fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 17 Juni 2025

tanamduit Breakfast News: 17 Juni 2025

oleh | Jun 17, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Anjlok 0,68% Akibat Konflik Global dan Tekanan Saham Besar
  • Yield SUN Naik Tipis di Tengah Ketegangan Global: Apa Penyebabnya?
  • Rupiah Menguat ke Rp16.265 karena Dolar Melemah dan Minat SBN Tinggi
  • Emas Turun di Bawah $3.400 karena Konflik Timur Tengah Mereda
SBN Seri Sukuk Ritel SR022, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
  • Kupon SR022 menjadi kupon Sukuk Ritel tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon (imbal hasil) SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.

Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 16 Juni 2025.

data-market-update-17-juni-2025

IHSG Anjlok 0,68% Akibat Konflik Global & Tekanan Saham Besar

IHSG turun 0,68% ke level 7.117,59 pada Senin, 16 Juni 2025, dengan 388 saham melemah dan hanya 232 menguat.

Penurunan ini didorong oleh saham besar seperti Amman Mineral Internasional (AMMN) yang menyumbang pelemahan 19,85 poin (-7,62%) dan Bank Central Asia (BBCA) sebesar 6,82 poin (-1,11%).

Sektor barang baku, konsumen non-primer, dan transportasi mencatat penurunan terbesar. Transaksi IHSG tercatat Rp14,97 triliun dan investor asing melakukan net sell senilai Rp143 miliar.

Penyebab utama koreksi IHSG adalah eskalasi konflik Israel-Iran yang memasuki hari keempat tanpa tanda damai.

Serangan Israel ke situs militer dan nuklir Iran serta balasan Iran memicu kekhawatiran perang lebih luas di Timur Tengah, mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas ($70 per gram) dan meninggalkan saham.

Kenaikan harga minyak WTI ke $72,98 (naik 7,26%) juga menambah ketidakpastian, karena berisiko memicu inflasi global. Di dalam negeri, keyakinan konsumen rendah (IKK 117,2) dan penurunan penjualan menjulang memengaruhi saham konsumer.

Selain mengamati konflik global, pasar juga menanti keputusan suku bunga dari bank sentral seperti Federal Reserve dan Bank Indonesia.

Inflasi AS bulan Mei sebesar 2,4%, yang lebih rendah dari ekspektasi 2,5%, meningkatkan harapan terjadinya pemangkasan suku bunga US oleh the Fed. Namun, ketegangan geopolitik, terutama di Timur Tengah antara Israel dan Iran, dapat menahan kebijakan ini.

Selain itu, ketegangan geopolitik juga dapat menekan IHSG lebih lanjut. Terlebih, aksi jual investor asing pada saham seperti BBRI memperburuk koreksi. Meski rupiah menguat ke Rp16.243/US$ dan SBN diminati, volatilitas pasar tetap tinggi. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)

Yield SUN Naik Tipis di Tengah Ketegangan Global: Apa Penyebabnya?

Harga Surat Utang Negara (SUN) melemah pada awal pekan ini, ditunjukkan dengan kenaikan imbal hasil (yield) SUN 5-tahun ke 6,32% dan SUN 10-tahun 3 bps ke 6,73% pada Senin, 16 Juni 2025.

Volume transaksi SBN turun ke Rp25,8 triliun dari Rp32,6 triliun sebelumnya, dengan seri FR0104 dan FR0100 paling aktif.

Transaksi obligasi korporasi mencapai Rp2 triliun, sementara rupiah menguat 0,24% ke Rp16.265 per dolar AS, mendukung stabilitas pasar.

Kenaikan yield SUN dipicu oleh sentimen global yang negatif akibat eskalasi konflik Israel-Iran, yang mendorong harga minyak naik ke $72,98 (WTI) dan meningkatkan kekhawatiran inflasi AS.

Yield US Treasury 10-tahun juga naik ke 4,46%, mencerminkan ekspektasi bahwa Federal Reserve mungkin menahan pemangkasan suku bunga karena inflasi.

Di dalam negeri, investor berhati-hati menjelang lelang SUN pada 17 Juni dengan target Rp26 triliun dan keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI). Namun, penurunan Credit Default Swap (CDS) Indonesia ke 76 basis poin menunjukkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia tetap terjaga.

Rupiah Menguat ke Rp16.265 Karena Dolar Melemah & Minat SBN Tinggi

Rupiah menguat 0,24% ke level Rp16.265 per dolar AS pada Senin, 16 Juni 2025, sementara indeks dolar AS turun 0,19% ke 97,99.

Penguatan ini terjadi di tengah ketegangan geopolitik akibat konflik Israel-Iran, yang membuat investor berhati-hati. Selain itu, minat investor terhadap Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia meningkat, didukung oleh struktur utang luar negeri (ULN) yang sehat, dengan rasio ULN terhadap PDB turun ke 30,3% pada April 2025.

Alian modal asing ke SBN membantu rupiah bertahan meski pasar global volatile.

Rupiah juga didukung oleh pelemahan dolar AS menjelang keputusan suku bunga dari bank sentral utama, seperti Federal Reserve dan Bank Indonesia.

Investor menanti apakah suku bunga AS akan turun setelah inflasi rendah (2,4% Mei 2025), yang melemahkan dolar.

Di Asia, mata uang seperti won Korea dan yuan Tiongkok juga menguat, sedangkan yen Jepang melemah. Meski ULN Indonesia naik ke US$431,55 miliar, stabilitas ekonomi domestik dan cadangan devisa US$152,5 miliar membuat rupiah menarik.

Analis memperkirakan rupiah bergerak di Rp16.220-Rp16.270, dengan volatilitas tergantung pada geopolitik dan kebijakan suku bunga. (Bisnis)

Emas Turun di Bawah $3.400 karena Konflik Timur Tengah Mereda

Harga emas turun sedikit di bawah $3.400 per ons pada Senin, 16 Juni 2025, setelah sempat menyentuh rekor $3.465 di awal sesi.

Penurunan ini terjadi karena kekhawatiran atas konflik Israel-Iran mereda, sehingga mengurangi permintaan emas sebagai aset aman. Laporan menyebutkan Iran bersedia memulai kembali perundingan nuklir dengan AS, menunjukkan kemungkinan penghentian serangan setelah empat hari pertempuran.

Konflik yang tidak merusak infrastruktur energi global juga membuat investor lebih optimistis, mengurangi kebutuhan akan emas.

Selain itu, ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga minggu ini turut menekan harga emas. Data inflasi AS yang rendah (2,4% Mei 2025) dan pelemahan pasar tenaga kerja meningkatkan harapan pelonggaran kebijakan moneter pada September.

Namun, untuk saat ini, stabilitas suku bunga membuat emas kurang menarik. Investor kini menanti proyeksi ekonomi Federal Reserve untuk melihat bagaimana bank sentral menyeimbangkan risiko inflasi dan ekonomi yang melambat.

Dengan sentimen risiko yang membaik, harga emas cenderung tertekan dalam jangka pendek. (Trading Economics)

Yield Obligasi AS Turun karena Harapan Suku Bunga Rendah

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS 10 tahun turun ke 4,41% pada Senin, 16 Juni 2025, dari puncak harian 4,46%.

Penurunan ini terjadi karena kekhawatiran konflik Israel-Iran mereda setelah Iran menyatakan kesiapan untuk negosiasi nuklir dengan AS, mengurangi risiko perang yang bisa mengganggu pasokan minyak.

Harga minyak yang turun setelah lonjakan ke $72,98 per barel membantu menahan inflasi, membuat pasar obligasi lebih tenang dan menurunkan yield US Treasury.

Yield turun lebih lanjut karena data inflasi AS Mei 2025 hanya 2,4% (di bawah prediksi 2,5%) dan pengangguran melonjak ke 1,956 juta, meningkatkan harapan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga paling cepat September.

Investor membeli obligasi Treasury untuk mengunci yield sebelum turun lebih rendah, mendorong harga obligasi naik dan yield turun.

Meski Fed diperkirakan mempertahankan suku bunga pada Rabu besok, proyeksi ekonomi atau “forward looking” the Fed yang akan dirilis menjadi fokus pasar, memengaruhi sentimen obligasi.

Penurunan yield Treasury membuat SUN Indonesia, dengan yield 6,67% (12/6), lebih menarik bagi investor asing, berpotensi menaikkan harga SUN dan menurunkan yield-nya.

Penguatan rupiah ke Rp16.265/US$ dan spekulasi pemangkasan BI rate mendukung permintaan SBN. Namun, jika konflik Timur Tengah memanas lagi atau inflasi global naik, yield SUN bisa meningkat, menekan harga obligasi.

Investor disarankan memantau keputusan suku bunga Fed dan geopolitik untuk mengantisipasi volatilitas pasar obligasi Indonesia. (Trading Economics)

Factors to Watch:

A. Global: Konflik Geopolitik dan Komoditas

  1. Ketegangan Geopolitik dan Harga Komoditas
  • Eskalasi konflik Israel-Iran; meski Iran menyatakan kesiapan negosiasi nuklir, mendorong harga minyak WTI ke $72,98 per barel dan emas ke $3,400 per ons (16/6/2025). Kekhawatiran gangguan pasokan di Selat Hormuz meningkatkan volatilitas pasar saham global (kontrak berjangka AS turun >1%) dan meningkatkan permintaan aset safe haven (emas).
  • Inflasi AS rendah (2,4% Mei 2025) dan pengangguran tinggi (1,956 juta) memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada September, menekan yield US Treasury ke 4,41%. Keputusan suku bunga Fed (Rabu, 18/6) dan proyeksi ekonominya menjadi fokus pasar.

2. Nasional: Pasar dan Ekonomi Indonesia

  • Indeks Keyakinan Konsumen rendah (IKK 117,5) dan penurunan penjualan mobil 15,1% menekan saham konsumer. Rupiah tren menguat 0,24% karena melemahnya US Dollar dan juga naiknya aliran modal asing ke SBN.
  • Yield SUN 10-tahun naik ke 6,73%, tetapi permintaan SBN kuat (lelang SBSN Rp36,89 triliun). Kenaikan utang luar negeri (ULN) ke US$431,55 miliar dianggap sehat (rasio ULN/PDB 30,3%). Spekulasi pemangkasan BI rate dan cadangan devisa US$152,5 miliar mendukung SBN, namun risiko inflasi dari minyak mengancam.

B. Nasional: Kondisi Ekonomi Indonesia

  1. Sentimen konsumen yang melemah (IKK 117.5, terendah sejak 2022) dan penurunan penjualan mobil 15.1% (Mei 2025) menekan saham otomotif seperti ASII.
  2. Rupiah menguat ke Rp16.243/US$, didukung oleh minat besar pada SBN (yield 10 tahun turun ke 6.67%) dan kesepakatan tarif Indonesia-AS. Spekulasi pemangkasan BI rate pada Juni mendukung obligasi, tetapi risiko inflasi dari kenaikan minyak dapat melemahkan rupiah.

Rekomendasi Investasi:

  1. Investor perlu memantau ketegangan Timur Tengah, data Indeks Harga Produsen AS, dan finalisasi kesepakatan AS-Tiongkok, yang dapat memengaruhi saham, obligasi, dan rupiah.
  2. Di Indonesia, penguatan rupiah dan minat SBN mendukung reksa dana obligasi, sementara IHSG volatile menyarankan diversifikasi.
  3. Rekomendasi Investasi:
  • Untuk Investor Pemula (Konservatif): Fokus pada Reksa Dana Pendapatan Tetap (investasikan 40%-50%), Reksa Dana Pasar Uang (30%-40%), dan alikasikan 5%-10% sisanya Emas.
  • Untuk Investor Menengah (Moderat): Alokasikan ke Reksa Dana Campuran (40%-50%) yang portofolionya terdiri dari: 40-60% obligasi dan 30-40% saham. Atau, alokasikan 40%-50% ke Reksa Dana Pendapatan Tetap dan 30%-40% Reksa Dana Saham dan Indeks Saham.
  • Untuk Investor Agresif: Alokasikan 40%-50% ke Reksa Dana Saham dengan portofolio yang berfokus di blue-chips dan energi, alokasikan 40%-50% di Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Pasar Uang, 10%-15% di Emas.

    Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

    DISCLAIMER:

    Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

    PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

    Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

     

    tanamduit Team

    tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

    banner-download-mobile