Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 13 Januari 2025

tanamduit Breakfast News: 13 Januari 2025

oleh | Jan 13, 2025

tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • Jumat (10/1/2025) lalu, IHSG naik setelah turun 3 hari beruntun.
  • Yield US Treasury dan USD Index menguat pasca laporan pekerjaan yang melampaui ekspektasi.
  • Harga obligasi pemerintah naik meski ada sentimen negatif global.
  • Harga emas naik di tengah ketidakpastian ekonomi.
  • Saham Wall Street jatuh setelah rilis laporan pekerjaan yang kuat

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 10 Januari 2025.

data market update 13 Januari 2024

IHSG Naik Setelah Sebelumnya Turun 3 Hari Beruntun

Pada perdagangan Jumat (10/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil naik 0,34% ke posisi 7.088,86. IHSG tetap naik meski bursa Asia berada di zona merah akibat sentimen The Fed yang menunjukkan sikap hawkish (suku bunga tinggi).

Nilai transaksi perdagangan tercatat relatif rendah sebesar Rp8,78 triliun.

Kenaikan IHSG didominasi oleh beberapa saham big caps, antara lain BREN +2,20%, AMMN +2,11%, dan TLKM +2,29%.

Meski demikian, saham-saham bank besar mengalami penurunan dan menahan kenaikan IHSG, serta membuat indeks-indeks selain IHSG mengalami penurunan. Saham-saham ini antara lain BBCA (-1,27%) dan BMRI (-2,61%).

Pasar tetap memantau sentimen eksternal dari Amerika Serikat dan China, terutama terkait data ketenagakerjaan (Non-Farm Payrolls) AS yang akan rilis pada Jumat malam.

Data Non-Farm Payrolls (NFP) AS diharapkan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang arah kebijakan The Fed. Investor khawatir bahwa suku bunga yang lebih tinggi dan inflasi yang masih tinggi dapat menimbulkan masalah bagi perekonomian.

Oleh karena itu, rilis data NFP dianggap sebagai ujian penting untuk ekspektasi pasar terhadap kebijakan hawkish The Fed. (IDX, tanamduit)

Harga Obligasi Pemerintah Naik Meski Ada Sentimen Negatif Global

Harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada perdagangan terakhir pekan lalu. Yield SUN 5-tahun turun menjadi 7,06%, dan yield 10-tahun turun menjadi 7,15%.

Namun, volume transaksi tercatat sebesar Rp11,5 triliun, lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya. Investor asing mencatat jual neto sebesar Rp4,38 T di berbagai pasar, termasuk obligasi dan saham.

Dari sisi global, terjadi peningkatan yield US Treasury (UST) dan Credit Default Swap (CDS) Indonesia, yang menandakan adanya sentimen negatif di pasar global.

Yield UST 10-tahun meningkat ke 4,77%, sementara CDS 5-tahun Indonesia meningkat menjadi 81 basis poin. Rupiah juga menguat 0,04% terhadap dolar AS.

Secara keseluruhan, pasar obligasi menunjukkan peningkatan volatilitas. Berdasarkan kondisi ini, yield SUN 10-tahun diperkirakan berada di kisaran 7,01-7,29% untuk pekan depan. (BNI Sekuritas).

Imbal Hasil US Treasury dan Indeks Dolar Naik Pasca Laporan Pekerjaan Kuat

Pada Jumat (10/1/2025), imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun naik mendekati 4,79%, level tertinggi dalam 14 bulan terakhir.

Mata uang US Dollar juga menguat, dengan US Dollar Index naik ke 109,7, level tertinggi sejak akhir 2022.

Kenaikan yield US Treasury dan menguatnya USD Index terjadi setelah laporan pekerjaan yang menunjukkan  ekonomi AS menambah 256 ribu pekerjaan pada bulan Desember, jauh melampaui ekspektasi. Selain itu, tingkat pengangguran juga turun menjadi 4,1% dari 4,2%.

Angka-angka ini memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve (Fed) mungkin perlu memperlambat pemotongan suku bunga, sebab pasar tenaga kerja yang kuat mengindikasikan bahwa ekonomi masih memiliki momentum.

Pedagang kini memperkirakan bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga dana federal tetap stabil hingga paruh kedua tahun 2025. Penurunan lainnya diperkirakan terjadi pada Oktober, lebih lambat dari perkiraan sebelumnya pada bulan Juli.

Di tengah penguatan dolar, imbal hasil obligasi, dan ekspektasi pasar terhadap kebijakan the Fed, perhatian pasar kini beralih ke data ketenagakerjaan yang akan datang. Data ini diharapkan dapat memberi gambaran lebih lanjut tentang arah kebijakan moneter.

Pasar terus mencermati perkembangan ini untuk mengantisipasi langkah-langkah selanjutnya dari the Fed dan dampaknya pada ekonomi AS. (Trading Economics)

Harga Emas Naik di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

Jumat (10/1/2025), harga emas naik sekitar 0,7% di atas USD2.680 per ons, mencapai level tertinggi sejak pertengahan Desember. Kenaikan ini memperpanjang kenaikan selama empat sesi berturut-turut.

Harga emas tetap meningkat  meskipun laporan pekerjaan menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan. 

Para pedagang kini memperkirakan Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga acuan tetap stabil hingga paruh kedua 2025.

Permintaan emas juga dipicu oleh ketidakpastian seputar kebijakan tarif Presiden terpilih Donald Trump yang dipandang akan menyebabkan inflasi.

Meskipun emas berfungsi sebagai lindung nilai terhadap inflasi, suku bunga yang lebih tinggi dapat mengurangi daya tarik emas sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil.

Untuk minggu ini, harga emas mencatatkan kinerja terbaiknya sejak pertengahan November tahun lalu.

Saham Wall Street Jatuh Setelah Rilis Laporan Pekerjaan yang Kuat

Saham di Wall Street turun tajam pada Jumat, 10 Januari 2025, setelah laporan pekerjaan AS menunjukkan hasil yang lebih kuat dari perkiraan.

Indeks S&P 500 dan Nasdaq 100 masing-masing turun 1,5%, sementara Dow Jones jatuh hampir 700 poin.

Adapun, laporan pekerjaan (job report) bulan Desember menunjukkan penambahan 256.000 pekerjaan baru dan penurunan tingkat pengangguran menjadi 4,1%, yang jauh melampaui ekspektasi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve (Fed) mungkin akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Selain itu, indeks sentimen konsumen Universitas Michigan juga menunjukkan peningkatan ekspektasi inflasi.

Saham di sektor keuangan, real estate, dan teknologi mengalami penurunan signifikan, dengan Nvidia turun hampir 3%.

Namun, beberapa saham korporat mengalami kenaikan, seperti Delta Air Lines yang melonjak 9% setelah melampaui perkiraan laba dan pendapatan, serta Walgreens yang naik 27,5% menyusul hasil laba yang kuat.

Sepanjang minggu, indeks S&P 500 turun 1,9%, Nasdaq turun 2,2%, dan Dow turun 1,8%. (Trading Economics)

Ulasan

  • Naiknya yield obligasi US Treasury & US Dollar Index karena kuatnya ekonomi AS, serta kebijakan tarif tinggi dan penurunan pajak oleh Presiden Trump, membuat investasi di AS jauh lebih menarik. Alhasil, investor global mengalihkan investasinya dari luar AS ke AS, termasuk dari Indonesia.
  • Investor asing masih melakukan net sell di pasar saham Indonesia. Hal ini membuat harga saham, terutama saham berkapitalisasi besar, tertekan dan turun.
  • Tak hanya saham, nilai tukar rupiah juga masih dalam tekanan. Demikian pula halnya dengan harga-harga obligasi, yang ditandai dengan masih naiknya yield Surat Utang Negara.
  • Dot plot 2025 oleh US Fed memberikan sinyal bahwa penurunan suku bunga USD hanya akan terjadi 2 kali, dengan total 50 bps.
  • Hal ini akan membuat suku bunga mata uang lainnya, termasuk rupiah, menjadi masih akan tinggi, nilai rupiah masih berpotensi melemah, dan harga-harga saham masih akan volatile.
  • Beberapa bank investasi terkemuka meyakini bahwa harga emas masih akan naik di tahun 2025 karena berbagai bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk cadangan devisa mereka. Selain itu, ketegangan politik juga masih belum mereda di Timur Tengah dan Eropa Timur.

Rekomendasi

  • Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
  • Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
  • Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

tanamduit Team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, Surat Berharga Negara (SBN), dan asuransi yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile