fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 13 Juni 2025

tanamduit Breakfast News: 13 Juni 2025

oleh | Jun 13, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Turun 0,25% Karena Sentimen Negatif Global dan Konsumen Melemah
  • Harga Emas Melonjak ke $3.420: Ketegangan Global dan Harapan Suku Bunga
  • Imbal Hasil Obligasi Negara AS Turun Karena Data Ekonomi AS Melemah
  • Obligasi Negara RI Makin Diminati, Ditopang Penguatan Rupiah dan Penurunan Yield
SBN Seri Sukuk Ritel SR022, Sumber Passive Income Syariah Terbaik!
  • SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
  • Kupon SR022 menjadi kupon Sukuk Ritel tertinggi sejak tahun 2020!
  • Kupon (imbal hasil) SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
  • Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.

Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 12 Juni 2025.

data-market-update-13-juni

IHSG Turun 0,25% Karena Sentimen Negatif Global dan Konsumen Melemah

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,25% ke level 7.204,37 pada Kamis, 12 Juni 2025. Sebanyak 311 saham melemah dan 272 menguat.

Penurunan IHSG oleh saham besar seperti TPIA (turun 3,41%, -7,89 poin) milik Prajogo Pangestu, serta PGAS (-10,88%, -5,22 poin) dan TLKM yang tertekan karena periode ex-dividen.

Meski transaksi ramai, mencapai Rp13,57 triliun, sentimen negatif mendominasi, terutama dari saham teknologi, barang baku, dan kesehatan yang melemah hingga 1,31%.

Faktor eksternal juga turut memengaruhi pasar, meskipun ada kabar baik dari AS dan Tiongkok. Data inflasi AS Mei 2025 hanya naik 0,1% (di bawah prediksi 0,2%), meningkatkan harapan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve. Namun, inflasi tahunan naik ke 2,4% dari 2,3%.

Kesepakatan kerangka perdagangan AS-Tiongkok, termasuk pencabutan pembatasan mineral langka, sebetulnya menciptakan optimisme. Namun, optimisme ini belum cukup kuat karena masih menunggu persetujuan final.

Di dalam negeri, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Mei 2025 turun ke 117,5, terendah sejak 2022, menunjukkan optimisme konsumen melemah.

Penurunan IHSG mencerminkan kehati-hatian investor akibat sentimen global yang bercampur dan keyakinan konsumen yang meredup. Meski kesepakatan AS-Tiongkok dapat mendukung saham energi dan teknologi jangka menengah, ketidakpastian menjelang data Indeks Harga Produsen AS dan pelemahan daya beli domestik berpotensi menekan IHSG lebih lanjut.

Namun, penguatan rupiah ke Rp16.260 dan minat tinggi pada obligasi negara dapat membatasi koreksi pasar. Investor disarankan fokus pada saham blue chip yang fundamentalnya kuat. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)

Harga Emas Melonjak ke $3.420: Ketegangan Global dan Harapan Suku Bunga

Harga emas melonjak di atas $3.420 per ons pada Jumat (13/6), mencapai level tertinggi dalam sebulan terakhir.

Kenaikan ini dipicu oleh ketegangan geopolitik setelah Israel menyerang program nuklir Iran, memicu kekhawatiran konflik Timur Tengah yang lebih luas.

Selain itu, ketidakpastian kebijakan perdagangan AS di bawah Presiden Trump, yang mengancam tarif baru meski ada jeda 90 hari, membuat investor mencari aset aman seperti emas.

Data ekonomi AS juga mendukung kenaikan emas. Inflasi konsumen dan produsen yang lebih rendah dari perkiraan minggu ini meningkatkan harapan pemangkasan suku bunga Federal Reserve, yang membuat emas lebih menarik karena tidak memberikan bunga.

Dengan kombinasi ketegangan global dan ekspektasi suku bunga rendah, emas menjadi pilihan favorit investor untuk melindungi nilai aset di tengah ketidakpastian. (Trading Economics)

Imbal Hasil Obligasi Negara AS Turun Karena Melemahnya Data Ekonomi AS 

Harga obligasi US Treasury, alias obligasi pemerintah Amerika Serikat, mengalami kenaikan. Kenaikan ini ditandai dengan turunnya imbal hasil atau yield obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun di 4,36% dan 30 tahun di 4,85% pada Kamis, 12 Juni 2025, setelah data ekonomi AS menunjukkan pelemahan.

Jumlah pengangguran yang menerima tunjangan melonjak ke 1,956 juta, tertinggi dalam empat tahun, menandakan pasar tenaga kerja memburuk. Selain itu, inflasi grosir AS juga naik tipis ke 2,6% per tahun. Namun, tingkat inflasi inti masih lebih rendah dari bulan sebelumnya, memperkuat harapan pemangkasan suku bunga Federal Reserve.

Tak hanya itu, lelang obligasi 30 tahun AS senilai $22 miliar menunjukkan permintaan kuat, meredakan kekhawatiran bahwa investor asing menjauh dari pasar obligasi AS.

Kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok yang dikonfirmasi Tiongkok turut menambah optimisme, meski detailnya belum jelas.

Di Indonesia, rupiah menguat ke Rp16.260 per dolar AS, dan IHSG turun tipis 0,25% ke 7.204,37, tertekan oleh saham seperti TPIA dan PGAS. Investor mengkhawatirkan potensi terjadinya kenaikan harga akibat tarif Trump belum terlihat. Namun, pelemahan tenaga kerja AS dapat memengaruhi sentimen global.

Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia juga turun ke 117,5, terendah sejak 2022, mencerminkan daya beli yang lemah.

Penurunan imbal hasil AS dan pelemahan pasar tenaga kerja AS dapat mendukung penguatan rupiah dan permintaan SBN, karena yield (imbal hasil) SBN 10 tahun (6,748%) lebih menarik dibandingkan Treasury AS.

Namun, IHSG berpotensi tetap volatile (naik-turun) karena ketidakpastian global dan sentimen konsumen yang rendah, terutama pada saham otomotif, seperti ASII, akibat penurunan penjualan mobil 15,1%.

Kesepakatan AS-Tiongkok dapat mendorong saham teknologi dan energi jangka menengah. Namun, investor perlu waspada terhadap data Indeks Harga Produsen AS yang dapat memicu penguatan dolar dan tekanan pada IHSG jika inflasi melebihi ekspektasi. (Reuters)

Obligasi Negara RI Makin Diminati, Ditopang Penguatan Rupiah dan Penurunan Yield

Harga Surat Utang Negara (SUN) alias obligasi negara RI semakin kuat pada Kamis (12/6). Penguatan harga SUN ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) SUN 5-tahun ke 6,27% dan SUN 10-tahun ke 6,67%, menunjukkan minat investor yang besar. 

Volume transaksi SBN mencapai Rp27,1 triliun, hampir sama dengan hari sebelumnya, dengan seri FR0103 dan PBS030 paling aktif.

Obligasi korporasi juga diminati dengan transaksi Rp2,7 triliun. Rupiah menguat 0,11% ke Rp16.243 per dolar AS, didukung oleh sentimen pasar yang positif.

Pasar obligasi global juga mendukung, dengan yield US Treasury 5-tahun turun ke 3,97% dan 10-tahun ke 4,36%.

Meski Credit Default Swap Indonesia sedikit naik ke 74 basis poin, ini masih menunjukkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia. Kondisi ini membuat SBN dalam rupiah semakin menarik, dengan potensi permintaan yang terus meningkat.

Investor dapat memanfaatkan tren ini untuk mendapatkan imbal hasil stabil di tengah pasar saham yang bergejolak. (BNI Sekuritas)

Factors to Watch:

A. Global

  1. Ketegangan Geopolitik dan Harga Komoditas
  • Serangan Israel terhadap Iran pada 13 Juni 2025 meningkatkan ketegangan Timur Tengah, mendorong harga minyak WTI naik 8% ke $73 per barel dan emas ke $3.420 per ons. Ancaman gangguan pasokan minyak di Selat Hormuz (20% aliran global) dan potensi pembalasan Iran menambah ketidakpastian, meningkatkan volatilitas pasar saham global (kontrak berjangka AS turun >1%).
  • Ketidakpastian kebijakan perdagangan AS di bawah Presiden Trump, meskipun ada jeda tarif 90 hari, memperkuat permintaan aset safe-haven seperti emas. Kesepakatan perdagangan AS-Tiongkok yang mencakup mineral langka menambah optimisme, tetapi belum final.

2. Data Ekonomi AS

  • Data inflasi AS yang rendah (2.4% Mei 2025) dan pasar tenaga kerja yang melemah (pengangguran 1.956 juta, tertinggi 4 tahun) meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada September. Ini mendukung emas dan obligasi, tetapi menekan saham akibat kekhawatiran pertumbuhan ekonomi.
  • Penurunan imbal hasil Treasury AS 10 tahun ke 4.36% dan lelang obligasi 30 tahun yang kuat menunjukkan permintaan stabil, tetapi risiko kenaikan yield tetap ada jika inflasi grosir (2.6%) meningkat.

B. Nasional: Kondisi Ekonomi Indonesia

  1. Sentimen konsumen yang melemah (IKK 117.5, terendah sejak 2022) dan penurunan penjualan mobil 15.1% (Mei 2025) menekan saham otomotif seperti ASII.
  2. Rupiah menguat ke Rp16.243/US$, didukung oleh minat besar pada SBN (yield 10 tahun turun ke 6.67%) dan kesepakatan tarif Indonesia-AS. Spekulasi pemangkasan BI rate pada Juni mendukung obligasi, tetapi risiko inflasi dari kenaikan minyak dapat melemahkan rupiah.

Rekomendasi Investasi:

  1. Investor perlu memantau ketegangan Timur Tengah, data Indeks Harga Produsen AS, dan finalisasi kesepakatan AS-Tiongkok, yang dapat memengaruhi saham, obligasi, dan rupiah.
  2. Di Indonesia, penguatan rupiah dan minat SBN mendukung reksa dana obligasi. Sementara itu, volatilitas (naik-turunnya) IHSG memberi sinyal untuk diversifikasi.
  • Pemula atau Investor Konservatif (Risk Averse, Toleransi Risiko Rendah):
  • Fokus pada obligasi atau pasar uang (50-60%).
  • Investor Moderat (Toleransi Risiko Sedang):
  • Fokus pada reksa dana campuran (40-50%).
  • Investor Agresif (Toleransi Risiko Tinggi): 
  • Fokus pada saham large-cap/energi (30-40%).
  • Semua Profil Risiko:
  • Alokasi kecil ke emas untuk lindung nilai. Terapkan metode Dollar Cost Averaging (DCA) dengan cara investasi rutin setiap bulan.
  • Alokasi 5%-10% ke SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 yang sedang dalam masa penawaran dan memberikan kupon 6,45% dan 6,55% per tahun.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

 

 

tanamduit team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile