tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 12 Agustus 2024:
Senin (12/8), IHSG Naik Berturut-turut
IHSG naik 22,30 poin atau 0,31% ke 7.279,30 dengan nilai transaksi sekitar Rp6,9 triliun pada Senin (12/8), salah satu nilai transaksi terendah sepanjang tahun 2024, dan investor asing melakukan net buy sekitar Rp490 miliar sehingga sejak awal tahun terjadi net buy sekitar Rp1,92 triliun.
Kenaikan IHSG ditandai dengan pergerakan yang volatile karena investor bersikap wait and see atas rilis data ekonomi AS mengenai inflasi tahunan yang diprediksi akan turun dari 3,0% menjadi 2,9% di bulan Juli.
Investor juga menunggu data ekonomi mengenai retail sales dan industrial production. Selain itu, investor menunggu data nota keuangan RI mengenai neraca perdagangan dan rapat kabinet yang pertama di IKN mengenai turunnya Purchasing Managers’ Index RI yang untuk pertama kalinya turun di bawah 50% setelah 32 bulan berturut-turut berada di atas 50. (CNBC Indonesia)
Kenaikan IHSG diiringi oleh kenaikan indeks lainnya, SRI Kehati +0,29%, IDX30 +0,30%, Bisnis27 +0,14%, ISSI +0,51% namun LQ45 mengalami penurunan -0,27%.
Harga Surat Utang Negara Melemah Senin Kemarin
Harga SUN ditutup melemah pada sesi perdagangan di Senin (12/8). Hal ini ditandai dengan naiknya yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) sebesar 4 basis poin ke level 6,63%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) naik sebesar 3 basis poin menjadi 6,78%.
Nilai transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp13,8 triliun, lebih rendah dari hari Jumat (9/8) sebesar Rp16,9 triliun. Sementara itu, nilai transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp676,8 miliar.
Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung positif bagi pasar obligasi, tercermin dari penurunan yield US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun turun sebesar 5bp menjadi 3,75%, dan yield curve UST 10-tahun turun sebesar 4bp menjadi 3,90%. Sementara Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia bertahan di level 78bp. (BNI Sekuritas)
Kenaikan USD Index Menghentikan Penguatan Rupiah Terhadap US Dollar
Nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar ditutup melemah pada perdagangan Senin (12/8). Hal ini terjadi karena adanya prediksi Consumer Price Index (Indeks Harga Konsumen/IHK) AS secara bulanan (month on month/MoM) mengalami kenaikan. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di harga Rp15.950 per USD melemah 0,19% dari harga closing hari Jumat yang lalu.
Sementara, US Dollar Index (DXY) mengalami penguatan sebesar 0,05% ke level 103,186 Angka ini terpaut tipis dari posisi closing pekan lalu di angka 103,135.
Dilansir dari Trading Economics, prediksi konsensus inflasi bulanan AS akan naik menjadi 0,2% setelah sebelumnya mengalami deflasi 0,1% MoM. Sedangkan untuk inflasi intinya naik dari 0,1% menjadi 0,2% MoM. (CNBC Indonesia)
RAPBN 2025 Sudah Merumuskan Kebijakan Presiden Terplih, Prabowo Subianto
Masyarakat Indonesia, pengamat ekonomi, analis dan pasar modal, serta pelaku bisnis sedang dalam posisi wait and see menunggu hasil Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
RAPBN yang akan dilaksanakan pada Jumat (16/8) akan menjadi RAPBN terakhir Presiden Joko Widodo dan akan menentukan arah perekonomian negara ke depannya.
Berbeda dengan kepemimpinan presiden sebelumnya, RAPBN untuk presiden berikutnya biasanya hanya bersifat baseline maka RAPBN 2025 diperkirakan sudah merumuskan kebijakan Prabowo Subianto, yang akan dilantik pada bulan Oktober 2024 menjadi Presiden RI periode 2024-2029. (CNBC Indonesia)
Harga Emas Logam Mulia Naik
Harga emas naik ke USD2.470 per ons pada hari Senin (12/8). Investor mengalihkan fokus mereka ke data inflasi AS yang akan datang minggu ini untuk mendapatkan petunjuk tentang arah kebijakan moneter Federal Reserve yang diprediksi akan segera turun di bulan September mendatang.
Selain itu, potensi kenaikan logam mulia berlanjut, karena daya tarik emas sebagai aset safe haven terus didukung oleh ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung.
Berita terakhir menunjukkan adanya serangan udara Israel lainnya di Gaza dan janji Moskow untuk memberikan ‘tanggapan keras’ terhadap serangan Ukraina ke Rusia.
Ulasan
- Data pengangguran di AS yang dirilis hari Kamis kemarin yang di bawah ekspektasi pasar telah menurunkan kekhawatiran investor akan terjadinya resesi di AS.
- Pasar optimis bahwa suku bunga USD akan diturunkan pada bulan September mendatang. Namun volatilitas pasar saham masih akan tetap berlanjut karena penurunan kinerja emiten, tetapi yield obligasi terus menurun atau harga obligasi terus meningkat.
- Pasar saham Indonesia masih akan volatile di Q3-2024 tetapi sejatinya tidak setinggi volatilitas bursa efek utama dunia karena kinerja emiten yang masih baik, perbankan akan semakin membaik karena harapan suku bunga BI akan ikut turun setelah turunnya suku bunga USD.
- Harga obligasi Surat Utang Negara dan korporasi menunjukkan kenaikan, ini tercermin di indeks obligasi Indobex (ICBI) yang terus sejak 3 minggu terakhir.
- Penurunan suku bunga USD akan diikuti oleh penurunan suku bunga Rupiah BI Rate oleh Bank Indonesia karena inflasi yang sesuai dengan ekspektasi, 2,50%.
- Laporan Keuangan emiten-emiten Indonesia di Q2-2024 menunjukkan hasil yang baik, termasuk perbankan yang sempat turun cukup dalam di bulan Juni yang lalu.
- Harga emas diperkirakan masih akan naik karena selain akan turunnya suku bunga USD juga karena ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang meningkat.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka menengah dan panjang, pertimbangkan untuk mengakumulasi reksa dana saham dan indeks saham. Hal ini karena menguatnya kemungkinan turunnya suku bunga US di bulan September mendatang dan mendorong investor global untuk mengalokasikan investasinya ke emerging countries, termasuk ke Indonesia, dan ini akan mendorong naiknya harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia.
- Harga emas masih volatile. Dalam jangka menengah dan jangka panjang, harga emas diperkirakan masih akan naik karena beberapa bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk diversifikasi risiko karena ketidakpastian global, baik dalam hal perekonomian maupun geopolitik yang masih memanas.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk menjadi portfolio investasi untuk jangka menengah dan panjang.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan keuangan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.