko Tinggi): 
    • Investasikan 60%-70% ke Reksa Dana Saham Syariah (ISSI +1,36%) yang tahan banting. Investasikan 20%-30% sisanya di Reksa Dana Pasar Uang dan SBN, serta 10%-15% di emas untuk diversifikasi.

    2. Emas:

    Harga emas turun di bawah $3.360/ons. Namun, risiko geopolitik dan perdagangan mendukung daya tarik jangka panjang. Harga lokal fluktuatif akibat rupiah lemah.

    Rekomendasi: Alokasikan 10-15% portofolio untuk semua profil risiko sebagai lindung nilai. Jika pertemuan AS-China gagal, harga berpotensi naik.

    3. Surat Berharga Negara (SBN):

    SBN stabil, yield 10-tahun menarik atau kompetitif di 6,80%, didukung ekspektasi penurunan suku bunga global.

    Investasikan 20–30% ke SBN untuk investor konservatif, 15% untuk moderat, 10% untuk agresif.

    Investor dapat mempertimbangkan SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 dengan tenor 3 dan 5 tahun, yang sudah bisa dibeli di tanamduit sejak 16 Mei 2025.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

     

     

     

    tanamduit team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile