tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG melemah di tengah kekhawatiran pasar akan kebijakan the Fed.
- Harga SUN masih terus melemah.
- Rupiah melemah karena dolar AS yang menguat dan ketidakpastian ekonomi.
- Harga emas naik tipis.
- Rupiah melemah tipis karena USD yang kuat.
- Yield US Treasury 10 tahun turun tetapi masih di level yang tinggi karena ketidakpastian ekonomi.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 9 Januari 2025.
IHSG Melemah di Tengah Kekhawatiran Pasar akan Kebijakan The Fed
Pada perdagangan Kamis (9/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,22% ke posisi 7.064,59.
IHSG bertahan di level psikologis 7.000 selama empat hari beruntun. Nilai transaksi mencapai sekitar Rp 7,7 triliun dengan 17 miliar saham berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali.
Sektor energi menjadi penekan terbesar IHSG dengan penurunan sebesar 1,01%. Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) serta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menjadi penekan terbesar dari sisi saham.
Pelemahan ini dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama dari hasil risalah Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang menunjukkan kekhawatiran tentang inflasi dan dampak kebijakan Presiden terpilih Donald Trump.
Risalah tersebut mengindikasikan bahwa The Fed akan lebih berhati-hati dalam pemangkasan suku bunga, karena adanya ketidakpastian terkait perubahan kebijakan imigrasi dan perdagangan yang direncanakan Trump.
The Fed juga mencatat bahwa risiko kenaikan terhadap prospek inflasi telah meningkat, menunjukkan dominasi probabilitas suku bunga akan ditahan pada pertemuan bulan ini. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)
Penurunan Harga SUN dan Peningkatan Yield di Tengah Sentimen Global Negatif
Harga Surat Utang Negara (SUN) melemah pada sesi perdagangan Kamis (9/1), dengan indeks surat utang negara, Indobex Government, turun sekitar 0,16%.
Yield SUN Benchmark 5-tahun naik sebesar 3 basis poin (bp) menjadi 7,11%, dan yield 10-tahun naik sebesar 3 bp menjadi 7,18%.
Nilai transaksi SBN secara outright traded tercatat sebesar Rp15,7 triliun, lebih tinggi dibandingkan hari sebelumnya yang sebesar Rp13,6 triliun.
Seri FR0103 dan FR0104 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder dengan nilai transaksi masing-masing sebesar Rp3,3 triliun dan Rp1,9 triliun.
Sentimen global menunjukkan kecenderungan negatif, tercermin dari peningkatan yield US Treasury (UST) dan level Credit Default Swap (CDS) Indonesia.
Yield curve UST 5-tahun meningkat tipis sebesar 1 bp menjadi 4,46%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 1 bp menjadi 4,68%.
Selain itu, CDS 5-tahun Indonesia juga meningkat sebesar 2 bp menjadi 80 bp. Situasi ini menunjukkan bahwa pasar obligasi sedang menghadapi tekanan di tengah ketidakpastian global yang semakin meningkat. (BNI Sekuritas)
Harga Emas Bertahan Karena Ketidakpastian Kebijakan Fed
Harga emas tetap di atas USD2.660 per ons pada hari Kamis (9/1/25).
Hal ini terjadi karena para investor masih mencermati arah kebijakan Federal Reserve (Fed), bank sentral Amerika Serikat.
Risalah dari pertemuan Fed terakhir menunjukkan bahwa inflasi mungkin melambat tahun 2025 ini. Meski demikian, tekanan harga akan tetap ada, sebagian karena kebijakan Presiden terpilih Donald Trump yang membuat inflasi tetap tinggi. Tingginya inflasi akan mendorong tingginya suku bunga yang dapat mengurangi daya tarik emas sebagai investasi. (Trading Economics)
Rupiah Melemah Karena Dolar AS yang Menguat dan Ketidakpastian Ekonomi
Rupiah melemah 0,04% ke posisi Rp16.217 per dolar AS pada perdagangan Kamis (9/1). Sementara itu, Indeks dolar AS naik 0,06% ke posisi 109,15.
Tren pelemahan juga dialami oleh mata uang Asia lainnya, seperti dolar Singapura, dolar Hong Kong, dan won Korea Selatan.
Menurut Ibrahim Assuaibi, pengamat pasar uang, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh sentimen dari luar negeri. Sentimen-sentimen ini antara lain imbal hasil atau yield obligasi US Treasury yang terus meningkat, dan rencana Presiden AS terpilih, Donald Trump, untuk mengumumkan keadaan darurat ekonomi nasional guna memberlakukan tarif universal.
Dari dalam negeri, Indonesia ikut serta dalam BRICS dan diharapkan dapat memperkuat hubungan dengan negara-negara seperti China, Brasil, dan Afrika Selatan, serta mengurangi hegemoni Barat.
Namun, ketidakpastian ekonomi global akibat perang dagang antara China dan AS, serta ancaman Trump terhadap negara anggota BRICS yang melakukan dedolarisasi dapat mengganggu stabilitas ekonomi Indonesia.
Investor mengantisipasi bahwa suku bunga The Fed akan turun lebih lambat tahun ini, dengan pemangkasan pertama kemungkinan terjadi pada Juni 2025. Pasar saat ini memperkirakan penurunan suku bunga The Fed hanya 39 basis poin pada 2025. (Bisnis)
Yield US Treasury Turun, Namun Masih di Level yang Tinggi Karena Kekhawatiran Inflasi dan Kebijakan Fed
Kamis (9/1), imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS 10 tahun turun menjadi 4,68%, menghentikan reli lima sesi yang sebelumnya mendorong imbal hasil ke 4,73%, level tertinggi sejak Oktober 2023.
Walaupun mengalami penurunan, yield level 4,6% dinilai masih tinggi.
Tingginya yield obligasi AS ini disebabkan oleh kekhawatiran atas inflasi yang masih akan tinggi, potensi kenaikan tarif di bawah pemerintahan Presiden Terpilih Donald Trump yang akan datang, dan kebijakan agresif Federal Reserve (Fed).
Terlebih, risalah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bulan Desember mengungkapkan bahwa pejabat Fed melihat peningkatan risiko kenaikan inflasi dan mengindikasikan laju penurunan suku bunga yang lebih lambat ke depan.
Sementara itu, pasar tenaga kerja AS menunjukkan sinyal beragam: lowongan pekerjaan melebihi ekspektasi, sedangkan data ketenagakerjaan swasta ADP tidak mencukupi. Investor kini fokus pada laporan pekerjaan yang sangat dinanti-nantikan yang akan dirilis hari Jumat ini. (Trading Economics)
Ulasan
- Naiknya yield obligasi US Treasury, US Dollar Index karena kuatnya ekonomi AS, serta kebijakan tarif yang tinggi dan penurunan pajak oleh Presiden Trump, membuat investasi di AS jauh lebih menarik. Alhasil, investor global mengalihkan investasinya dari luar AS ke AS, termasuk dari Indonesia.
- Investor asing masih melakukan net sell di pasar saham Indonesia. Hal ini membuat harga saham, terutama saham berkapitalisasi besar tertekan dan turun.
- Tak hanya saham, nilai tukar rupiah juga masih dalam tekanan. Demikian pula halnya dengan harga-harga obligasi, yang ditandai dengan masih naiknya yield Surat Utang Negara.
- Dot plot 2025 oleh US Fed memberikan sinyal bahwa penurunan suku bunga USD hanya akan terjadi 2 kali, dengan total 50 bps.
- Hal ini akan membuat suku bunga mata uang lainnya, termasuk rupiah, menjadi masih akan tinggi, nilai rupiah masih berpotensi melemah, dan harga-harga saham masih akan volatile.
- Beberapa bank investasi terkemuka meyakini bahwa harga emas masih akan naik di tahun 2025 karena berbagai bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk cadangan devisa mereka. Selain itu, ketegangan politik juga masih belum mereda di Timur Tengah dan Eropa Timur.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
- Pengambilalihan kekuasaan di Syria & ketidakstabilan politik di Korea Selatan menambah ketidakpastian global. Ini membuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi semakin layak untuk menjadi portofolio lindung nilai.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.