fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 12 Agustus 2025

tanamduit Breakfast News: 12 Agustus 2025

oleh | Agu 12, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.

Ringkasan Market Update:

    • IHSG Melonjak Berkat Ekspektasi Penurunan Suku Bunga AS dan Aliran Dana Asing
    • Harga SUN Melemah Menjelang Lelang Pemerintah
    • Pertumbuhan Penjualan Ritel Indonesia Melambat
    • Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS Dorong Turunnya Yield US Treasury

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 11 Agustus 2025.


IHSG Melonjak Berkat Ekspektasi Penurunan Suku Bunga AS dan Aliran Dana Asing

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil naik 0,96% dan menutup di level 7.605,92 pada perdagangan Senin, 11 Agustus 2025.

Kenaikan ini didukung oleh 383 saham yang menguat. Nilai transaksi mencapai Rp15,84 triliun dan melibatkan 25,55 miliar saham.

Sektor utilitas, properti, finansial, dan energi menjadi pendorong utama, masing-masing naik hingga 6,85%, mencerminkan sentimen positif di pasar saham Indonesia yang selaras dengan penguatan bursa Asia lainnya.

Penyebab utama kenaikan IHSG adalah kembalinya aliran dana asing ke Indonesia. Pada pekan 4-8 Agustus kemarin, net buy tercatat sebesar Rp124,22 miliar, setelah sebelumnya mengalami net sell Rp2,3 triliun.

Selain itu, ekspektasi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed) juga semakin kuat, dipicu pernyataan Deputi Gubernur Michelle Bowman yang mendukung pemangkasan hingga tiga kali tahun ini. Hal ini didasari data tenaga kerja AS yang melemah, sehingga pasar global termasuk Asia ikut menguat, dengan indeks seperti Shenzhen Comp naik 1,42% dan Nasdaq Composite 0,98%.

Saham-saham besar yang menjadi penggerak utama IHSG meliputi Barito Renewables Energy (BREN) yang naik 10,06% dan menyumbang 30 poin indeks, diikuti Dian Swastatika Sentosa (DSSA) naik 7,12% dengan kontribusi 21,47 poin.

Di sektor finansial, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) naik 2,97% (18,13 poin), Bank Central Asia (BBCA) naik 3,01% (17,84 poin), Bank Mandiri (BMRI) naik 1,07% (4,38 poin), serta Bank Negara Indonesia (BBNI) naik 3,19% (4,63 poin). (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)

Harga SUN Melemah Menjelang Lelang Pemerintah

Harga Surat Utang Negara (SUN) melemah pada perdagangan Senin. Hal ini tercermin dari kenaikan yield SUN benchmark 5-tahun menjadi 5,92% dan 10-tahun menjadi 6,42%.

Aktivitas transaksi SBN juga menurun, dengan total volume Rp27,8 triliun, lebih rendah dibanding Jumat sebelumnya. Meski nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat tipis, minat beli di pasar sekunder cenderung terbatas.

Secara global, sentimen pasar cukup stabil dengan yield US Treasury relatif tidak berubah dan risiko kredit Indonesia (CDS) sedikit menurun.

Pemerintah akan menggelar lelang SUN hari ini, Selasa 12 Agustus 2025, dengan target indikatif Rp27 triliun. Berdasarkan lelang sebelumnya dan kondisi pasar saat ini, permintaan diperkirakan tetap kuat di kisaran Rp80–110 triliun, menandakan minat investor terhadap SBN berdenominasi rupiah masih terjaga. (BNI Sekuritas)

Pertumbuhan Penjualan Ritel Indonesia Melambat

Penjualan ritel Indonesia tumbuh 1,3% secara tahunan pada Juni 2025, melambat dibanding 1,9% di bulan sebelumnya, meski tetap mencatat kenaikan dua bulan berturut-turut.

Perlambatan terjadi pada sektor makanan, minuman, tembakau, barang budaya dan rekreasi, suku cadang otomotif, bahan bakar, peralatan rumah tangga, serta peralatan komunikasi.

Sebaliknya, penjualan pakaian justru naik 1,4%, menjadi peningkatan pertama dalam tiga bulan terakhir. Secara bulanan, penjualan ritel turun tipis 0,2%, penurunan terkecil dalam tiga bulan, terbantu belanja liburan dan bantuan tunai pemerintah menjelang tahun ajaran baru.

Dalam jangka pendek, perlambatan pertumbuhan penjualan ritel dapat memberi sentimen netral hingga negatif bagi IHSG. Investor mungkin melihatnya sebagai tanda konsumsi domestik belum sepenuhnya kuat, sehingga prospek pendapatan emiten sektor ritel bisa tertahan. Namun, dukungan belanja musiman dan stimulus pemerintah berpotensi menahan tekanan berlebih di pasar saham. (Trading Economics)

Tarif Emas Dibatalkan, Harga Turun

Harga emas turun mendekati $3.350 per ons pada Senin 11 Agustus 2025 kemarin setelah Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa emas tidak akan dikenakan tarif.

Sebelumnya, bea cukai AS memutuskan bahwa emas batangan 1 kilogram dan 100 ons dari Swiss akan terkena tarif 39%. Tarif ini juga berlaku untuk negara lain.

Kabar pembatalan ini meredakan kekhawatiran akan lonjakan biaya impor emas, sehingga harga emas pun melemah.

Karena sentimen pasar berubah dari “emas akan mahal” menjadi “emas tetap normal harganya,” para pelaku pasar yang sebelumnya membeli emas untuk mengantisipasi kenaikan mulai menjualnya kembali. Aksi jual ini menambah pasokan di pasar, sehingga harga emas pun turun.

Keputusan Trump merupakan bagian dari kebijakan “tarif timbal balik” terhadap puluhan mitra dagang AS yang mulai berlaku 7 Agustus. Selain itu, Trump juga menandatangani perintah eksekutif untuk memperpanjang jeda tarif tinggi barang dari Tiongkok selama 90 hari. Langkah ini diambil jelang berakhirnya masa jeda tersebut.

Kini, perhatian investor beralih pada rilis data ekonomi AS minggu ini, seperti inflasi, harga produsen, dan penjualan ritel, untuk mencari petunjuk arah kebijakan suku bunga The Fed. (Trading Economics)

Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS Dorong Turunnya Yield US Treasury

Yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun turun ke 4,28% (harga naik) pada Senin 11 Agustus kemarin, setelah sempat mencapai level tertinggi dalam sepekan pada Jumat.

Penurunan ini terjadi karena meningkatnya ekspektasi pelaku pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve di tahun ini, menjelang rilis data inflasi AS (Consumer Price Index/CPI).

Dalam hal ini, Inflasi Juli diperkirakan naik 0,2%, sedikit di bawah kenaikan Juni sebesar 0,3%. Sementara itu, inflasi tahunan diproyeksikan meningkat menjadi 2,8% untuk bulan ketiga berturut-turut. Core CPI juga diperkirakan naik 0,3%.

Meskipun inflasi masih cenderung “lengket” atau sulit turun cepat, pasar tetap memberi peluang 88% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps bulan September mendatang. Selain itu, pasar juga memproyeksikan akan ada pemangkasan lagi sebelum akhir tahun.

Selain data CPI, investor juga menunggu rilis data ekonomi lain seperti Producer Price Index (PPI), penjualan ritel, dan produksi industri, untuk mengukur arah ekonomi AS. Faktor lain yang diawasi adalah potensi perubahan susunan dewan The Fed dan tekanan politik dari pemerintah AS. (Trading Economics)

Jika ekspektasi pemangkasan suku bunga AS menguat, yield US Treasury yang lebih rendah dapat mendorong aliran modal masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Hal ini berpotensi menurunkan yield SUN karena meningkatnya permintaan, sekaligus mendukung penguatan nilai tukar rupiah. Namun, jika data inflasi AS justru lebih tinggi dari perkiraan, sentimen pasar bisa berbalik, membuat yield SUN berisiko naik dan Rupiah tertekan.

Rekomendasi Investasi 

  • Jangka Pendek (hingga 1 tahun): 30-40% di Reksa Dana Pasar Uang dan Emas
  • Untuk investor yang mengutamakan keamanan dan fleksibilitas, reksa dana pasar uang adalah pilihan tepat, menawarkan imbal hasil sekitar 5-6% per tahun dengan risiko rendah. Dana dialokasikan ke deposito dan obligasi jangka pendek, memungkinkan pencairan cepat dalam 1-2 hari, cocok untuk dana darurat. Emas spot (harga sekitar US$3.031 per ons) direkomendasikan untuk melindungi nilai aset dari inflasi, dengan prediksi kenaikan ke US$3.500-3.700 pada akhir 2025, didorong ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik. Alokasi investasi: 60-80% reksa dana pasar uang, 20-40% emas spot. Persentase portofolio keseluruhan: 30-40% dari total portofolio, untuk menjaga likuiditas dan stabilitas.
  • Jangka Menengah (1-5 tahun): 30-50% di Reksa Dana Pendapatan Tetap, Campuran dan Emas
  • Untuk tujuan seperti pendidikan atau pembelian aset, reksa dana pendapatan tetap memberikan imbal hasil 7-8% per tahun dengan risiko sedang, berfokus pada obligasi pemerintah dan korporasi. Alternatifnya, reksa dana campuran menawarkan potensi imbal hasil 8-10% per tahun melalui kombinasi saham dan obligasi, ideal untuk diversifikasi di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,12%. Emas spot, dengan proyeksi harga US$4.000-5.000 per ons hingga 2028, mendukung perlindungan nilai aset. Alokasi investasi: 50-70% reksa dana pendapatan tetap atau campuran, 30-50% emas spot. Persentase portofolio keseluruhan: 30-50%, untuk keseimbangan antara pertumbuhan dan keamanan.
  • Jangka Panjang (lebih dari 5 tahun): 20-40% Reksa Dana Saham dan Emas
  • Bagi investor yang mengincar pertumbuhan, reksa dana saham menawarkan potensi imbal hasil hingga 15% atau lebih per tahun, meski berisiko tinggi, sejalan dengan potensi kenaikan IHSG akibat rebalancing MSCI Agustus 2025. Emas spot, dengan target harga US$5.000-10.000 per ons hingga 2030, menjadi pelengkap untuk melindungi dari inflasi dan ketegangan geopolitik. Alokasi investasi: 70-90% reksa dana saham, 10-30% emas spot. Persentase portofolio keseluruhan: 20-40%, untuk memaksimalkan pertumbuhan jangka panjang sambil menjaga stabilitas.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

tanamduit Team

tanamduit adalah platform digital untuk berinvestasi berbagai produk reksa dana, SBN, emas, dan asuransi yang sudah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile