tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.
Ringkasan Market Update:
- Aksi Jual Saham Prajogo Picu Pelemahan IHSG
- Harga Obligasi RI Melonjak
- Ketegangan Perdagangan Picu Lonjakan Harga Emas
- Imbal Hasil Obligasi Treasury AS Turun Tertekan oleh Ketidakpastian Perdagangan
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 22 Juli 2025.
Aksi Jual Saham Prajogo Picu Pelemahan IHSG
Setelah menguat selama 11 hari berturut-turut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya melemah pada Selasa, 22 Juli 2025.
Indeks turun 0,72% atau 53,45 poin ke level 7.334,74, mengakhiri tren kenaikan terpanjang di Bursa Saham Indonesia sepanjang 2025. Pelemahan ini terjadi di tengah perdagangan ramai dengan nilai transaksi mencapai Rp 19,78 triliun.
Penurunan IHSG dipicu oleh aksi profit taking, yaitu ketika investor menjual saham untuk mengambil keuntungan setelah kenaikan panjang.
Saham-saham besar, termasuk milik konglomerasi seperti Prajogo, mengalami tekanan jual. Selain itu, penurunan harga emas juga memengaruhi saham-saham komoditas, memperparah pelemahan indeks.
Analis memprediksi IHSG berpotensi turun lebih lanjut ke level 7.300 atau bahkan 7.291 jika level dukungan teknikal tertembus. Sementara itu, kinerja bursa Asia bervariasi, dengan beberapa indeks seperti CSI 300 China dan Hang Seng Hong Kong menguat, sementara bursa lain seperti Thailand dan Korea Selatan melemah. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)
Harga Obligasi RI Melonjak
Harga obligasi pemerintah Indonesia terus naik, ditunjukkan dengan penurunan imbal hasil (yield) pada berbagai tenor pada perdagangan Selasa, 22 Juli 2023.
Yield obligasi 2 tahun turun 4,8 basis poin, 3 tahun turun 6,9 basis poin, dan 10 tahun menjadi 6,489% setelah turun 3,4 basis poin. Tenor yang lebih panjang seperti 15, 20, dan 30 tahun juga mengalami penurunan yield, menandakan minat investor yang tinggi terhadap surat utang Indonesia.
Obligasi Indonesia, terutama yang bertenor menengah, diminati investor global seperti T. Rowe Price Group dari AS karena prediksi penurunan suku bunga Bank Indonesia. Kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) stabil di Rp932,3 triliun, atau 14,63% dari total surat utang.
Tahun ini, obligasi pemerintah RI telah memberikan keuntungan 6,53%, lebih rendah dibandingkan obligasi Thailand (13,38%) dan Malaysia (10,2%), yang juga didukung penguatan mata uang mereka. (CNBC Indonesia)
Ketegangan Perdagangan Picu Lonjakan Harga Emas
Harga emas melonjak ke level tertinggi dalam lima minggu, mencapai di atas $3.420 per ons, karena dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS melemah.
Kenaikan ini dipicu oleh ketidakpastian dalam negosiasi perdagangan antara AS dan Uni Eropa, dengan ancaman Presiden Trump untuk memberlakukan tarif 30% pada barang Eropa per 1 Agustus.
Ketegangan perdagangan yang meningkat membuat investor beralih ke emas sebagai aset aman. Sementara itu, Uni Eropa mulai mempersiapkan langkah penanggulangan. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengisyaratkan kemungkinan perpanjangan tenggat waktu tarif dalam pembicaraan dengan Tiongkok.
Ketidakpastian ini mendorong minat terhadap emas, mendukung kenaikan harganya. (Trading Economics)
Factors to Watch:
1. Global:
- Perang Dagang AS-Uni Eropa dan Tarif AS: Kebijakan tarif tinggi AS di bawah Presiden Donald Trump (berlaku per 1 Agustus 2025, dengan tarif 19% untuk Indonesia) menciptakan ketidakpastian, mendorong aksi jual asing (net sell Rp58,01 triliun di pasar saham hingga 17 Juli 2025, menurut Bank Indonesia). Ini memengaruhi aliran modal ke pasar saham dan obligasi.
- Kebijakan Moneter The Fed: Suku bunga The Fed yang masih tinggi (4,25%-4,50% setelah pemangkasan 100 basis poin sejak 2024) dan potensi penundaan pemangkasan hingga Oktober 2025 membuat investor asing lebih memilih aset aman seperti obligasi AS atau emas, bukan saham emerging markets.
- Geopolitik dan Inflasi: Konflik geopolitik (di Timur Tengah dan Eropa Timur) meningkatkan permintaan emas sebagai asset safe haven. Inflasi global yang masih di atas target 2% juga mendukung daya tarik emas dan obligasi jangka pendek.
2. Nasional:
- Pelemahan Rupiah: Tren pelemahan rupiah sebesar 5,6% year-to-date hingga Rp16.319 per dolar AS meningkatkan risiko valuta asing untuk investasi berbasis dolar dan memengaruhi biaya impor, yang dapat menekan saham sektor konsumsi.
- Permintaan Domestik: Investor domestik, termasuk institusi seperti BPJS Ketenagakerjaan, mendorong penguatan IHSG melalui saham teknologi dan properti (naik 7,74% dan 5,01% pada 21 Juli 2025), menunjukkan ketahanan pasar lokal meskipun ada net sell asing.
- Kebijakan Bank Indonesia: BI menjaga likuiditas melalui lelang VRRR Rp84.975 miliar, mendukung stabilitas pasar SBN dan reksa dana pendapatan tetap, menurut Kontan.
Rekomendasi Investasi
1. Jangka Pendek (s.d. 1 Tahun):
- Reksa Dana Pasar Uang (RDPU): Pilih reksa dana pasar uang dengan portofolio obligasi jangka pendek dan deposito untuk stabilitas dan likuiditas tinggi, cocok menghadapi volatilitas pasar akibat tarif AS.
- Emas: Emas tetap menarik sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik, meskipun harganya berpotensi terkoreksi jangka pendek karena dolar AS yang kuat.
- SBN: Tenor pendek (2 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli s.d. 7 Agustus mendatang dengan kupon 6,25% per tahun untuk tenor 2 tahun dapat menjadi pilihan tepat.
2. Jangka Menengah (1-5 Tahun):
- Reksa Dana Obligasi: Reksa dana obligasi korporasi atau pemerintah dengan durasi menengah (3-5 tahun) menawarkan keseimbangan antara imbal hasil dan risiko yang menawarkan potensi yield 6-8%.
- Emas: Emas diprediksi naik ke $3.675/oz pada Q4 2025, didorong oleh permintaan bank sentral dan ketidakpastian perdagangan.
- SBN: tenor menengah (4 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli s.d. 7 Agustus mendatang dengan kupon indikatif 6,35% untuk tenor 4 tahun dapat menjadi pilihan tepat.
3. Jangka Panjang (> 5 Tahun):
- Reksa Dana Saham: Pilih reksa dana saham berbasis indeks (misalnya, LQ45) untuk pertumbuhan jangka panjang, didukung oleh prospek ekonomi Indonesia yang solid dan inflasi rendah.
- Emas: Emas berpotensi mencapai $4.000/oz pada 2026, menjadikannya aset diversifikasi strategis terhadap risiko stagflasi dan depresiasi mata uang. Pertimbangkan alokasi 5-10% dari portofolio.
- Reksa Dana Pendapatan Tetap berisi portofolio obligasi jangka panjang seperti (10 tahun atau lebih) cocok untuk investor yang mencari imbal hasil stabil dengan risiko minimal, terutama dengan dukungan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.