tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Terjun Bebas Lagi, Dampak Tarif Trump Guncang Pasar Asia.
- Pasar Obligasi Labil, Harga SUN Tertekan di Tengah Kelemahan Rupiah.
- Harga Emas Turun, Kenaikan Imbal Hasil Treasury dan Tarif Trump Jadi Penyebab.
- Imbal Hasil atau Yield Obligasi US Treasury AS Terus Naik.
- SBN ORI027 sudah bisa dibeli di tanamduit. Imbal hasil 6,65%/tahun untuk tenor 3 tahun (ORI027-T3) dan 6,75%/tahun untuk tenor 6 tahun ( (ORI027-T6). Imbal hasil ORI027 tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon ORI027 dibayar setiap bulan di tanggal 15, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran ORI027: 27 Januari 2025–20 Februari 2025.
Investasi ORI027 di tanamduit, bonus jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 11 Februari 2025.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Terjun Bebas Lagi, Dampak Tarif Trump Guncang Pasar Asia
Selasa (11/2/2025), IHSG kembali terjun bebas, menutup perdagangan dengan penurunan drastis sebesar 1,75%, mencapai level 6.531,99.
Seluruh bursa Asia ikut terperosok, dengan banyak indeks utama seperti Hang Seng, SENSEX, dan CSI 300 mengalami kerugian signifikan.
Penjualan besar-besaran oleh investor asing yang mencapai Rp921,07 miliar dalam sehari menjadi salah satu penyebab utama pelemahan, aktif setelah beberapa hari sebelumnya juga mengalami arus keluar yang besar.
Sektor-sektor seperti infrastruktur, energi, dan properti mencatatkan penurunan yang paling tajam.
Sentimen negatif di pasar semakin diperburuk oleh pengumuman kebijakan tarif 25% oleh Presiden AS, Donald Trump, yang akan berlaku pada 4 Maret untuk semua impor baja dan aluminium.
Langkah ini memicu kekhawatiran akan perang dagang yang lebih luas dan menyebabkan investor tetap waspada menunggu data inflasi yang akan rilis minggu ini, yang akan memengaruhi keputusan kebijakan moneter di AS.
Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia, meski konsumen masih optimis, ada penurunan dalam kepercayaan terhadap kondisi ekonomi saat ini. Hal ini memberi sinyal bahwa pandangan terhadap perekonomian Indonesia mungkin melambat.
IHSG diramalkan akan terus tertekan oleh faktor-faktor eksternal maupun internal, termasuk pernyataan dari Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell, yang juga akan memberikan kesaksian di Senat pada hari yang sama.
Penantian ini, bersama dengan kekhawatiran seputar tarif dan inflasi, menjadi fokus utama bagi investor yang ingin memahami lebih baik arah pergerakan pasar di masa mendatang.
Tanpa adanya perbaikan yang signifikan dalam situasi ini, IHSG dan pasar saham Asia lainnya mungkin akan tetap “berjuang” di zona merah. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)
Pasar Obligasi Labil, Harga SUN Tertekan di Tengah Kelemahan Rupiah
Selasa (10/2/2025) kemarin, harga Surat Utang Negara (SUN) menunjukkan pergerakan yang bervariasi.
Yield SUN Benchmark 5-tahun naik sedikit menjadi 6,60%. Sementara itu, yield SUN Benchmark 10-tahun turun menjadi 6,82%. Total volume transaksi Surat Berharga Negara mencapai Rp18,7 triliun, meningkat dari hari sebelumnya.
Pada saat yang sama, pemerintah berhasil menarik minat yang tinggi dalam lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), mencapai total penawaran sebesar Rp30,3 triliun.
Di sisi lain, nilai tukar rupiah melemah 0,26% terhadap Dolar AS, bergerak di level Rp16.384 per USD.
Sentimen negatif di pasar juga dipengaruhi oleh kenaikan yield US Treasury yang menunjukkan ketidakpastian di pasar global.
Sementara itu, Credit Default Swap Indonesia tetap stabil di level 76bp, mencerminkan persepsi risiko yang relatif terkendali.
Pergerakan ini menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh pasar obligasi Indonesia di tengah kondisi global yang bergejolak. (BNI Sekuritas)
Harga Emas Turun, Kenaikan Imbal Hasil Treasury dan Tarif Trump Jadi Penyebab
Harga emas mengalami penurunan pada Selasa (11/2/2025) kemarin setelah mencapai rekor tertinggi baru, di tengah kekhawatiran terkait tarif perdagangan yang meningkat di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump.
Setelah Trump menandatangani perintah yang mengenakan tarif 25% pada semua impor baja dan aluminium, harga emas spot turun 0,1% menjadi USD2.904,40 per ons.
Selain itu, harga emas berjangka juga turun 0,1%, setelah sempat mencapai rekor harga tinggi.
Meskipun permintaan sebagai aset safe haven tetap ada, pasar dipengaruhi oleh pernyataan dari Jerome Powell, Gubernur Federal Reserve, yang menyatakan bahwa tidak ada kebutuhan mendesak untuk menurunkan suku bunga karena ekonomi AS tetap kuat.
Pernyataan Powell menyebabkan imbal hasil atau yield obligasi US Treasury naik, yang berdampak pada harga emas yang tidak memberikan imbal hasil dan kupon atau bunga.
Pasar khawatir bahwa kebijakan tarif yang lebih ketat dari Trump dapat memperburuk perang dagang antara AS dan China, yang mungkin mengganggu perdagangan global dan aktivitas ekonomi.
Hal ini mendorong investor untuk mencari perlindungan dalam bentuk emas, meskipun harga logam kuning ini mengalami penyesuaian setelah mencapai puncaknya. (Investing)
Imbal Hasil atau Yield Obligasi US Treasury AS Terus Naik
Imbal hasil atau yield obligasi pemerintah AS, khususnya untuk obligasi acuan 10 tahun, mengalami kenaikan menjadi 4,535%, meningkat 4 basis poin. Yield obligasi AS mencatatkan kenaikan selama empat sesi berturut-turut, menjadi kenaikan terpanjang dalam sebulan.
Perhatian investor kini beralih kepada laporan terbaru mengenai harga konsumen yang akan rilis pada hari Rabu, seiring meningkatnya kekhawatiran tentang prospek kebijakan suku bunga.
Pasar mulai mengurangi ekspektasi untuk pemotongan suku bunga dari Federal Reserve tahun ini, dengan banyak yang mengantisipasi bahwa suku bunga akan tetap tidak berubah dalam pertemuan di bulan Maret dan Mei.
Untuk pertemuan Fed bulan Juni, peluang untuk pemotongan suku bunga minimal 25 basis poin diperkirakan sebesar 51%, turun dari 63,6% seminggu sebelumnya. Angka ini mencerminkan perubahan sentimen di kalangan investor mengenai arah kebijakan moneter AS ke depan. (Reuters)
Ulasan
- IHSG sangat terpukul karena faktor eksternal kebijakan Trump yang inflationary serta masih kuatnya ekonomi AS. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 5,03%, lebih rendah dari target 5,20%. Hal ini mendorong investor asing keluar dari bursa saham Indonesia menuju negara yang menawarkan return lebih stabil, terutama Amerika Serikat.
- Investor global cenderung akan tetap berinvestasi di pasar yang mata uangnya kuat dan memberi return yang lebih menarik, seperti pasar saham dan obligasi AS.
- Mata uang rupiah terancam sulit untuk menguat. Akibatnya, pasar obligasi dan saham diperkirakan masih akan tertekan untuk sementara waktu.
- Harga emas masih berpotensi naik. Sebab, walaupun suku bunga US masih bertahan di level saat ini, sebagian bank sentral selain US Fed telah menurunkan suku bunga dan membuat penurunan harga emas tertahan. Jika US Fed menurunkan suku bunga di tahun 2025, harga emas akan kembali naik.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return lebih tinggi dibandingkan bunga deposito.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana sesuai profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.