tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- Pasar Keuangan Indonesia Relatif Stabil di Awal Juni 2025
- Indeks US Dollar dan Yield US Treasury Naik, Menekan Harga Emas
- Harga Emas Stabil Hari Senin Kemarin Setelah 2 Hari Mengalami Penurunan
- SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
- Kupon SR022 menjadi kupon Sukuk Ritel tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon (imbal hasil) SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.
Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 4-9 Juni 2025.
Pasar Keuangan Indonesia Relatif Stabil di Awal Juni 2025
Pada minggu 2–5 Juni 2025, pasar saham Indonesia (IHSG) mengalami koreksi ringan, turun sekitar 0,87% ke kisaran 7.113–7.120.
Tekanan terutama datang dari aksi jual investor asing di saham-saham unggulan, seperti perbankan besar. Di sisi lain, data inflasi Mei yang lebih rendah dari perkiraan (1,60% Year-on-Year) menunjukkan kondisi harga mulai stabil pasca-Lebaran, dan ini sedikit membantu menahan tekanan lebih dalam di pasar saham.
Untuk pasar obligasi, Surat Utang Negara (SUN) justru menunjukkan penguatan, tercermin dari turunnya imbal hasil (yield) obligasi 10-tahun ke sekitar 6,74%.
Penurunan yield ini mengindikasikan adanya permintaan yang kuat dari investor, sejalan dengan inflasi yang rendah dan sikap Bank Indonesia yang tetap mempertahankan suku bunga acuan.
Dukungan juga datang dari langkah aktif BI membeli kembali obligasi negara, menambah likuiditas dan menjaga kestabilan pasar surat utang.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS cenderung menguat stabil di kisaran Rp16.200–16.300.
Penguatan ini didorong oleh masuknya dana asing melalui carry trade, yaitu strategi investor global meminjam dana murah dalam dolar untuk diinvestasikan ke aset ber-yield lebih tinggi seperti rupiah.
Keteguhan BI untuk menjaga stabilitas kurs turut menambah keyakinan pasar bahwa nilai tukar masih aman, meski tetap waspada terhadap gejolak global.
Yang layak dicermati, ada tekanan dari luar negeri, seperti potensi kenaikan yield obligasi global dan kekuatan dolar AS akibat data ekonomi AS yang solid. Ini bisa membalik arah aliran modal sewaktu-waktu.
Meski saat ini pasar relatif tenang dan stabil, arah kebijakan The Fed, bank sentral AS, dan sentimen global, akan sangat menentukan pergerakan ke depan.
Bagi investor, penting untuk tetap mengikuti perkembangan global sembari memanfaatkan stabilitas domestik saat ini.
Indeks US Dollar dan Yield US Treasury Naik, Menekan Harga Emas
Harga Emas (XAU‑USD) minggu lalu (2–5 Juni) mengalami koreksi (penurunan) ringan.
Dari level sekitar US$3.392/oz pada awal pekan, harga emas turun ke kisaran US$3.362 menjelang akhir pekan, atau sekitar –1 % hingga –2 % dari tertingginya .
Penurunan ini dipicu oleh penguatan dolar dan meningkatnya yield US Treasury, obligasi pemerintah AS, sehingga investor beralih dari aset safe‑haven seperti emas.
Indeks Dolar AS (DXY) menguat sekitar +0,5 % sepanjang pekan lalu, terdorong oleh data tenaga kerja AS yang lebih baik dari perkiraan (penambahan +139 ribu pekerjaan). Ini menurunkan ekspektasi pelonggaran cepat dari Federal Reserve, membuat dolar tampak lebih menarik dibandingkan aset lainnya .
US Treasury Yields bergerak naik, terutama untuk tenor jangka pendek-menengah. Yield 5‑tahun naik mendekati 4 %, sementara yield 10‑tahun didorong naik oleh kekhawatiran tentang defisit fiskal dan kebijakan tarif AS . Kondisi ini membuat investor melepas obligasi lama dan beralih ke yang baru, atau ke logam mulia seperti emas.
Indikator global lainnya menunjukkan adanya kekhawatiran geopolitik dan ekonomi.
Data PMI manufaktur AS menunjukkan kontraksi, sedangkan ketegangan dagang AS–Cina masih terpantau. Selain itu, obrolan suku bunga Fed dan perundingan dalam kelompok G7 memperpanjang ketidakpastian.
Secara keseluruhan, minggu lalu menunjukkan penguatan dolar dan naiknya yield obligasi AS sebagai respons terhadap data ekonomi AS.
Akibatnya, harga emas melemah dan pola pengambilan risiko di pasar global berubah—investor menjadi lebih berhati‑hati, melepas obligasi lama serta menguji tanah kembali untuk aset aman.
Harga Emas Stabil Hari Senin Kemarin Setelah 2 Hari Mengalami Penurunan
Senin (9/6) kemarin, harga emas dunia bertahan stabil di sekitar $3.310 per ons, pulih dari penurunan dua hari, seiring investor mencermati putaran kedua pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok di London.
Harapan akan kemajuan negosiasi antara dua ekonomi terbesar dunia ini meningkat setelah panggilan antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping.
Meski demikian, ketidakpastian masih membayangi akibat perselisihan yang telah mengguncang pasar global sepanjang tahun.
Laporan pekerjaan AS yang kuat pada Jumat juga mengurangi kekhawatiran terhadap resesi. Namun, kuatnya laporan pekerjaan AS menurunkan ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga Federal Reserve dalam waktu dekat. Hal ini turut memengaruhi sentimen emas.
Sementara itu, ketegangan geopolitik memburuk dengan serangan Rusia di Ukraina, menyusul aksi balasan Ukraina di pangkalan udara Rusia, menambah ketidakpastian yang mendorong investor mencari aset aman seperti emas. (Trading Economics)
Yang Perlu Diperhatikan Minggu 10–13 Juni 2025:
- Data Inflasi dan Produsen AS
-
Pada minggu ini, data inflasi AS akan menjadi sorotan utama. Data Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI) bulan Mei, akan dirilis pada Rabu–Kamis (11–12 Juni). Hasil dari kedua data ini berpotensi mengubah ekspektasi pasar tentang kelanjutan kebijakan suku bunga The Fed. Jika inflasi tetap tinggi, pasar bisa kembali “bertaruh” terkait apakah Fed bakal menahan suku bunga lebih lama atau menaikkannya kembali.
2. Acara Apple WWDC 2025 (9–13 Juni)
-
Apple menggelar konferensi developer (pengembang) antara 9–13 Juni, dengan keynote pembuka menunjukkan perubahan di iOS 26, teknologi AI, dan potensi produk baru. Meski ini peristiwa teknologi, investor tetap memperhatikannya karena Apple adalah komponen utama Nasdaq, dan bisa memicu sentimen positif di sektor teknologi global.
3. Kelanjutan Perundingan Dagang AS–Cina di London
- Lewat 9–10 Juni, pejabat tinggi AS dan Cina akan melanjutkan diskusi penting tentang tarif, terutama terkait mineral langka dan teknologi. Hasil pertemuan ini bisa meredakan ketegangan perdagangan, atau sebaliknya, bisa memicu volatilitas di pasar mata uang dan saham global .
4. Indikator Domestik Indonesia & Aksi Kebijakan Global
- Dalam konteks domestik (dalam negeri), pada pertengahan Juni, akan rilis data penjualan ritel dan kepercayaan konsumen (11–13 Juni), yang memberi petunjuk kesehatan ekonomi pasca-Lebaran. Sementara di luar negeri (global), G7 Summit akan diadakan di Kanada (15–17 Juni). Selain itu, turunnya tarif AS–EU tengah dipantau pasar karena dapat memengaruhi aliran modal keluar-masuk dan sentimen makers domestik .
Rekomendasi Investasi:
1. Reksa Dana:
- Pemula atau Investor Konservatif (Risk Averse, Toleransi Risiko Rendah):
- Investasikan sekitar 20%-30% pada reksa dana pendapatan tetap dan 40%-50% pada pasar uang untuk stabilitas dan likuiditas, dengan return 4-5% per tahun. Cocok untuk menghindari volatilitas pasar saham akibat ketidakpastian global, seperti peringkat kredit AS yang turun (Moody’s, Mei 2025).
- Investor Moderat (Toleransi Risiko Sedang):
- Investasikan sekitar 50% pada reksa dana campuran yang portfolionya 40%-50% pada saham, 30%-40% pada obligasi, dan sisanya pasar uang. Ini menyeimbangkan risiko di tengah fluktuasi IHSG dan imbal hasil obligasi global. Pantau kebijakan moneter BI, yang diperkirakan stabil pada 5,5% pasca-RDG Mei 2025.
- Investor Agresif (Toleransi Risiko Tinggi):
- Alokasikan 60%-70% ke reksa dana saham dan indeks saham, yang berfokus pada saham seperti yang ada di IDX30 dengan likuiditas tinggi, memanfaatkan potensi rebound IHSG.
2. Emas:
- Semua Profil Risiko: Alokasikan 5%-15% portofolio ke emas sebagai aset safe haven, terutama dengan ketegangan geopolitik (serangan Rusia-Ukraina) dan inflasi global yang tinggi. Goldman Sachs, sebuah bank investasi global terkemuka, memperkirakan harga emas dapat menyentuh USD3.700 per troy ons pada akhir 2025, didorong oleh pembelian bank sentral dan ketidakpastian perdagangan.
3. Surat Berharga Negara (SBN):
SBN stabil, yield 10-tahun menarik atau kompetitif di 6,80%, didukung ekspektasi penurunan suku bunga global.
Investasikan 20–30% ke SBN untuk investor konservatif, 15% untuk moderat, 10% untuk agresif.
Investor dapat mempertimbangkan SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 dengan tenor 3 dan 5 tahun, yang sudah bisa dibeli di tanamduit sejak 16 Mei 2025.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.