fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 20 Juni 2025

tanamduit Breakfast News: 20 Juni 2025

oleh | Jun 20, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • Konflik Timur Tengah dan Ketidakpastian Global Picu IHSG Anjlok Nyaris 2 Persen
  • Konflik Global dan Kebijakan Fed Tekan Rupiah ke Rp16.406
  • Harga Emas Turun ke $3.350 Karena Investor Melakukan Profit Taking
  • Eskalasi Iran-Israel Berpotensi Besar Mengacaukan Rantai Pasok, Pasar Keuangan, Komoditas Global, serta Pasar Indonesia

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 19 Juni 2025.

market-update-data-20-juni-2025

Konflik Timur Tengah dan Ketidakpastian Global Picu IHSG Anjlok Nyaris 2 Persen

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambruk 1,96% pada Kamis (19/6), ditutup di level 6.968, di bawah ambang psikologis 7.000.

Penurunan ini menjadi salah satu yang terbesar belakangan ini dan sejalan dengan pelemahan bursa global, seperti Hang Seng (turun 1,99%), Nikkei (1,02%), bursa Eropa, dan sebagian besar indeks AS.

Faktor utama di balik anjloknya IHSG adalah memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah, terutama antara Iran dan Israel. Ketegangan ini memicu kekhawatiran akan melonjaknya harga minyak dan gangguan distribusi energi, seperti potensi blokade Selat Hormuz.

Situasi ini dapat menaikkan biaya transportasi dan memperparah inflasi global, mendorong investor menarik dana dari pasar saham.

Selain itu, harapan pemangkasan suku bunga AS yang kian memudar turut menekan pasar. Saat ini, peluang penurunan suku bunga The Fed hanya 25 basis poin hingga akhir tahun, berpotensi melemahkan daya beli dan memperlambat ekonomi dunia.

Sementara itu, di dalam negeri, sektor konsumer non-primer terpukul karena daya beli kelas menengah menurun pasca-pandemi, memperburuk tekanan pada IHSG.

Analis memproyeksikan IHSG berpotensi melorot ke 6.800–6.900 dalam jangka pendek.

Pelemahan ini mencerminkan respons pasar terhadap risiko geopolitik dan ekonomi global, ditambah dinamika lokal di mana ekonomi kini lebih ditopang kelas atas, sementara kelas menengah cenderung menabung.

Konflik Global dan Kebijakan Fed Tekan Rupiah ke Rp16.406

Nilai tukar rupiah melemah 0,57% ke Rp16.406 per dolar AS pada Kamis (19/6/2025), seiring penguatan tipis dolar AS. Pelemahan ini sejalan dengan mata uang Asia lainnya, seperti yen Jepang, won Korea, rupee India, dan ringgit Malaysia.

Penguatan dolar didorong oleh ketegangan geopolitik antara AS dan Iran. AS dilaporkan bersiap menyerang Iran, meningkatkan risiko konflik di Timur Tengah.

Selain itu, Federal Reserve mempertahankan suku bunga di 4,25%–4,50% dan mengisyaratkan penurunan suku bunga yang lebih lambat, karena inflasi diprediksi naik akibat tarif impor yang diberlakukan Presiden Trump.

Di dalam negeri, pencairan gaji ke-13 ASN dan insentif pemerintah diharapkan mendongkrak konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025, yang menyumbang 55% pertumbuhan ekonomi. Namun, eskalasi konflik Timur Tengah dapat menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diperkirakan hanya 4,8% tahun ini.

Meski insentif bisa mendorong konsumsi, efeknya terbatas jika hanya berlangsung singkat. Analis memprediksi rupiah akan tetap fluktuatif dan cenderung melemah di kisaran Rp16.400–Rp16.460 pada Jumat (20/6/2025). (Bisnis)

Harga Emas Turun ke $3.350 Karena Investor Melakukan Profit Taking

Harga emas turun ke sekitar $3.350 per ons pada Kamis (19/6), mencapai titik terendah dalam seminggu. Penurunan ini terjadi karena investor menjual emas untuk menutup kerugian di pasar lain akibat memanasnya konflik Israel-Iran.

Konflik Israel-Iran kini memasuki hari ketujuh. Israel dilaporkan menyerang lebih dari 20 target di Tehran, termasuk fasilitas terkait senjata nuklir dan produksi misil Iran. AS mempertimbangkan untuk bergabung dalam serangan, meningkatkan risiko perang regional yang lebih luas.

Di sisi lain, Federal Reserve AS (bank sentral AS) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada Rabu. Fed juga hanya mengisyaratkan dua kemungkinan penurunan suku bunga tahun ini, meskipun inflasi tetap tinggi dan pertumbuhan ekonomi melambat.

Keputusan ini menuai kritik dari Presiden Trump yang mendesak penurunan suku bunga lebih agresif. Ketidakpastian dari konflik global dan kebijakan Fed membuat investor cemas, mendorong penjualan emas dan tekanan pada harganya. (Trading Economics)

Eskalasi Iran-Israel Berpotensi Besar Mengacaukan Rantai Pasok, Pasar Keuangan, dan Komoditas Global serta Pasar Indonesia

Konflik Iran-Israel telah memasuki fase kritis pada Juni 2025, dengan Israel melancarkan serangan udara ke fasilitas nuklir dan militer Iran, diikuti serangan balasan Iran menggunakan lebih dari 100 drone dan misil balistik.

Ketegangan meningkat setelah laporan bahwa AS mempertimbangkan keterlibatan militer, sementara Iran mengancam akan memblokade Selat Hormuz, jalur vital untuk 20% pasokan minyak dan 20% LNG global.

Hingga 17 Juni, Selat Hormuz tetap terbuka, namun ancaman gangguan maritim meningkat Terlebih, ada laporan terkait gangguan sinyal komunikasi di Teluk Persia.

Presiden Trump mendesak Iran untuk bernegosiasi, sementara Iran bersikeras melanjutkan serangan jika tidak ada de-eskalasi, meningkatkan risiko konflik regional yang lebih luas.

Eskalasi ini mengguncang rantai pasok dan pasar keuangan global. Harga minyak Brent melonjak 7-13% menjadi $74-$78 per barel, dengan potensi mencapai $100-$120 jika Selat Hormuz terblokade, memicu inflasi global dan tekanan stagflasi.

Pasar saham global, termasuk S&P 500 dan Dow Jones, turun 1-2%, sementara emas sebagai aset aman naik 1,4% ke $3.431 per ons, mendekati rekor $3.500. Di Indonesia, IHSG anjlok 1,96% ke 6.968 pada Kamis (19/6), tertekan oleh sentimen geopolitik dan melemahnya ekspektasi penurunan suku bunga AS.

Obligasi Indonesia menghadapi risiko imbal hasil yang lebih tinggi karena investor beralih ke aset aman seperti obligasi AS, sementara rupiah melemah ke Rp16.406 per dolar AS.

Gangguan rantai pasok, terutama minyak dan gas, dapat memperburuk inflasi domestik dan memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diprediksi hanya 4,8% pada kuartal II-2025.

Potensi dampak jangka pendek bergantung pada eskalasi konflik. Jika tetap terbatas, harga minyak bisa stabil di bawah $80 per barel dengan bantuan peningkatan produksi OPEC+.

Namun, jika konflik meluas, gangguan pasokan minyak dan gas dapat melumpuhkan perdagangan global, menaikkan biaya logistik dan asuransi maritim.

Untuk Indonesia, tekanan pada IHSG dan obligasi dapat berlanjut, dengan risiko IHSG turun ke 6.800–6.900.

Di sisi lain, emas kemungkinan akan terus naik sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian, didukung oleh permintaan investor global.

Meski insentif pemerintah seperti gaji ke-13 ASN dapat menopang konsumsi, dampaknya terbatas jika krisis global berkepanjangan, menuntut kewaspadaan investor terhadap volatilitas pasar. (Reuters dan berbagai sumber berita lainnya)

Factors to Watch:

  1. Konflik Geopolitik Iran-Israel dan Dampaknya pada Pasar Global
  • Konflik Iran-Israel yang memasuki fase kritis pada Juni 2025, dengan serangan udara Israel ke fasilitas nuklir Iran dan ancaman blokade Selat Hormuz, meningkatkan ketidakpastian global. Harga minyak Brent melonjak 7-13% ke $74-$78 per barel, dengan risiko mencapai $100-$120 jika konflik meluas, memicu inflasi dan gangguan rantai pasok energi. Pasar saham global, termasuk IHSG yang turun 1,96% ke 6.968 pada 19 Juni, tertekan oleh sentimen ini.

  • Investor reksa dana saham harus waspada terhadap volatilitas, terutama di sektor konsumer dan energi, sementara reksa dana pendapatan tetap berisiko menghadapi kenaikan imbal hasil obligasi karena investor beralih ke aset aman. Emas, sebagai aset safe haven, naik 1,4% ke $3.431 per ons, mendekati $3.500. Hal ini menjadikan emas sebagai pilihan menarik untuk diversifikasi portofolio.

2. Kebijakan Moneter Federal Reserve dan Sentimen Pasar

  • Rabu (18/6) lalu, the US Federal Reserve (bank sentral AS) mempertahankan suku bunga USD di 4,25%–4,50% dengan sinyal penurunan suku bunga yang lambat, karena inflasi diprediksi naik akibat tarif impor Trump. Ekspektasi penurunan suku bunga hanya 25 basis poin hingga akhir 2025. Hal ini menekan pasar saham dan obligasi, termasuk di Indonesia, di mana rupiah melemah ke Rp16.406 per dolar AS.
  • Investor reksa dana saham perlu mempertimbangkan sektor defensif seperti barang konsumsi primer, sementara reksa dana pendapatan tetap jangka pendek lebih aman dibandingkan jangka panjang yang rentan terhadap kenaikan imbal hasil.
  • Emas tetap menarik karena tidak berkorelasi langsung dengan imbal hasil riil AS, didukung oleh pembelian bank sentral dan ETF yang diprediksi mencapai 900 ton pada 2025.

3. Kondisi Ekonomi Domestik dan Dinamika Konsumsi

  • Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 diprediksi hanya 4,8% akibat tekanan global, meskipun insentif seperti gaji ke-13 ASN dapat mendongkrak konsumsi rumah tangga yang menyumbang 55% PDB. Penurunan daya beli kelas menengah sejak pandemi menekan sektor konsumer non-primer, memengaruhi kinerja reksa dana saham di sektor ini.
  • Investor reksa dana disarankan fokus pada reksa dana campuran atau pendapatan tetap untuk stabilitas, sambil memantau efektivitas insentif pemerintah. Emas, dengan kinerja historis 7,98% rata-rata per tahun (1971–2024), menawarkan perlindungan terhadap volatilitas pasar domestik, terutama melalui ETF emas yang memiliki biaya rendah (0,5–1%).

Rekomendasi Investasi:

  • Untuk Investor Pemula (Konservatif): Fokus pada reksa dana pendapatan tetap (investasikan 40%-50%), reksa dana pasar uang (30%-40%), dan alokasikan 5%-10% sisanya ke mas.
  • Untuk Investor Menengah (Moderat): Alokasikan ke reksa dana campuran (investasikan 40%-50%) yang portofolionya terdiri dari: 40-60% obligasi dan 30-40% saham. Atau, alokasikan 40%-50% ke reksa dana pendapatan tetap, dan 30%-40% ke reksa dana saham & indeks saham.
  • Untuk Investor Agresif: Alokasikan 40%-50% ke reksa dana saham dengan portofolio yang berfokus di blue-chips dan energi. Lalu, alokasikan 40%-50% di reksa dana pendapatan tetap & pasar uang, 10%-15% di Emas.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

tanamduit team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile