Beranda » belajar » Inspirasi » Mengenal Istilah Resesi Ekonomi, Penyebab, dan Dampaknya

Mengenal Istilah Resesi Ekonomi, Penyebab, dan Dampaknya

oleh | Agu 23, 2022

Pengertian Resesi Ekonomi

Resesi adalah periode melemahnya perekonomian yang berlangsung selama dua kuartal berturut-turut. Dalam situasi ini, resesi ekonomi berkaitan erat dengan adanya kenaikan tingkat pengangguran, penurunan harga jual ritel, hingga pelambatan kegiatan ekonomi.

Sementara itu, menurut National Bureau of Economic Research resesi adalah penurunan signifikan aktivitas ekonomi yang berlangsung selama beberapa bulan berturut-turut. Penurunan aktivitas ekonomi ini berkaitan berbagai indikator ekonomi sebagai berikut.

1. Pendapatan Domestik Bruto (PDB)

Saat berlangsung resesi ekonomi, satuan besaran ekonomi suatu negara atau pendapatan domestik bruto (PDB) melemah.

2. Pendapatan riil

Kondisi ini identik dengan menurunnya tingkat gaji atau penghasilan masyarakat.

3. Lapangan kerja

Indikator lain penyebab resesi adalah melemahnya kondisi ekonomi juga berkaitan erat dengan menurunnya lapangan pekerjaan. Hal ini berpengaruh terhadap kenaikan tingkat pengangguran di tengah masyarakat.

4. Tingkat produksi industri atau manufaktur

Dalam jangka panjang, tingkat produk industri dan manufaktur cenderung mengalami kontraksi.

5. Penjualan ritel

Dalam kondisi ini, penjualan ritel sebagian besar konsumsi di masyarakat individu itu menurun. Suatu negara dapat mengalami resesi ekonomi ketika pertumbuhan PDBnya negatif selama dua kuartal berturut-turut. Dalam dua kuartal terakhir, PDB Indonesia negatif terus, nih, temanduit. Pada kuartal pertama, PDB Indonesia -5,32% dan kuartal kedua -3,49%. Dengan demikian, kita dapat menyebut bahwa Indonesia mengalami resesi.

Penyebab Resesi Ekonomi

Beberapa faktor penyebab resesi adalah sebagai berikut. 

1. Ekonomi gonjang-ganjing

Bukan hanya rumah tangga, perekonomian negara juga bisa gonjang-ganjing lho, temanduit. Penyebabnya di antaranya ketidakstabilan politik dan sosial, bencana alam, terorisme, perang, hingga situasi pandemi seperti sekarang.

2. Konsumsi masyarakat rendah

Masyarakat yang nggak belanja itu nggak baik juga lho untuk ekonomi. Rendahnya konsumsi masyarakat bisa terjadi karena adanya inflasi (kenaikan harga), bisa juga karena ragu untuk berbelanja karena ingin jaga-jaga, contohnya kayak pandemi sekarang ini. Bayangin aja, selama ini angka pembelian konsumen di Indonesia menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia sekitar 70%! Kalau sampai konsumsi masyarakat jauh lebih rendah dari angka tersebut, PDB bisa minus terus dan bisa-bisa beneran resesi, nih.

3. Asset Bubble

Penyebab lainnya dari resesi adalah aset bubble seperti krisis ekonomi global tahun 2008 yang dipicu oleh krisis di Amerika Serikat. Angka permintaan aset properti di AS sangat tinggi pada awal 2000-an. Di lain pihak, bunga bank juga relatif rendah. Hal ini menyebabkan naiknya minat masyarakat untuk berinvestasi di bidang properti. Orang-orang semakin banyak mengambil KPR. Masyarakat menilai KPR saat itu aman dari gagal bayar. Kalaupun gagal bayar, nilai properti sebagai jaminannya akan selalu naik sehingga jumlah debitur dan nilai KPR meningkat drastis.

Setelah kredit KPRnya nilainya menjadi miliaran Dollar, selanjutnya bank-bank pemberi KPR menjual portofolio KPR tersebut ke pihak lain dalam bentuk instrumen investasi surat berharga yang disebut Mortgage-backed Securities (MBS). Dana hasil penjualan MBS tersebut oleh bank digunakan untuk memberikan KPR lagi kepada debitur-debitur KPR kategori sub-prime, setelah itu KPR tersebut dikemas lagi dalam bentuk MBS, dst. Dengan demikian, jumlah KPR perbankan oleh sub-prime jadi besar banget.

Bener aja, beberapa tahun berselang para sub-prime ini nggak mampu bayar cicilan rumah. Pihak bank menyita rumah-rumah mereka. Tapi nahasnya, harga jual rumahnya turun drastis, bahkan nggak sedikit yang jadi nggak bernilai. Ini nggak cuma satu dua orang aja yang gagal bayar, tapi ribuan, bahkan jutaan. Otomatis, MBS dan instrumen lain yang investasi dasarnya KPR juga jadi nggak bernilai. Triliunan Dollar lenyap. Makanya, bank tertua di Amerika saat itu, Lehman Brothers sampai bangkrut dan perekonomian Amerika, bahkan dunia juga ikutan krisis.

4. Suku bunga tinggi

Suku bunga bank sentral yang terlalu tinggi, bisa menurunkan tingkat konsumsi. Orang-orang yang biasanya beli rumah atau kendaraan pakai kredit menurun. Perusahaan-perusahaan yang biasanya ekspansi memakai dana kredit, karena ongkosnya mahal juga jadi menurun. Ujung-ujungnya, konsumsi masyarakat juga rendah. Seperti ulasan di atas, kalau konsumsi rendah itu sangat tidak baik untuk perekonomian.

5. Inflasi dan deflasi

Resesi adalah salah satu situasi yang terjadi akibat inflasi dan deflasi yang berkelanjutan. Inflasi adalah kenaikan harga barang dalam waktu tertentu akibat naiknya permintaan masyarakat. Nah, kenaikan harga satu barang biasanya juga bikin harga barang lain jadi ikutan naik. Contoh kasusnya di Zimbabwe, pernah denger kan, untuk beli roti di sana butuh setumpuk dollar Zimbabwe?

Sementara itu, deflasi adalah kebalikan dari inflasi. Permintaan masyarakat turun nih, terhadap suatu barang atau beberapa barang. Biasanya, ini disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang rendah juga. Tingkat konsumsi rendah menimbulkan perlambatan ekonomi dan kalau berkelanjutan bisa menyebabkan resesi.

Ciri-ciri Resesi Ekonomi

Berikut adalah ciri-ciri suatu negara mengalami resesi:

1. Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Sebagaimana kita tahu, pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu indikator penting untuk mengetahui baik atau buruknya kondisi perekonomian suatu negara. Saat pertumbuhannya positif, artinya kondisi ekonomi suatu negara baik-baik saja, begitupun sebaliknya.

Pertumbuhan ekonomi umumnya mengacu pada Produk Domestik Bruto (PDB) atau dalam bahasa Inggris disebut Gross Domestic Product (GDP). Sama halnya seperti perusahaan, negara juga harus membuat laporan dari seluruh kegiatan perekonomiannya, temanduit. Nah, apabila penurunan pendapatan negara terjadi selama dua kuartal berturut-turut, dapat kita katakan bahwa negara tersebut mengalami resesi.

2. Impor Lebih Besar dari Ekspor

Kuantitas ekspor-impor berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ketika suatu negara lebih banyak mendatangkan kebutuhan dari luar negeri, maka ada kemungkinan terjadi defisit anggaran. Kalau ini terjadi, pendapatan nasional bisa menurun dan resesi adalah buntut dari fenomena ini.

3. Turunnya Jumlah Lapangan Pekerjaan

Penurunan lapangan kerja yang tersedia mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran di suatu negara. Banyaknya pengangguran mencerminkan perekonomian negara yang lemah. Jika ini terjadi, bukan tidak mungkin tingkat kriminalitas juga meningkat. Efek domino dari hal ini akan mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modal di negara tersebut.

4. Tingkat Konsumsi Tidak Seimbang Dengan Produksi

Tingkat konsumsi dan produksi yang tidak seimbang bisa jadi indikator suatu negara mengalami resesi, lho. Kalau produksi berlebih dan konsumsi rendah, stok barang akan menumpuk. Sebaliknya, jika tingkat konsumsi tinggi dan produksi barang tidak dapat memenuhi permintaan, hal ini berpotensi mendorong impor besar-besaran. Dampaknya, pengeluaran negara jadi membengkak dan laba perusahaan dalam negeri menipis.

5. Pasar Saham Jatuh

Isu kebangkrutan dan kehilangan kepercayaan investor membuat banyak di antara mereka menjual kepemilikan sahamnya secara besar-besaran. Hal ini membuat pasar saham mengalami kejatuhan. Kejatuhan pasar saham jadi salah satu ciri suatu negara yang mengalami resesi.

Dampak Resesi Ekonomi

1. Efisiensi Perusahaan

Resesi memiliki impact yang besar di masyarakat. Dalam situasi resesi, biasanya perusahaan akan melakukan efisiensi, salah satunya dari beban gaji karyawan sehingga gaji karyawan bisa menurun, bahkan angka pengangguran akan meningkat akibat pemutusan hubungan kerja (PHK).

Tingginya angka pengangguran dapat menyebabkan turunnya daya beli di masyarakat. Mungkin  tidak sedikit orang yang kehilangan rumah karena tidak mampu membayar cicilan. Fresh graduates juga sulit mencari pekerjaan karena perusahan berusaha meminimalisir jumlah karyawan.

2. Tingkat Pendidikan Menurun

Resesi juga memberikan imbas pada dunia pendidikan. Dengan menurunnya pendapatan orang tua, akhirnya banyak anak putus sekolah. Anggapannya, untuk makan saja susah, gimana bayar sekolah? Terlebih lagi, banyak orang tua beranggapan anaknya bisa membantu perekonomian keluarga dengan bekerja.

3. Turunnya Nilai Properti

Gonjang-ganjing perekonomian saat resesi adalah pemicu masyarakat yang berencana beli properti mengurungkan niatnya untuk menyewa atau membeli properti. Alhasil, tingkat permintaan rendah mengakibatkan turunnya harga aset properti.

Kesimpulan

Perlu kamu tanamkan dalam mindset kamu, resesi adalah hal yang sudah atau pernah terjadi, tetapi bukan berarti bahwa kondisi ini selamanya akan terjadi. Pihak berwenang, yakni pemerintah dalam situasi seperti ini terus mengusahakan untuk membangkitkan kembali kegiatan ekonomi. Di antaranya dengan memberikan bantuan keuangan kepada perbankan, perusahaan-perusahaan, dan masyarakat kurang mampu melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT).

Naiknya IHSG di tengah resesi yang Indonesia alami juga pertanda baik dan menjadi alasan kuat bagi temanduit untuk mulai berinvestasi atau tetap berinvestasi di reksa dana, SBN, atau pun emas. Yuk, download aplikasi tanamduit dan mulai berinvestasi sekarang! Tersedia banyak pilihan produk investasi sesuai dengan kebutuhanmu.

tanamduit Team

tanamduit Team

tanamduit adalah penyedia layanan investasi reksa dana, emas, SBN, dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile