tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.
Ringkasan Market Update:
-
- Profit Taking Jelang Keputusan BI Rate Menahan Laju IHSG
- Tunggu Pidato Jackson Hole, Emas Global Stabil—Emas Antam Tergelincir Tipis
- Rupiah Melemah dan Sentimen Campuran Tekan Harga SUN
- Tekanan Dolar dan Yield AS Membayangi Pasar Keuangan Indonesia
- Gejolak Big Tech dan Cetak Laba Ritel Terarah Menggoyang Wall Street
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 19 Agustus 2025.
Profit Taking Jelang Keputusan BI Rate Menahan Laju IHSG
IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) pada perdagangan Selasa, 19 Agustus 2025, ditutup melemah 0,45% ke level 7.862,94 setelah sempat menguat di awal sesi.
Tekanan jual muncul karena aksi profit taking investor menjelang pengumuman suku bunga Bank Indonesia, di tengah sentimen global yang masih beragam.
Nilai transaksi tercatat cukup tinggi, sekitar Rp18,5 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa likuiditas pasar tetap terjaga.
Meski IHSG melemah, investor asing masih mencatat net buy sebesar Rp863 miliar. Asing banyak masuk ke saham-saham berkapitalisasi besar seperti ASII, BBRI, dan AMMN. Sementara itu, mereka melepas PANI, MDKA, dan ANTM.
Hal ini menunjukkan adanya rotasi portofolio asing ke sektor-sektor yang dianggap lebih defensif dan berpotensi stabil di tengah ketidakpastian suku bunga.
Secara sektoral, pelemahan terutama terjadi pada infrastruktur, teknologi, dan keuangan. Namun, sektor industri, transportasi, dan kesehatan justru bergerak positif. Saham BEER, KBLV, dan MAYA mencatatkan lonjakan harga signifikan.
Pergerakan beragam antar sektor ini menandakan pasar masih mencari keseimbangan antara aksi ambil untung jangka pendek dan prospek pertumbuhan jangka menengah. (Bloomberg Technoz, Kontan)
Tunggu Pidato Jackson Hole, Emas Global Stabil—Emas Antam Tergelincir Tipis
Pada Selasa, 19 Agustus 2025, harga emas dunia (XAU/USD) relatif stabil namun sedikit melemah.
Spot gold turun sekitar 0,4% menjadi sekitar US$3.317,71 per ons. Penurunan ini terjadi akibat penguatan dolar AS dan antisipasi publik terhadap pidato Ketua The Fed di Jackson Hole yang sangat dinanti.
Kondisi pasar masih menunggu sinyal kebijakan suku bunga. Dalam hal ini, peluang pemangkasan suku bunga 25 basis poin pada pertemuan berikutnya mencapai sekitar 85%, menambah ketidakpastian jangka pendek bagi pergerakan emas global.
Sementara itu, di Indonesia, harga emas Antam per gram juga melemah tipis. Pada 19 Agustus 2025, harga jual kembali (buyback) tercatat sebesar Rp 1.738.262 per gram.
Pelemahan ini sedikit mencerminkan tren global dan juga dipengaruhi oleh fluktuasi kurs rupiah terhadap dolar AS serta permintaan lokal yang relatif tenang. (Reuters, Goodstats.id)
Rupiah Melemah dan Sentimen Campuran Tekan Harga SUN
Pada perdagangan Selasa, 19 Agustus 2025, harga Surat Utang Negara (SUN) melemah dengan yield benchmark naik tipis.
Yield SUN 5 tahun (FR0104) naik 3 bps ke 5,89%, sedangkan yield 10 tahun (FR0103) naik 1 bp ke 6,39%. Volume transaksi SBN melonjak ke Rp32,1 triliun. PBS030 dan FR0104 menjadi seri teraktif.
Minat di lelang SBSN masih tinggi dengan total bid Rp33,1 triliun. Namun, angka ini lebih rendah dari lelang sebelumnya, menunjukkan investor bersikap lebih selektif di tengah pelemahan rupiah ke Rp16.246 per dolar AS.
Dari sisi global, yield US Treasury turun, menandakan masuknya aliran dana ke aset aman. Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) Indonesia naik tipis ke 67 bps meski secara tahunan masih menurun, mencerminkan kepercayaan investor tetap terjaga.
Pasar obligasi domestik kini menanti hasil RDG Bank Indonesia yang akan menentukan arah suku bunga. Dengan kondisi ini, permintaan terhadap SBN berdenominasi rupiah diperkirakan tetap stabil meski sentimen jangka pendek cenderung berhati-hati. (BNI Sekuritas)
Tekanan Dolar dan Yield AS Membayangi Pasar Keuangan Indonesia
Selasa, 19 Agustus 2025, yield obligasi US Treasury 10 tahun turun tipis ke sekitar 4,30%. Penurunan ini terjadi seiring meningkatnya minat pada aset safe-haven menjelang pidato Ketua The Fed di Jackson Hole.
Penurunan yield US Treasury mencerminkan sikap hati-hati investor global terhadap prospek ekonomi AS.
Sementara itu, indeks dolar (DXY) justru menguat tipis ke kisaran 98,2 karena ketegangan geopolitik dan permintaan dolar sebagai lindung nilai. (Reuters)
Kombinasi dolar yang menguat dan penurunan yield AS memberi sinyal potensi tekanan bagi pasar keuangan Indonesia.
Rupiah bisa tertekan sehingga meningkatkan biaya impor dan memberi tekanan inflasi. Sementara, pasar obligasi domestik (SUN) berpotensi menghadapi risiko kenaikan yield akibat keluarnya sebagian dana asing.
Pasar saham juga berpotensi bergerak terbatas karena investor cenderung defensif menghadapi ketidakpastian global ini.
Gejolak Big Tech dan Cetak Laba Ritel Terarah Menggoyang Wall Street
Pada Selasa, 19 Agustus 2025, pasar saham AS bergerak variatif. Dow Jones hampir datar, naik tipis kurang dari 0,1% ke level 44.922,27, S&P 500 turun 0,6%, dan Nasdaq anjlok 1,5%. Hal ini menandai koreksi tajam di sektor.
Penurunan ini sebagian besar dipicu oleh aksi ambil untung di saham-saham teknologi. Saham AI terutama, seperti Palantir dan Nvidia, masing-masing merosot sekitar 9% dan 3–4%, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap valuasi tinggi sektor ini.
Di sisi lain, saham sektor lain mencatatkan kinerja positif dan mempertahankan daya tahan indeks.
Home Depot naik sekitar 3–3,7% berkat pernyataan proyeksi pendapatan yang tetap kuat, membantu menjaga Dow stabil. Intel melonjak hampir 7% usai pengumuman investasi US$2 miliar dari SoftBank, serta kemungkinan dukungan dari pemerintah AS (Wall Street Journal, AP News)
Potensi Dampaknya ke Pasar Saham Indonesia:
Koreksi tajam di saham teknologi AS dan fluktuasi indeks global kemungkinan meningkatkan kewaspadaan investor di Indonesia, terutama terhadap sektor teknologi dan ekspor berbasis komoditas digital.
Jika sentimen risk-off ini berlanjut, IHSG berisiko mengalami tekanan, terutama dari saham dengan eksposur global. Namun, sektor ritel dan industri domestik yang menunjukkan fundamental kuat bisa menjadi penopang.
Rekomendasi Investasi
1. Jangka Pendek (≤ 1 tahun) – 40% dari total portofolio
- Reksa Dana Pasar Uang: 70–90% dari porsi jangka pendek → 28–36% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 4%–6% p.a.
- Risiko: Rendah
- Pertimbangan: Cocok untuk menjaga likuiditas dan mengantisipasi kebutuhan dana mendadak; volatilitas sangat minim dan aman dari fluktuasi pasar saham.
- Reksa Dana Pendapatan Tetap (durasi pendek): 10–30% dari porsi jangka pendek → 4–12% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 6%–8% p.a.
- Risiko: Rendah–moderat
- Pertimbangan: Memberi imbal hasil sedikit lebih tinggi dari pasar uang dengan risiko masih terkontrol; diuntungkan bila tren suku bunga acuan cenderung turun.
2. Jangka Menengah (1–5 tahun) – 35% dari total portofolio
- Reksa Dana Saham: 40–60% dari porsi jangka menengah → 14–21% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 8%–12% p.a.
- Risiko: Moderat–tinggi
- Pertimbangan: Memanfaatkan peluang pertumbuhan pasar saham domestik yang ditopang arus modal asing, stabilitas makro, dan valuasi menarik.
- Reksa Dana Pendapatan Tetap: 20–40% dari porsi jangka menengah → 7–14% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 6%–8% p.a.
- Risiko: Moderat
- Pertimbangan: Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kestabilan portofolio; sensitif terhadap arah pergerakan yield obligasi.
- Reksa Dana Pasar Uang: 10–20% dari porsi jangka menengah → 3,5–7% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 4%–6% p.a.
- Risiko: Rendah
- Pertimbangan: Sebagai buffer likuiditas untuk memanfaatkan peluang pasar atau mengantisipasi kebutuhan dana jangka menengah.
3. Jangka Panjang (> 5 tahun) – 25% dari total portofolio
- Reksa Dana Saham: 60–80% dari porsi jangka panjang → 15–20% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 10%–15% p.a.
- Risiko: Tinggi
- Pertimbangan: Fokus pada akumulasi pertumbuhan modal jangka panjang; cocok untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan ekonomi dan perusahaan besar Indonesia.
- Reksa Dana Pendapatan Tetap: 10–20% dari porsi jangka panjang → 2,5–5% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 6%–8% p.a.
- Risiko: Moderat
- Pertimbangan: Menambah stabilitas portofolio di tengah fluktuasi saham; membantu mengamankan sebagian keuntungan.
- Emas: 10–20% dari porsi jangka panjang → 2,5–5% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 6%–10% p.a.
- Risiko: Rendah–moderat
- Pertimbangan: Sebagai aset safe haven untuk melindungi nilai portofolio dari inflasi dan risiko krisis global; cenderung stabil saat pasar saham dan obligasi volatil.
Sebelum melakukan keputusan investasi, investor sangat disarankan untuk memahami profil risiko pribadi dan mempelajari produk-produk investasi terutama mengenai potensi risiko yang mungkin akan dihadapi oleh masing-masing produk.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh tanamduit, sebuah group usaha yang terdiri dari PT Mercato Digital Asia (induk Perusahaan), PT Star Mercato Capitale yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018. PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas.
Segala informasi yang dipublikasikan pada situs dan/atau aplikasi tanamduit hanya bertujuan untuk informasi dan bukan sebagai saran, rekomendasi atau ajakan untuk membeli atau menjual suatu produk investasi tertentu yang terdapat dalam situs dan/atau aplikasi ini. Setiap analisa proyeksi, ataupun pernyataan yang merupakan prediksi suatu produk investasi di masa datang bukan merupakan indikasi kinerja masa yang akan datang. Kinerja masa lalu tidak dapat dijadikan suatu pedoman untuk kinerja masa datang.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. tanamduit berusaha dengan itikad baik untuk memberikan informasi yang akurat, namun tidak menjamin bahwa informasi yang diambil dari berbagai sumber adalah tanpa adanya kesalahan, kelalaian, ketidakakuratan teknis atau faktual ataupun kesalahan ketik. Informasi yang tersedia dalam situs dan/atau aplikasi ini bukan sebagai informasi yang mengikat namun semata-mata hanya sebagai informasi tambahan dan pelengkap.