fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 12 Juni 2025

tanamduit Breakfast News: 12 Juni 2025

oleh | Jun 12, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • World Bank Menurunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 Menjadi 4,7% dari 5,1%
  • IHSG Turun Tipis 0,11%, Dipicu oleh Laporan World Bank yang Menurunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global dan Nasional
  • Penjualan Mobil di Mei 2025 Turun 15,1% Karena Daya Beli Masyarakat Lemah
  • Nilai Rupiah Menguat dan Harga Obligasi Pemerintah Naik, Dipicu oleh Sentimen Positif Kesepakatan Awal Tarif Perdagangan AS-Tiongkok
  • Harga Obligasi Pemerintah AS Stabil, Namun Dolar Melemah
  • Harga Emas Naik ke $3.330, Dipicu Inflasi AS yang Rendah dan Perdagangan AS-Tiongkok
SBN Seri Sukuk Ritel SR022, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
  • Kupon SR022 menjadi kupon Sukuk Ritel tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon (imbal hasil) SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.

Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 11 Juni 2025.

market-update-12-juni-2025

World Bank Menurunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025 Menjadi 4,7% dari 5,1%

Dalam laporan terbaru Global Economic Prospects edisi Juni 2025, Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,3%, mencerminkan kekhawatiran akan ketegangan dagang dan ketidakpastian kebijakan yang terus meningkat.

Indonesia sendiri diproyeksikan tumbuh 4,7% tahun ini—lebih rendah dari prediksi awal tahun sebesar 5,1%. Tren ini menunjukkan bahwa tekanan global mulai terasa di dalam negeri, dari ekspor hingga nilai tukar, yang sempat menyentuh titik terendahnya pada April 2025.

Bank Dunia menyoroti tekanan pada nilai tukar rupiah akibat ketidakpastian kebijakan dalam negeri dan eskalasi perang dagang global.

Ketika tarif impor meningkat dan modal asing keluar dari pasar negara berkembang, rupiah sempat melemah tajam hingga menyentuh Rp16.860/US$. Meski begitu, stabilisasi mulai terjadi setelah sebagian tarif ditunda.

Di tengah kondisi ini, pemerintah meluncurkan stimulus Rp24,44 triliun, termasuk diskon transportasi dan penebalan bansos untuk menjaga daya beli masyarakat.

Risiko perdagangan global menjadi perhatian besar. Pelemahan permintaan dari negara mitra seperti China, dan meningkatnya hambatan dagang dari AS, memicu perlambatan ekspor Indonesia.

Bank Dunia menilai situasi ini menurunkan kepercayaan pelaku usaha, memperlambat perdagangan, dan menekan pertumbuhan. Potensi persaingan ekspor dari negara lain juga menambah tekanan. Meski ada lonjakan ekspor di awal tahun karena front-loading, tren jangka menengah menunjukkan pelemahan.

Di sisi moneter, Bank Indonesia merespons dengan memangkas suku bunga dua kali menjadi 5,5%, didukung oleh inflasi yang tetap terkendali.

Langkah ini bertujuan menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan di tengah tekanan eksternal.

Bank Dunia menilai strategi pelonggaran moneter ini masih relevan, namun harus tetap hati-hati karena risiko pelemahan rupiah dan arus keluar modal tetap tinggi. (CNBC Indonesia)

IHSG Turun Tipis 0,11%, Dipicu oleh Laporan World Bank yang Menurunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global dan Nasional

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Rabu (11/6) dengan penurunan tipis 0,11% ke level 7.222,46, setelah sempat turun lebih dalam hingga 0,43% di sesi awal.

Meski pasar ramai dengan transaksi Rp18,31 triliun dan 336 saham menguat, IHSG tertekan oleh saham BUMN seperti Telkom Indonesia (TLKM, -12,55 poin) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI, -12,23 poin). Saham milik Prajogo Pangestu, seperti TPIA dan BREN, juga turut menyeret indeks ke bawah.

Penurunan IHSG dipicu oleh laporan Bank Dunia yang memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi 2,3%, terendah sejak 2008, akibat ketidakpastian perdagangan.

Bank Dunia juga menurunkan perkiraan pertumbuhan AS (1,4%) dan kawasan Euro (0,7%), yang membuat investor khawatir. Ketegangan perdagangan global, terutama antara AS dan Tiongkok, semakin memperburuk sentimen pasar, mendorong investor untuk mengurangi risiko.

Namun, kabar positif dari Indonesia sedikit meredam tekanan. Pemerintah Indonesia berhasil menyesuaikan dokumen negosiasi tarif dengan keinginan AS, sehingga negosiasi putaran kedua dibatalkan.

Dalam hal ini, Indonesia menawarkan peningkatan impor produk energi dan pertanian dari AS serta kerja sama di bidang mineral kritis, yang dapat memperkuat hubungan ekonomi.

Meski demikian, ketidakpastian global tetap dominan, menyebabkan IHSG berakhir di zona merah. (CNBC Indonesia)

Penjualan Mobil di Mei 2025 Turun 15,1% Karena Daya Beli Masyarakat yang Lemah

Penjualan mobil di Indonesia turun drastis sebesar 15,1% pada Mei 2025 dibandingkan tahun sebelumnya, hanya mencapai 60.613 unit, menurut Asosiasi Industri Otomotif Indonesia (GAIKINDO).

Penurunan ini membalikkan kenaikan 5% pada bulan sebelumnya. Ketua GAIKINDO, Jongkie Sugiarto, menyatakan bahwa daya beli masyarakat masih lemah dan pertumbuhan ekonomi belum pulih. Meski begitu, secara bulanan, penjualan mobil naik 18,4% dari April 2025, menunjukkan sedikit tanda pemulihan.

GAIKINDO tetap optimistis dengan menargetkan penjualan mobil antara 750.000 hingga 900.000 unit untuk tahun 2025. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi 2024, yang direvisi menjadi 850.000 unit dan total penjualan 865.723 unit pada 2024.

Namun, total penjualan mobil dari Januari hingga Mei 2025 hanya mencapai 316.981 unit, turun 5% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya, mencerminkan tantangan ekonomi yang masih berlangsung.

Penurunan penjualan mobil ini dapat memengaruhi pasar saham Indonesia, terutama saham perusahaan otomotif dan sejenisnya, seperti Astra International (ASII), yang memiliki pangsa pasar besar.

Lemahnya daya beli dapat menekan pendapatan perusahaan. Akibatnya, harga saham perusahaan berpotensi turun. Hal ini akan memengaruhi IHSG, mengingat sektor otomotif menyumbang 4,5% PDB Indonesia.

Namun, optimisme GAIKINDO dan pertumbuhan mobil listrik (EV) yang didukung insentif pemerintah dapat membatasi dampak negatif, terutama jika ekonomi pulih atau acara seperti GIIAS 2025 meningkatkan minat pembeli. (Trading Economics)

Nilai Rupiah Menguat dan Harga Obligasi Pemerintah Naik Dipicu oleh Sentimen Positif Kesepakatan Awal Tarif Perdagangan AS-Tiongkok

Rupiah menguat 0,08% ke level Rp16.260 per dolar AS pada Rabu, 11 Juni 2025. Penguatan ini menjadikan rupiah sebagai mata uang keempat terkuat di Asia.

Penguatan rupiah didukung oleh sentimen positif dari kesepakatan dagang awal antara AS dan Tiongkok di London, meskipun indeks dolar AS tetap stabil di 99,10 menjelang data inflasi AS malam ini.

Rupiah bergerak stabil di kisaran Rp16.265, meski sempat melemah ke Rp16.272 pagi tadi, menunjukkan kepercayaan investor yang meningkat.

Pasar obligasi Indonesia juga menarik perhatian, dengan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun turun ke 6,748%, level terendah sejak November 2024.

Lelang sukuk negara (SBSN) mencatat minat besar dengan penawaran Rp36,89 triliun, tertinggi tahun ini. Penurunan yield ini kemungkinan didorong oleh harapan investor bahwa Bank Indonesia (BI) akan memangkas suku bunga (BI rate) pada pertemuan Juni, setelah pemangkasan 25 basis poin pada Mei lalu.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan kebijakan moneter akan mendukung pertumbuhan ekonomi sambil menjaga inflasi.

Namun, IHSG justru turun 0,4% akibat ketidakpastian global, terutama menjelang data inflasi AS.

Jika inflasi AS lebih rendah dari 0,25%, BI berpeluang memangkas suku bunga, mendukung penguatan rupiah dan pasar saham.

Sebaliknya, inflasi di atas 0,35% dapat menguatkan dolar AS ke level 100, menekan rupiah dan IHSG. Penguatan rupiah dan minat tinggi pada SUN menunjukkan kepercayaan investor. Namun, pasar saham tetap rentan terhadap data inflasi AS dan dinamika perdagangan global. (Bloomberg Technoz)

Harga Emas Naik ke $3.330 Dipicu Inflasi AS yang Rendah dan Perdagangan AS-Tiongkok

Harga emas melonjak di atas $3.330 per ons pada Rabu, 11 Juni 2025, setelah naik hingga 1% dalam sehari.

Kenaikan ini terjadi karena data inflasi AS lebih rendah dari perkiraan, yaitu 2,4% pada Mei, dibandingkan prediksi 2,5%. Inflasi inti juga stabil di 2,8%, di bawah ekspektasi 2,9%.

Angka ini memperkuat harapan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga mulai September, membuat emas lebih menarik karena suku bunga rendah mengurangi biaya kepemilikan emas.

Selain itu, perkembangan perdagangan AS-Tiongkok juga memengaruhi harga emas. Kedua negara menyepakati kerangka kerja untuk memulihkan gencatan senjata dagang, termasuk mencabut pembatasan ekspor mineral langka dari Tiongkok, meski kesepakatan ini masih menunggu persetujuan resmi.

Namun, ketidakpastian tetap ada karena pengadilan AS memutuskan tarif dagang tetap berlaku sambil meninjau wewenang presiden.

Situasi ini membuat emas menjadi pilihan aman bagi investor di tengah ketidakpastian global. (Trading Economics)

Factors to Watch:

A. Global

  1. Inflasi AS dan Perdagangan AS-Tiongkok
  • Inflasi AS Mei 2025 sebesar 2,4% (di bawah perkiraan 2,5%) dan inflasi inti 2,8% (di bawah 2,9%) meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada September, mendukung emas ($3.330/ons) dan melemahkan dolar AS (DXY 99,10). Namun, volatilitas saham dan obligasi tetap mungkin terjadi jika data CPI malam ini mengejutkan.
  • Kesepakatan kerangka perdagangan AS-Tiongkok untuk mencabut pembatasan mineral langka meningkatkan optimisme, mendukung rupiah dan SBN, tetapi belum final. Ketidakpastian tarif AS, diperkuat putusan pengadilan, dapat menekan saham global dan IHSG.

2. Obligasi dan Dolar

  • Imbal hasil Treasury AS 10 tahun stabil di 4,47%. Namun, risiko kenaikan yield akibat defisit AS dapat menekan harga SBN dan melemahkan rupiah jika dolar menguat ke level 100, seperti dikhawatirkan analis (Lionel Priyadi, Mega Capital Sekuritas).
  • Penurunan CDS Indonesia ke 74 basis poin menunjukkan kepercayaan investor, mendukung SBN sebagai aset aman.

B. Nasional: Rupiah, SBN, dan IHSG

  1. Rupiah masih tren menguat, didukung oleh arus masuk ke SBN dan kesepakatan dagang. Yield SBN 10 tahun turun ke 6,748%, terendah sejak November 2024, dengan lelang SBSN menarik Rp36,89 triliun, didorong spekulasi pemangkasan BI rate.
  2. Keberhasilan Indonesia menyesuaikan negosiasi tarif dengan AS dapat mendukung saham energi dan teknologi jangka menengah.
  3. Penurunan penjualan mobil 15,1% (Mei 2025) menekan saham otomotif seperti Astra International (ASII), tetapi optimisme GAIKINDO dan insentif mobil listrik dapat membatasi dampak.

Rekomendasi Investasi:

1. Reksa Dana:

  • Pemula atau Investor Konservatif (Risk Averse, Toleransi Risiko Rendah):
  • Investasikan sekitar 20%-30% pada reksa dana pendapatan tetap dan 40%-50% pada pasar uang untuk stabilitas dan likuiditas, dengan return 4-5% per tahun. Cocok untuk menghindari volatilitas pasar saham akibat ketidakpastian global, seperti peringkat kredit AS yang turun (Moody’s, Mei 2025).
  • Investor Moderat (Toleransi Risiko Sedang):
  • Investasikan sekitar 50% pada reksa dana campuran yang portfolionya 40%-50% pada saham, 30%-40% pada obligasi, dan sisanya pasar uang. Ini menyeimbangkan risiko di tengah fluktuasi IHSG dan imbal hasil obligasi global. Pantau kebijakan moneter BI, yang diperkirakan stabil pada 5,5% pasca-RDG Mei 2025.
  • Investor Agresif (Toleransi Risiko Tinggi): 
  • Investasikan 60%-70% ke reksa dana saham dan indeks saham, yang berfokus pada saham seperti yang ada di IDX30 dengan likuiditas tinggi, memanfaatkan potensi rebound IHSG.

2. Emas:

  • Semua Profil Risiko: Alokasikan 5%-15% portofolio ke emas sebagai aset safe haven, terutama dengan ketegangan geopolitik (serangan Rusia-Ukraina) dan inflasi global yang tinggi. Goldman Sachs, sebuah bank investasi global terkemuka, memperkirakan harga emas dapat menyentuh USD3.700 per troy ons pada akhir 2025, didorong oleh pembelian bank sentral dan ketidakpastian perdagangan.

3. Surat Berharga Negara (SBN):

SBN stabil, yield 10-tahun menarik atau kompetitif di 6,80%, didukung ekspektasi penurunan suku bunga global.

Investasikan 20–30% ke SBN untuk investor konservatif, 15% untuk moderat, 10% untuk agresif.

Investor dapat mempertimbangkan SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 dengan tenor 3 dan 5 tahun, yang sudah bisa dibeli di tanamduit sejak 16 Mei 2025.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

 

 

tanamduit team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile