tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Naik 1,65%, Ditopang oleh Saham-Saham Blue Chip dan Sentimen Global
- Indeks Selain IHSG Naik, Namun Tidak Setinggi Kenaikan IHSG
- Rupiah Menguat, Ditopang oleh Optimisme Keberhasilan Negosiasi Perdagangan AS dan Tiongkok dan Masih Stabilnya Cadangan Devisa RI
- Harga Surat Utang Negara Bervariasi di Tengah Sentimen Positif Pada Selasa Kemarin
- Harga Emas Stabil di $3.320 per troy ons, Dipicu oleh Optimisme dari Perundingan AS-Tiongkok
- Harga Obligasi Pemerintah AS Stabil Namun Dolar Melemah
- SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
- Kupon SR022 menjadi kupon Sukuk Ritel tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon (imbal hasil) SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.
Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 10 Juni 2025.
IHSG Naik 1,65% Ditopang oleh Saham-Saham Blue Chip dan Sentimen Global
IHSG melonjak 1,65% ke level 7.230,74 pada 10 Juni 2025. Saham-saham besar, seperti Chandra Asri Pacific (TPIA), Bank Mandiri (BMRI), dan Barito Renewables Energy (BREN), mendorong lonjakan IHSG.
TPIA menyumbang 21,52 poin berkat bisnis petrokimia yang kuat, sementara BMRI dan BREN naik karena kinerja keuangan solid dan proyek energi terbarukan. Kenaikan ini menjadikan IHSG sebagai bursa yang tertinggi di Asia dan ASEAN hari itu.
Sektor teknologi, transportasi, dan energi juga ikut mendorong. Saham teknologi seperti Multipolar Technology melonjak 19,9% karena tren digitalisasi, sedangkan saham transportasi MPX Logistics naik 34,7% akibat pemulihan logistik.
Saham energi seperti TBS Energi Utama menguat 22,9%, didukung oleh harga komoditas yang tinggi. Transaksi pasar yang ramai, mencapai Rp17,88 triliun, menunjukkan antusiasme investor.
Faktor global turut membantu, terutama pembicaraan perdagangan AS-China di London tentang ekspor mineral kritis dan pelonggaran tarif.
Ini meningkatkan optimisme investor, terutama untuk saham teknologi dan energi. Dengan 352 saham menguat dan ekonomi Indonesia yang stabil, IHSG mencerminkan kepercayaan pasar yang tinggi pada hari itu. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)
Indeks Selain IHSG Naik, Namun Tidak Setingggi Kenaikan IHSG
1. IDX30
IDX30 mengukur kinerja 30 saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar, banyak di antaranya adalah saham blue chip seperti Chandra Asri Pacific (TPIA), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank Central Asia (BBCA), yang menjadi penggerak utama IHSG pada hari itu.
Mengingat TPIA (kontribusi 21,52 poin), BMRI (15,49 poin), dan BBCA (11,99 poin) termasuk dalam IDX30, indeks ini mengalami kenaikan signifikan, mungkin mendekati atau sedikit di bawah persentase IHSG 1,42%.
Kenaikan ini didorong oleh sentimen positif dari saham blue chip dan aktivitas perdagangan yang tinggi (volume Rp17,88 triliun).
2. Bisnis27
Bisnis27 terdiri dari 27 saham yang dipilih berdasarkan likuiditas, kapitalisasi pasar, dan fundamental keuangan yang kuat, dengan tumpang tindih signifikan dengan saham blue chip di IHSG, seperti BMRI, BBCA, dan GOTO.
Karena saham-saham ini, terutama di sektor perbankan dan teknologi, mencatatkan kenaikan besar, Bisnis27 juga menguat, lebih rendah dari IHSG 1,18% karena komposisinya yang lebih terbatas dibandingkan IHSG.
Faktor global, seperti pembicaraan perdagangan AS-China, turut mendukung saham-saham likuid dalam indeks ini.
3. SRI-KEHATI
SRI-KEHATI mencakup 25 saham perusahaan yang menerapkan prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), termasuk beberapa blue chip seperti BBCA dan BMRI, tetapi juga saham lain yang fokus pada keberlanjutan.
Meskipun BBCA dan BMRI menguat, saham lain dalam SRI-KEHATI, seperti yang keluar pada evaluasi Mei 2025 (misalnya, TLKM), membatasi kenaikan.
Sentimen global tentang mineral kritis (penting untuk energi terbarukan) mendukung saham seperti BREN, tetapi kinerja SRI-KEHATI lebih moderat, 1,07%, karena fokus ESG yang lebih selektif.
4. ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia)
ISSI mencakup saham-saham yang sesuai dengan prinsip syariah, termasuk beberapa saham teknologi (seperti GOTO) dan energi, yang naik signifikan pada 10 Juni 2025.
Sektor teknologi (naik 3,54%) dan energi (2,17%) menjadi pendorong IHSG, dan banyak saham ini masuk dalam ISSI.
Namun, karena ISSI memiliki cakupan lebih luas dan beberapa saham syariah mungkin tidak sekuat blue chip, kenaikannya adalah 1,21%, lebih rendah dari IHSG. Sentimen pasar yang positif dan stabilitas ekonomi domestik juga mendukung.
5. IDX Growth 30
IDX Growth 30 mencakup 30 saham dengan potensi pertumbuhan tinggi (growth stocks), seperti saham teknologi (GOTO, MLPT) dan beberapa saham konsumer atau energi.
Indeks ini berfokus pada saham dengan prospek laba yang kuat, sering kali lebih volatil tetapi menarik bagi investor agresif.
Sektor teknologi (naik 3,54%) dan transportasi (3,52%) adalah pendorong utama IHSG, dengan saham seperti Multipolar Technology (MLPT, +19,9%) dan GOTO (+10,88 poin) menunjukkan kenaikan signifikan. IDX Growth 30 naik 1,48%.
Tren digitalisasi, pemulihan logistik, dan antusiasme investor (volume transaksi 29,14 miliar saham) mendukung saham growth. Sentimen global dari pembicaraan AS-China juga relevan karena mineral kritis mendukung saham teknologi.
Rupiah Menguat, Ditopang oleh Optimisme Keberhasilan Negosiasi Perdagangan AS-Tiongkok dan Masih Stabilnya Cadangan Devisa RI
Nilai tukar rupiah sedikit menguat terhadap dolar AS, ditutup pada Rp16.265 per dolar pada 10 Juni 2025, naik 0,03%.
Penguatan ini terjadi meski indeks dolar AS (DXY) naik 0,31% ke 99,24, didorong oleh harapan investor terhadap pembicaraan perdagangan AS-China di London.
Harapan akan kesepakatan tarif dagang meningkatkan optimisme pasar, meskipun kekhawatiran tentang kebijakan perdagangan AS yang tidak menentu masih ada. Laporan inflasi AS yang akan datang juga menjadi perhatian investor, karena dapat memengaruhi nilai dolar.
Di dalam negeri, cadangan devisa Indonesia tetap stabil di US$152,5 miliar pada Mei 2025. Jumlah ini cukup untuk membiayai 6,4 bulan impor.
Menurut Bank Indonesia, jumlah ini menunjukkan ekonomi Indonesia kuat dan mampu menjaga stabilitas rupiah serta keuangan negara. Stabilitas ini, bersama dengan sentimen positif dari pembicaraan global, membantu rupiah bertahan di tengah tekanan dolar yang menguat. (CNBC Indonesia)
Harga Surat Utang Negara Bervariasi di Tengah Sentimen Positif Pada Selasa Kemarin
Harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak bervariasi pada 10 Juni 2025.
Harga SUN 5 tahun naik, ditandai dengan turunnya yield SUN 5-tahun ke 6,32%. Sementara itu, harga SUN 10 tahun mengalami penurunan, ditandai dengan yield SUN 10-tahun (FR0103) yang naik tipis ke 6,76%, namun masih dalam kisaran perkiraan 6,70-6,83%.
Volume transaksi SBN mencapai Rp31 triliun, turun dari Rp43,4 triliun sehari sebelumnya, dengan seri PBS038 dan FR0104 paling aktif.
Obligasi korporasi juga ramai, dengan transaksi Rp4,8 triliun. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) menarik minat besar, dengan tawaran Rp36,9 triliun dan alokasi Rp10 triliun, menunjukkan antusiasme investor.
Rupiah menguat tipis 0,1% ke Rp16.275 per dolar AS, didukung oleh sentimen global positif. Yield US Treasury turun, dengan UST 5-tahun ke 4,08% dan UST 10-tahun ke 4,47%, sementara Credit Default Swap (CDS) Indonesia stabil di 74 basis poin, mencerminkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.
Kondisi ini menunjukkan permintaan stabil untuk SBN dalam rupiah, dengan pasar obligasi tetap menarik bagi investor di tengah stabilitas ekonomi domestik dan global. (BNI Sekuritas)
Harga Emas Stabil di $3.320 per troy ons, Dipicu oleh Optimisme dari Perundingan AS-Tiongkok
Harga emas bertahan stabil di sekitar $3.320 per ons pada Selasa, 10 Juni 2025, karena investor menanti hasil pembicaraan perdagangan AS-Tiongkok di London.
Perundingan tingkat tinggi ini, yang berlanjut dari Senin, bertujuan mencapai gencatan senjata dalam sengketa tarif dan pembatasan mineral langka.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick menyebut pembicaraan ini berjalan baik dan produktif, memicu harapan akan hubungan yang lebih baik antara kedua negara, yang mendukung stabilitas harga emas.
Selain itu, investor juga fokus pada data inflasi AS yang akan dirilis akhir minggu untuk memprediksi kebijakan moneter Federal Reserve.
Survei Federal Reserve New York menunjukkan kekhawatiran inflasi masyarakat AS menurun pada Mei 2025, dengan kepercayaan pada keuangan pribadi yang meningkat. Kondisi ini, bersama dengan sentimen positif dari perundingan global, membantu menjaga harga emas tetap stabil di tengah ketidakpastian pasar. (Trading Economics)
Harga Obligasi Pemerintah AS Stabil Namun Dolar Melemah
Harga US Treasury 10 tahun stabil, ditandai dengan stabilnya yield di 4,47% pada Selasa, 10 Juni 2025, setelah sedikit turun dari hari sebelumnya.
Lelang obligasi 3 tahun senilai $58 miliar menunjukkan permintaan yang stabil, dengan imbal hasil 3,972% dan minat kuat dari investor asing (67% penawaran tidak langsung).
Namun, investor berhati-hati menjelang lelang obligasi 30 tahun pada Kamis besok, yang akan menguji minat terhadap utang AS di tengah kekhawatiran inflasi dan ketegangan perdagangan. Data inflasi AS yang akan dirilis akhir minggu juga menjadi perhatian, karena dapat memengaruhi suku bunga di masa depan.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) melemah dan stabil di sekitar level 99, karena investor menanti hasil perundingan perdagangan AS-Tiongkok di London yang memasuki hari kedua.
Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menyatakan optimisme, meski belum ada kemajuan besar. Kekhawatiran tentang kebijakan perdagangan Presiden Trump membuat dolar mendekati level terendah sejak 2022.
Dolar sedikit menguat terhadap pound Inggris setelah data ekonomi Inggris yang lemah. Namun, pasar tetap fokus pada laporan inflasi AS (CPI dan PPI) yang dapat memengaruhi nilai dolar.
Pasar obligasi dan dolar dipengaruhi oleh sentimen global dan domestik. Stabilitas imbal hasil obligasi menunjukkan kepercayaan investor terhadap utang AS, meskipun ada risiko inflasi dan perdagangan.
Perundingan AS-Tiongkok yang positif dapat mendukung pasar, tetapi ketidakpastian kebijakan AS membuat investor waspada.
Data ekonomi mendatang akan menjadi kunci untuk menentukan arah imbal hasil obligasi dan nilai dolar dalam beberapa hari ke depan.
Factors to Watch:
- Data Inflasi dan Produsen AS
- Pada minggu ini, data inflasi AS akan menjadi sorotan utama. Data Consumer Price Index (CPI) dan Producer Price Index (PPI) bulan Mei, akan dirilis pada Rabu–Kamis (11–12 Juni). Hasil dari kedua data ini berpotensi mengubah ekspektasi pasar tentang kelanjutan kebijakan suku bunga The Fed. Jika inflasi tetap tinggi, pasar bisa kembali “bertaruh” terkait apakah Fed bakal menahan suku bunga lebih lama atau menaikkannya kembali.
2. Acara Apple WWDC 2025 (9–13 Juni)
- Apple menggelar konferensi developer (pengembang) di antara tanggal 9–13 Juni, dengan keynote pembuka menunjukkan perubahan di iOS 26, teknologi AI, dan potensi produk baru. Meski ini peristiwa teknologi, investor tetap memperhatikan peristiwa ini karena Apple adalah komponen utama Nasdaq, dan bisa memicu sentimen positif di sektor teknologi global.
3. Kelanjutan Perundingan Dagang AS–Cina di London
- Pejabat tinggi AS dan Cina akan melanjutkan diskusi penting tentang tarif, terutama terkait mineral langka dan teknologi. Hasil pertemuan ini bisa meredakan ketegangan perdagangan, atau sebaliknya, memicu volatilitas di pasar mata uang dan saham global.
4. Indikator Domestik Indonesia & Aksi Kebijakan Global
- Dalam konteks domestik (dalam negeri), pada pertengahan Juni, akan rilis data penjualan ritel dan kepercayaan konsumen (11–13 Juni), yang memberi petunjuk kesehatan ekonomi pasca-Lebaran. Sementara di luar negeri (global), G7 Summit akan diadakan di Kanada (15–17 Juni). Selain itu, turunnya tarif AS–EU tengah dipantau pasar karena dapat memengaruhi aliran modal keluar-masuk dan sentimen makers domestik .
Rekomendasi Investasi:
1. Reksa Dana:
- Pemula atau Investor Konservatif (Risk Averse, Toleransi Risiko Rendah):
- Investasikan sekitar 20%-30% pada reksa dana pendapatan tetap dan 40%-50% pada pasar uang untuk stabilitas dan likuiditas, dengan return 4-5% per tahun. Cocok untuk menghindari volatilitas pasar saham akibat ketidakpastian global, seperti peringkat kredit AS yang turun (Moody’s, Mei 2025).
- Investor Moderat (Toleransi Risiko Sedang):
- Investasikan sekitar 50% pada reksa dana campuran yang portfolionya 40%-50% pada saham, 30%-40% pada obligasi, dan sisanya pasar uang. Ini menyeimbangkan risiko di tengah fluktuasi IHSG dan imbal hasil obligasi global. Pantau kebijakan moneter BI, yang diperkirakan stabil pada 5,5% pasca-RDG Mei 2025.
- Investor Agresif (Toleransi Risiko Tinggi):
- Alokasikan 60%-70% ke reksa dana saham dan indeks saham, yang berfokus pada saham seperti yang ada di IDX30 dengan likuiditas tinggi, memanfaatkan potensi rebound IHSG.
2. Emas:
- Semua Profil Risiko: Alokasikan 5%-15% portofolio ke emas sebagai aset safe haven, terutama dengan ketegangan geopolitik (serangan Rusia-Ukraina) dan inflasi global yang tinggi. Goldman Sachs, sebuah bank investasi global terkemuka, memperkirakan harga emas dapat menyentuh USD3.700 per troy ons pada akhir 2025, didorong oleh pembelian bank sentral dan ketidakpastian perdagangan.
3. Surat Berharga Negara (SBN):
SBN stabil, yield 10-tahun menarik atau kompetitif di 6,80%, didukung ekspektasi penurunan suku bunga global.
Investasikan 20–30% ke SBN untuk investor konservatif, 15% untuk moderat, 10% untuk agresif.
Investor dapat mempertimbangkan SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 dengan tenor 3 dan 5 tahun, yang sudah bisa dibeli di tanamduit sejak 16 Mei 2025.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.