tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG meneruskan penurunan, didominasi oleh saham-saham grup Prajogo Pangestu. Namun, indeks saham lainnya mengalami kenaikan.
- Rekor cadangan devisa baru, rupiah menguat meskipun pasar saham tertekan.
- Bunga SRBI mengalami penurunan ke level terendah 15 bulan terakhir, sinyal akan turunnya bunga BI Rate?
- Emas bertahan di atas USD2.860.
- Yield obligasi US Treasury 10 tahun naik ke 4,489% karena data pekerjaan AS yang kuat.
- USD Index melanjutkan kenaikan karena ancaman kenaikan tarif Trump.
- SBN ORI027 sudah bisa dibeli di tanamduit. Imbal hasil 6,65%/tahun untuk tenor 3 tahun (ORI027-T3) dan 6,75%/tahun untuk tenor 6 tahun ( (ORI027-T6). Imbal hasil ORI027 tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon ORI027 dibayar setiap bulan di tanggal 15, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran ORI027: 27 Januari 2025–20 Februari 2025.
Investasi ORI027 di tanamduit, bonus jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 7 Februari 2025.
IHSG Meneruskan Penurunan di Tengah Kenaikan Indeks Lain, Saham Grup Prajogo Pangestu Dominasi Penurunan
Jumat (7/2/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun signifikan pada penutupan perdagangan. IHSG anjlok 1,93% ke posisi 6.742,58, menjadikannya indeks dengan performa terburuk di Asia.
Sentimen negatif ini disebabkan oleh keluarnya modal asing secara terus menerus dari pasar saham Indonesia, serta ketidakpastian jelang rilis data ekonomi Amerika Serikat.
Nilai perdagangan pada hari Jumat (7/2/2025) mencapai Rp13,07 triliun. Investor asing lagi-lagi melakukan net sell sebesar Rp514 miliar. Sejak awal tahun, telah terjadi net sell sejumlah Rp7,5 triliun.
Penurunan IHSG kembali didominasi oleh saham-saham milik grup Prajogo Pangestu, dengan BREN -19,94%, TPIA -19,44%, BRPT -10,44% dan CUAN -19,96%, karena MSCI meninjau kembali saham-saham tersebut sebagai konstituen indeks MSCI.
Namun, indeks selain IHSG, yaitu LQ45, IDX30, Bisnis27, dan SRI Kehati mengalami kenaikan. Masing-masing naik +0,93%, +1,09%, 1,24% dan +1,39%.
Saham-saham yang disebutkan di atas tidak termasuk sebagai konstituen dari indeks-indeks tersebut. Selain itu, saham-saham berkapitalisasi besar yang menjadi konstituen indeks-indeks tersebut naik cukup signifikan. BBCA, misalnya, naik +4,47%, BBRI +1,51%, ASII +2,20% dan TLKM +1,17%. (IDX, tanamduit)
Rekor Cadangan Devisa Baru, Rupiah Menguat Meski Pasar Saham Tertekan
Jumat (7/2/2025) lalu, Rupiah menguat sekitar 0,3%.
Penguatan ini terjadi setelah rilis berita positif mengenai kenaikan cadangan devisa Indonesia. Cadangan devisa Indonesia capai rekor tertinggi baru di angka USD 156,1 miliar pada akhir Januari 2025.
Meskipun awalnya dibuka melemah, nilai tukar rupiah berbalik arah dan ditutup menguat sebesar 0,3% di level Rp16.270 per USD.
Penguatan rupiah sejalan dengan penguatan mata uang Asia lainnya, seperti peso dan baht. Sementara itu, indeks dolar AS di hari Jumat sore WIB tetap stabil.
Meskipun rupiah menguat, pasar saham di Indonesia tetap mengalami tekanan, yang tercermin dari turunnya IHSG sekitar 1,9%.
Di sisi lain, penurunan yield terlihat di pasar surat utang, mencerminkan kenaikan harga surat utang negara akibat aksi beli dari investor. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pasar saham sedang tidak stabil, investor masih memiliki kepercayaan di sektor obligasi.
Kenaikan cadangan devisa Indonesia adalah hasil dari pasokan valuta asing baru yang berasal dari penerbitan obligasi global pemerintah dan penerimaan pajak.
Posisi cadangan devisa ini sejajar dengan pembiayaan 6,7 bulan impor dan di atas standar kecukupan internasional.
Dengan cadangan devisa yang kuat ini, Bank Indonesia menyatakan bahwa posisi keuangan negara tetap stabil meskipun ada intervensi untuk mendukung rupiah di pasar. (Bloomberg Technoz)
Bunga SRBI Turun ke Level Terendah 15 Bulan Terakhir, Sinyal Akan Turunnya Bunga BI Rate?
Dalam beberapa waktu terakhir, bunga Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) terus turun hingga mencapai level terendah dalam 15 bulan.
Pada lelang terbaru Jumat (7/2/2025) lalu, bunga diskonto untuk SRBI tenor 12 bulan turun ke 6,56%, sebuah angka yang belum pernah terlihat sejak Oktober 2023.
Penurunan ini juga terlihat pada SRBI dengan tenor 6 bulan dan 9 bulan, yang masing-masing turun menjadi 6,42% dan 6,51%.
Tren penurunan bunga SRBI diawali oleh penurunan imbal hasil (yield) surat utang global, yaitu obligasi US Treasury, yang kemudian mempengaruhi yield surat utang di pasar domestik.
Bank investasi Barclays memperkirakan bahwa Bank Indonesia (BI) akan melanjutkan pelonggaran moneter dengan memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan Dewan Gubernur Bank Indonesia mendatang.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2024 sedikit lebih tinggi dari ekspektasi, kinerja konsumsi rumah tangga masih di bawah level sebelum pandemi, yang menambah kekhawatiran bagi bank sentral.
Dengan inflasi yang rendah dan cadangan devisa yang mencapai rekor baru di USD156,1 miliar, BI mungkin memiliki kepercayaan diri untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Prediksi menunjukkan bahwa BI rate dapat ditahan di 5,75% selama kuartal pertama 2025, dan berpotensi diturunkan menjadi 5,50% pada akhir Juni yang akan datang. Keputusan terkait tingkat bunga BI rate ini sangat penting bagi investor dan arah kebijakan ekonomi Indonesia ke depan. (Bloomberg Technoz)
Emas Bertahan di Atas USD2.860
Harga emas stabil di atas USD2.860 pada hari Jumat, 7 Februari 2025, dekat dengan rekor tertinggi yang dicapai sebelumnya.
Hal ini dipicu oleh harapan bahwa bank sentral di seluruh dunia akan melonggarkan kebijakan moneter dalam waktu dekat.
Investor berharap US Fed akan melakukan dua pemotongan suku bunga tahun ini, meskipun pasar tenaga kerja menunjukkan kekuatan.
Selain itu, keputusan pemotongan suku bunga dari Bank of England dan Reserve Bank of India juga menambah sentimen untuk emas, mengingat banyak bank sentral lainnya juga telah menurunkan suku bunga akhir-akhir ini.
Permintaan untuk emas semakin meningkat karena investor mencari aset yang lebih aman di tengah ketidakpastian global, termasuk ancaman baru dari China terhadap tarif AS dan pernyataan tegas dari Presiden Trump.
Situasi ini mendorong banyak orang untuk berinvestasi dalam emas sebagai pelindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi, sehingga membantu menjaga harga emas tetap tinggi. (Trading Economics)
Yield Obligasi US Treasury 10 Tahun Naik ke 4,489% Karena Data Pekerjaan AS yang Kuat
Jumat (7/2/2025), imbal hasil obligasi pemerintah AS meningkat sekitar 5,1 bps atau 1,33% ke 4,489%, setelah revisi data pekerjaan menunjukkan pasar tenaga kerja yang solid.
Para ekonom menjelaskan bahwa pertumbuhan pekerjaan mungkin terpengaruh oleh faktor eksternal, seperti kebakaran hutan di California dan cuaca dingin di banyak daerah.
Sementara itu, meskipun ada kekhawatiran mengenai pengaruh tarif yang diumumkan oleh Presiden Trump, pejabat Federal Reserve menekankan bahwa pasar kerja tetap kuat. Oleh karena itu, Federal Reserve akan tetap hati-hati dalam memutuskan pemotongan suku bunga.
Meski demikian, data inflasi yang akan rilis minggu depan diharapkan dapat memberi gambaran lebih jelas tentang tekanan harga dan sikap Fed ke depan terkait suku bunga.
Sebagai tambahan, Departemen Keuangan merencanakan penjualan utang berkupon senilai $125 miliar untuk mendanai kebutuhan triwulanan. (Reuters)
USD Index Melanjutkan Kenaikan Karena Ancaman Kenaikan Tarif Trump
Jumat (7/2/2025), mata uang US Dollar meneruskan penguatan.
Hal ini tercermin dari melonjaknya US Dollar Index sebesar 0,33% menjadi 108,2 akibat kekhawatiran tentang tarif baru yang diumumkan oleh Presiden Trump.
Dalam hal ini, Sang Presiden mengindikasikan bahwa AS akan mengenakan tarif pembalasan pada semua negara yang telah menerapkan pungutan perdagangan terhadap AS, dengan fokus utama pada impor dari Uni Eropa. Tarif ini diprediksi akan meningkatkan harga barang impor seperti produk farmasi, bahan kimia, serta mesin dan kendaraan.
Sementara itu, ekspektasi pemotongan suku bunga oleh US Federal Reserve juga tertunda setelah data pertumbuhan upah menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari perkiraan dan tingkat pengangguran yang stabil. Hal ini membantu menyeimbangkan perlambatan dalam penggajian yang dilaporkan.
Laporan mengenai inflasi indeks harga konsumen (Consumer Price Index/ CPI) dan inflasi indeks harga produsen (Producer Price Index/ PPI) yang akan datang diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang arah inflasi AS ke depannya. (Trading Economics)
Ulasan
- IHSG sangat terpukul karena faktor eksternal kebijakan Trump yang inflationary serta masih kuatnya ekonomi AS. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,03%, lebih rendah dari target 5,20%. Hal ini mendorong investor asing keluar dari bursa saham Indonesia menuju negara yang menawarkan return lebih stabil, terutama Amerika Serikat.
- Walaupun Trump menunda penerapan kenaikan tarif terhadap Meksiko, Kanada, dan Tiongkok yang semula akan diberlakukan tanggal 1 Februari, yield obligasi AS dan dolar AS tetap menguat. Hal ini menimbulkan ketidakpastian di pasar global.
- Investor global cenderung akan tetap berinvestasi di pasar yang mata uangnya kuat dan memberi return yang lebih menarik, seperti pasar saham dan obligasi AS.
- Mata uang rupiah terancam sulit untuk menguat. Akibatnya, pasar obligasi dan saham diperkirakan masih akan tertekan untuk sementara waktu.
- Harga emas masih berpotensi naik. Sebab, walaupun suku bunga US masih bertahan di level saat ini, sebagian bank sentral selain US Fed telah menurunkan suku bunga dan membuat penurunan harga emas tertahan. Jika US Fed menurunkan suku bunga di tahun 2025, harga emas akan kembali naik.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return lebih tinggi dibandingkan bunga deposito.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana sesuai profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.