tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Kembali Melaju ke 7.000, Didorong oleh Saham Perbankan yang Dinilai Undervalued
- Harga Emas Dunia Naik karena Ketegangan Perdagangan Global
- Harga Obligasi Negara Menguat, Dipicu oleh Tren Penguatan Rupiah dan Rendahnya Risiko Gagal Bayar Indonesia
- Imbal Hasil US Treasury Stabil Menjelang Kebijakan Tarif AS 1 Agustus Mendatang
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 10 Juli 2025.
IHSG Kembali Melaju ke 7.000, Didorong oleh Saham Perbankan yang Dinilai Undervalued
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di penutupan perdagangan Kamis, 10 Juli 2025 kemarin, naik 0,88% dan ditutup di level 7.005,37, kembali ke angka 7.000 setelah terakhir tercatat pada 18 Juni 2025.
Kenaikan ini didorong oleh saham-saham sektor keuangan, terutama saham bank besar seperti BBRI yang melonjak 5,2%, menyumbang 29,02 poin untuk IHSG.
Selain itu, saham BMRI, BBCA, dan BBNI juga turut mendukung penguatan indeks.
Saham-saham perbankan dinilai sudah undervalued setelah lebih dari 3 bulan mengalami penurunan karena dijual oleh investor asing.
Sektor lain seperti utilitas dan industri ikut menguat, masing-masing naik 1,92% dan 0,38%.
Kehadiran empat emiten baru di Bursa Efek Indonesia juga memeriahkan pasar, dengan tiga saham IPO langsung mencatat kenaikan signifikan.
Total transaksi mencapai Rp 13,35 triliun, dengan 396 saham naik dan kapitalisasi pasar tembus Rp 12.349 triliun.
Meski IHSG menguat 2,04% sejak awal pekan, investor asing masih mencatatkan jual bersih Rp394 miliar triliun, terutama pada saham BBCA.
Sementara itu, pasar saham Asia juga kompak hijau. KOSPI naik 1,58%, sementara Hang Seng naik 0,57%.
Namun, beberapa saham LQ45, seperti MAPI dan AMRT, justru melemah di zona merah. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)
Harga Emas Dunia Naik karena Ketegangan Perdagangan Global
Harga emas XAU sedikit menguat di pasar Asia karena ketegangan perdagangan global yang terus berlanjut.
Presiden Trump mengancam akan memberlakukan tarif 50% pada barang impor dari Brasil dan negara lain jika tidak ada kesepakatan perdagangan hingga 1 Agustus, memicu kekhawatiran akan konflik perdagangan baru.
Ketegangan ini membuat emas semakin diminati sebagai aset aman (safe haven).
Akibatnya, harga emas spot naik 0,1% menjadi $3.325,91 per ons.
Harga Obligasi Negara Menguat Dipicu oleh Tren Penguatan Rupiah dan Rendahnya Risiko Gagal Bayar Indonesia
Harga Surat Utang Negara (SUN) naik pada perdagangan Kamis, 10 Juli 2025. lmbal hasil (yield) SUN 5-tahun turun 4 basis poin ke 6,16%, sementara SUN 10-tahun turun 3 basis poin ke 6,56%.
Volume transaksi SUN mencapai Rp24,4 triliun, lebih rendah dari hari sebelumnya, dengan seri FR0104 dan PBS030 menjadi seri aktif.
Obligasi korporasi juga diperdagangkan senilai Rp5,6 triliun. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 0,21% menjadi Rp16.224 per dolar.
Pasar global menunjukkan sentimen stabil, dengan data pengangguran AS lebih baik dari perkiraan dan imbal hasil US Treasury sedikit naik.
Selain itu, risiko gagal bayar Indonesia (CDS) juga tetap rendah di 74 basis poin.
Dengan kondisi ini, permintaan terhadap SUN berdenominasi rupiah diperkirakan tetap stabil, menunjukkan kepercayaan investor terhadap obligasi negara. (BNI Sekuritas)
Imbal Hasil US Treasury Stabil Menjelang Kebijakan Tarif AS 1 Agustus Mendatang
Imbal hasil atau yield obligasi negara AS bertenor 10 tahun stabil di 4,35% pada Kamis, 10 Juli 2025. Stabilitas ini terjadi setelah penurunan sebelumnya, di tengah pasar yang menilai dampak kebijakan perdagangan baru.
Presiden Trump mempercepat tarif 50% pada barang tembaga ke 1 Agustus dan memberlakukan tarif serupa pada Brasil, yang dapat memicu kenaikan harga barang dan inflasi.
Selain itu, usulan Trump untuk menurunkan suku bunga AS sebanyak 300 basis poin juga memicu spekulasi kebijakan moneter yang longgar, sementara data pengangguran AS yang lebih baik dari perkiraan menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat.
Kondisi ini dapat memengaruhi pasar Surat Utang Negara (SUN) Indonesia. Stabilitas imbal hasil obligasi AS dan penguatan rupiah baru-baru ini (ke Rp16.224 per dolar) mendukung minat investor terhadap SUN berdenominasi rupiah.
Namun, potensi inflasi global akibat tarif baru dapat meningkatkan imbal hasil obligasi secara umum, yang mungkin menekan harga SUN.
Meski begitu, risiko gagal bayar Indonesia yang rendah (CDS di 74 basis poin) menjaga kepercayaan investor, sehingga pasar SUN berpotensi tetap stabil dengan permintaan yang terjaga. (Trading Economics)
Faktor Penggerak Pasar:
Global:
- Kebijakan tarif dagang AS di bawah Presiden Trump, seperti tarif 50% untuk tembaga dan 10% untuk impor dari negara BRICS, berpotensi meningkatkan inflasi global, menekan nilai tukar rupiah (tercatat Rp16.258 per dolar AS pada 9 Juli 2025), dan memengaruhi harga emas sebagai aset aman.
- Ekspektasi suku bunga Federal Reserve yang beragam, dengan kemungkinan pemotongan mulai September 2025, dapat menurunkan yield obligasi AS (10-tahun di 4,35%), mendukung kenaikan harga Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi korporasi Indonesia.
- Volatilitas pasar saham global, seperti penurunan S&P 500 akibat tarif, juga dapat memengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), meskipun sektor properti dan IPO tetap kuat.
Nasional:
- Di dalam negeri, revisi turunnya proyeksi pertumbuhan ekonomi 2025 oleh Kementerian Keuangan (4,7%–5%) dan Bank Indonesia (4,6%–5,4%) mencerminkan kelesuan konsumsi rumah tangga (penjualan ritel turun 1,3% pada Mei 2025) dan PHK (24.046 pekerja hingga April 2025).
- Penurunan produktivitas sektor pengolahan dan ketidakpastian investasi domestik menahan pertumbuhan, menekan IHSG sektor konsumer.
- Penurunan suku bunga BI ke 5,5% dan cadangan devisa yang kuat menjaga stabilitas rupiah dan harga SUN (yield 10-tahun di 6,59%). Namun, risiko fiskal dapat meningkatkan yield obligasi korporasi.
Rekomendasi Investasi:
1. Jangka Pendek (Hingga 1 tahun):
- Reksa dana pasar uang menawarkan imbal hasil stabil (4–6%) untuk menghindari volatilitas IHSG. Emas cocok sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan rupiah (target $3,500/ons). SUN tenor pendek (1–3 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang akan ditawarkan secara publik mulai 14 Juli mendatang dengan kupon 6,25%/thn (T2) & 6,35%/thn (T4) dapat menjadi pilihan tepat.
2. Jangka Menengah (1-5 tahun):
- Reksa dana campuran dengan portofolio saham yang fokus pada sektor properti dan keuangan, untuk menangkap potensi proyeksi IHSG ke 7,200–7,500, dan portofolio obligasi yang kinerjanya relatif stabil untuk menahan volatilitas saham. Emas tetap relevan untuk diversifikasi. Reksa dana pendapatan tetap yang berisi portofolio SUN dan obligasi korporasi tenor menengah (5–10 tahun) dengan return 7-8% juga dapat menjadi pilihan investasi.
3. Jangka Panjang (>5 tahun):
- Reksa dana saham ideal untuk investor agresif yang meyakini bahwa dalam jangka panjang situasi geopolitik membaik, negara-negara secara global sudah beradaptasi dengan tarif perdagangan, dan pertumbuhan ekonomi lebih stabil. Emas melindungi nilai aset jangka panjang. Reksa dana pendapatan tetap yang memiliki tenor atau durasi lebih dari 10 tahun cocok untuk investor konservatif yang ingin investasi jangka panjang, dengan yield stabil dan risiko default rendah.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.