fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Weekly Market Recap (9-13 Juni 2025)

tanamduit Weekly Market Recap (9-13 Juni 2025)

oleh | Jun 16, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market pada minggu 9-13 Juni 2025 dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Weekly Market Recap:

  • IHSG Naik 0,74% dan Harga SUN Juga Naik, Ditandai dengan Turunnya Yield SUN 10 Tahun ke 6,67% Pada 10-13 Juni 2025
  • Emas Melonjak ke $3.428 Dipicu Perang Israel-Iran dan Inflasi AS pada 10-13 Juni 2025
  • Harga Minyak Dunia Naik Signifikan Setelah Serangan Israel ke Iran 13 Juni 2025
  • Imbal Hasil (Yield) US Treasury Turun pada 10-13 Juni 2025
SBN Seri Sukuk Ritel SR022, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
  • Kupon SR022 menjadi kupon Sukuk Ritel tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon (imbal hasil) SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.

Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data kinerja indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi pada pekan 9-13 Juni 2025.

data-market-update-weekly-recap-9-13-juni

IHSG Naik 0,74% dan Harga SUN Juga Naik Ditandai dengan Turunnya Yield SUN 10 Tahun ke 6,67% Pada 10-13 Juni 2025

Pada minggu 10-13 Juni 2025, IHSG bergerak fluktuatif. Pada Selasa (10/6), IHSG melonjak 1,65% ke 7.230,74, didorong oleh saham besar seperti TPIA, BMRI, dan BREN, serta sentimen positif dari negosiasi dagang AS-Tiongkok yang meredakan ketegangan tarif.

Namun, IHSG turun tipis 0,11% ke 7.222,46 pada Rabu (11/6) dan 0,25% ke 7.204,37 pada Kamis (12/6). Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran global, termasuk proyeksi Bank Dunia yang memangkas pertumbuhan dunia ke 2,3%.

IHSG kembali melemah pada hari Jumat (13/6), karena ketegangan geopolitik Timur Tengah setelah serangan Israel ke Iran.

Di dalam negeri, keyakinan konsumen turun ke 117,5 (terendah sejak 2022) dan penurunan penjualan mobil 15,1% memengaruhi saham seperti ASII. Meski inflasi AS rendah (2,4%) mendukung harapan suku bunga Fed turun, stabilitas rupiah (Rp16.243/US$) dan cadangan devisa US$152,5 miliar membantu menahan tekanan.

Investor disarankan diversifikasi untuk hadapi volatilitas pasar. Pasar obligasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan minat yang kuat.

Harga Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun naik, ditandai dengan penurunan imbal hasil (yield) dari 6,76% pada Selasa (10/6) menjadi 6,67% pada Kamis (12/6), terendah sejak November 2024.

Volume transaksi SBN tinggi, mencapai Rp31 triliun (Selasa) dan Rp27,1 triliun (Kamis), dengan lelang sukuk negara (SBSN) menarik penawaran Rp36,89 triliun, tertinggi tahun ini.

Permintaan besar ini didukung oleh penguatan rupiah ke Rp16.243/US$ dan harapan pemangkasan suku bunga BI setelah pernyataan Gubernur Perry Warjiyo.

Penurunan yield SUN sejalan dengan turunnya yield Treasury AS ke 4,36%, meningkatkan daya tarik SBN. Namun, kenaikan harga minyak ke $73 per barel akibat konflik Timur Tengah berisiko memicu inflasi, yang bisa menekan harga obligasi jika BI menunda pemangkasan suku bunga.

Pasar saham Indonesia volatile (naik-turun), tetapi saham energi seperti MEDC dan ENRG berpotensi naik. Investor disarankan diversifikasi ke reksa dana campuran dan SBN untuk stabilitas di tengah ketidakpastian global.

Emas Melonjak ke $3.428 Dipicu Perang Israel-Iran dan Inflasi AS pada 9-13 Juni 2025

Harga emas (XAU/USD) bergerak fluktuatif selama 9-13 Juni 2025.

  • Pada Senin (9/6), emas turun tipis 0,01% ke $3.324,47 per ons. Penurunan ini terjadi karena optimisme negosiasi dagang AS-Tiongkok di London, sehingga mengurangi permintaan emas sebagai aset safe haven.
  • Selasa (10/6), harga stabil di sekitar $3.325, namun kembali naik pada Rabu.
  • Rabu (11/6), harga emas kembali naik ke $3.330-$3.360, didorong oleh data inflasi AS yang rendah (2,4%) yang menyebabkan imbal hasil (yield) US Treasury menjadi turun. Selain itu, pelemahan tenaga kerja meningkat. Faktor-faktor ini membuat harga emas naik;
  • Kamis (12/6), emas mencapai $3.383,22 (+0,9%), dan pada
  • Jumat (13/6), emas melonjak ke $3.428,77 (+1,37%), level tertinggi sejak awal Mei. Serangan Israel ke Iran memicu kekhawatiran konflik Timur Tengah, mendorong investor ke emas, Terlebih, kenaikan harga minyak 8% ke $73 per barel yang menambah ketidakpastian.

Harga emas diperkirakan tetap volatile (naik-turun) dalam jangka pendek.

Jika konflik Timur Tengah memburuk atau data ekonomi AS melemah, harga emas bisa naik ke $3.500. Namun, jika kesepakatan AS-Tiongkok disetujui, emas berisiko turun ke $3.300-$3.250.

Harga Minyak Dunia Naik Signifikan Setelah Serangan Israel ke Iran 13 Juni 2025

Harga minyak WTI dan Brent berfluktuasi selama 9-13 Juni 2025.

  • Awal minggu, WTI naik dari $64,56 ke $65,56 per barel dan Brent dari $66,45 ke $67,30, didorong oleh optimisme negosiasi dagang AS-Tiongkok.
  • Harga turun pada Rabu (11/6) dan Kamis (12/6) ke $64,82 (WTI) dan $66,68 (Brent), akibat kekhawatiran turunnya permintaan,
  • Hari Jumat (13/6), Crude Oil WTI naik sekitar 8% ke atas $73 dan Brent ke kisaran $75 per barrel, tertinggi dalam dua bulan terakhir. Serangan Israel ke Iran pada Jumat (13/6), dan serangan balasan dari Iran, memicu ketakutan gangguan pasokan di Selat Hormuz. Terlebih, turunnya stok minyak AS dan rendahnya inflasi AS (2,4% Mei 2025) mendukung ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve.

Kenaikan harga minyak akan meningkatkan pendapatan ekspor migas Indonesia. Namun, naiknya harga minyak dapat menambah beban subsidi BBM, menaikkan inflasi dan melemahkan daya beli.

Selain itu, rupiah berisiko tertekan. Di sisi lain, IHSG tetap volatile–saham konsumer berpotensi melemah, tetapi emiten energi berpotensi naik.

Harga minyak bisa mencapai $75-$80 jika konflik berlanjut atau turun ke $65-$70 jika ketegangan mereda.

Imbal Hasil (Yield) US Treasury Turun pada 10-13 Juni 2025

Pada 10-13 Juni 2025, imbal hasil (yield) US Treasury 10 tahun menunjukkan penurunan bertahap.

Pada Selasa (10/6), yield berada di sekitar 4,47%. Yield turun menjadi 4,36% pada Kamis (12/6), setelah data ekonomi AS menunjukkan pelemahan. Jumat (13/6), yield sedikit naik ke 4,41%, mencerminkan volatilitas akibat ketegangan geopolitik.

Penurunan ini konsisten dengan pelemahan pasar tenaga kerja AS dan inflasi Mei 2025 (2,4%) yang lebih rendah dari perkiraan (2,5%), sehingga meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada September mendatang.

Dalam jangka pendek, yield diperkirakan bergerak di 4,3%-4,5%, dengan risiko kenaikan jika data Indeks Harga Produsen AS menunjukkan inflasi tinggi.

Factors to Watch:

Global:

Ketegangan Geopolitik dan Komoditas

  • Serangan Israel ke Iran pada 13 Juni 2025 mendorong harga minyak WTI naik ~8% ke $73 per barel dan emas ke $3.428 per ons, karena kekhawatiran gangguan pasokan di Selat Hormuz. Selain itu ketidakpastian perdagangan AS, meskipun ada jeda tarif 90 hari, meningkatkan volatilitas pasar saham global (kontrak berjangka AS turun >1%).
  • Inflasi AS Mei 2025 sebesar 2,4% (di bawah prediksi 2,5%) dan pengangguran 1,956 juta (tertinggi 4 tahun) memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve, menopang naiknya permintaan emas dan obligasi.

Nasional: Ekonomi dan Pasar

  • Rupiah tren menguat ke level 16.200an per USD, didukung oleh naiknya minat SBN yang membuat yield 10 tahun turun ke 6,67
    • Spekulasi akan adanya pemangkasan BI rate (5,5% pasca-Mei 2025), tetapi ketegangan politik di Timur Tengah yang membuat naiknya harga minyak dunia berisiko memicu inflasi di atas 1,60% (Mei 2025) menjadi pertimbangan terhalangnya penurunan suku bunga BI Rate.

Factors to Watch:

A. Global: Ketegangan Geopolitik dan Harga Komoditas

  • Serangan Israel ke Iran pada 13 Juni 2025 mendorong harga minyak WTI naik ~8% ke $73 per barel dan emas ke $3.428 per ons, karena kekhawatiran gangguan pasokan di Selat Hormuz. Selain itu, ketidakpastian perdagangan AS, meskipun ada jeda tarif 90 hari, meningkatkan volatilitas pasar saham global (kontrak berjangka AS turun >1%).
  • Inflasi AS Mei 2025 sebesar 2,4% (di bawah prediksi 2,5%) dan pengangguran 1,956 juta (tertinggi 4 tahun) memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve, menopang naiknya permintaan emas dan obligasi.

B. Nasional: Ekonomi dan Pasar

  • Rupiah tren menguat ke level 16.200-an per USD, didukung oleh naiknya minat SBN yang membuat yield SUN bertenor 10 tahun turun ke 6,67%.
  • Terdapat spekulasi terkait potensi pemangkasan BI rate ke 5,5% pasca Mei 2025. Namun, ketegangan politik di Timur Tengah yang membuat naiknya harga minyak dunia, berisiko memicu inflasi di atas 1,60% (Mei 2025). Hal ini menjadi pertimbangan terhalangnya penurunan suku bunga BI Rate.

Rekomendasi Investasi:

1.  Reksa Dana

  • Konservatif: Reksa Dana Pendapatan Tetap 40%-50% portofolio untuk stabilitas, 30%-40% Reksa Dana Pasar Uang, 10%-20% di SBN dan sisanya di emas.
  • Moderat: Reksa Dana Campuran 20%-30% dengan eksposur saham blue chip (BMRI, BBCA), 30%-40% Reksa Dana Pendapatan Tetap, 20%-30% Reksa Dana Pasar Uang, 10%-20% SBN dan sisanya di emas.
  • Agresif: Reksa Dana Saham dan/atau Indeks Saham 50-60% untuk peluang pertumbuhan. Untuk jangka pendek, pilih yang memiliki portfolio sektor energi.

market-update-top-5-rd-tanamduit-16-juni

2. Emas

Meningkatnya konflik Timur Tengah, yaitu perang Israel vs Iran, diperkirakan akan berlangsung tidak sebentar. Hal ini meningkatkan ketidakpastian global dan mendorong naik harga emas sebagai aset safe haven. Alokasikan 5-10% ke emas untuk lindung nilai dan jangka menengah panjang.

3. SBN

Yield SBN turun ke 6,67%, lelang SBSN menarik Rp36,89 triliun, didukung spekulasi pemangkasan BI rate. Risiko inflasi dari minyak dapat menahan pemangkasan suku bunga.

Alokasi 5%-10% ke SBN seri SR022 yang sedang dalam masa penawaran dan memberikan kupon 6,45% dan 6,55% per tahun.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

     

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

     

     

     

    tanamduit team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile