tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.
Ringkasan Market Update:
-
- Investor Asing Melanjutkan Net Buy, IHSG Melonjak di Tengah Optimisme Global.
- Yield SUN Turun Ditopang oleh Rupiah yang Menguat.
- Harga Emas Dunia Menguat Didukung Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS.
- Yield US Treasury dan Mata Uang US Dollar Melemah, Modal Asing Mengalir ke Pasar Berkembang.
- Pelonggaran Global dan Stabilitas Domestik Akan Menjadi Pendorong Dinamika Pasar Hingga Akhir 2025.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 13 Agustus 2025.
Investor Asing Melanjutkan Net Buy, IHSG Melonjak di Tengah Optimisme Global
Pada perdagangan Rabu, 13 Agustus 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat tajam 101,21 poin atau sekitar 1,30% ke level 7.892,91.
Lonjakan ini terjadi di tengah derasnya arus masuk dana asing dan sentimen positif pasar global. Harapan terhadap pelonggaran suku bunga Amerika Serikat pada bulan September membuat investor global kembali melirik pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Sentimen ini diperkuat oleh stabilitas nilai tukar rupiah dan kinerja emiten yang positif pada laporan keuangan kuartal II 2025, sehingga mendorong pembelian di saham-saham unggulan.
Investor asing menjadi motor penggerak utama kenaikan IHSG dengan mencatat net buy senilai Rp1,48 triliun. Saham-saham kapitalisasi besar (big caps) seperti BBCA, TLKM, dan ASII menjadi incaran utama, seiring optimisme terhadap prospek sektor perbankan, telekomunikasi, dan otomotif.
Dari sisi sektoral, penguatan paling besar terjadi di sektor teknologi, industri, dan keuangan, yang secara kolektif menyumbang porsi signifikan terhadap kenaikan indeks.
Minat beli investor juga semakin tinggi karena prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang solid, di tengah tren penurunan inflasi dan konsumsi masyarakat yang tetap kuat.
Aktivitas perdagangan pada hari itu terbilang sangat ramai, dengan nilai transaksi mencapai Rp21,08 triliun. Saham TLKM memimpin daftar pembelian asing dengan nilai Rp722,41 miliar, disusul BBCA sebesar Rp278,8 miliar, dan ASII sebesar Rp199,09 miliar.
Tingginya minat terhadap ketiga saham ini mencerminkan keyakinan bahwa sektor-sektor terkait akan tetap menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia di sisa tahun 2025.
Kombinasi sentimen global yang positif, aliran modal asing yang kuat, dan kinerja sektor unggulan yang solid menjadikan perdagangan 13 Agustus 2025 sebagai salah satu hari paling bergairah di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun ini.
Yield SUN Turun Ditopang oleh Rupiah yang Menguat
Pada Rabu, 13 Agustus 2025, harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak naik sehingga yield-nya menurun di hampir semua tenor.
Penguatan ini terjadi seiring sentimen positif di pasar keuangan, didorong oleh nilai tukar rupiah yang menguat sekitar 0,9% ke Rp16.114 per US$ dan tren yield obligasi pemerintah AS yang melemah setelah data inflasi AS yang lebih lunak memicu ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September mendatang.
Kondisi tersebut membuat SUN semakin menarik bagi investor, dengan nilai transaksi harian yang tercatat tinggi di pasar obligasi domestik.
Minat beli investor meningkat karena kombinasi faktor eksternal dan internal yang kondusif. Dari sisi domestik, stabilitas makroekonomi – inflasi yang terkendali, nilai tukar yang relatif stabil, pertumbuhan ekonomi yang solid, serta kebijakan moneter dan fiskal yang pro-pasar – menjaga kepercayaan investor terhadap aset Indonesia.
Melemahnya yield acuan global memberi ruang bagi kenaikan harga SUN, sementara kekuatan fundamental ekonomi domestik memperkuat keyakinan pasar.
Nilai transaksi SUN tercatat Rp38,4 triliun dan obligasi korporasi Rp2,2 triliun.
Harga Emas Dunia Menguat Didukung Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga AS
Pada Rabu, 13 Agustus 2025, harga emas dunia (XAU/USD) menguat tipis. Harga emas menguat sekitar 0,2% ke level US$3.351,46 per troy ounce di pasar spot.
Kenaikan ini terjadi seiring pelemahan dolar AS dan turunnya imbal hasil obligasi pemerintah AS, setelah data ekonomi Amerika Serikat menunjukkan perlambatan yang meningkatkan keyakinan pasar bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada September mendatang.
Kondisi tersebut membuat emas kembali diminati sebagai aset lindung nilai, meski kenaikannya relatif terbatas karena pelaku pasar masih menunggu kepastian kebijakan moneter AS. (Reuters)
Yield US Treasury dan Mata Uang US Dollar Melemah, Modal Asing Mengalir ke Pasar Berkembang
Dilansir dari Reuters, pada 13 Agustus 2025, imbal hasil obligasi pemerintah AS turun di hampir semua tenor setelah rilis data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan dan sinyal pelemahan pasar tenaga kerja.
Data ini memperkuat keyakinan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada September, sehingga membuat investor mengurangi kepemilikan dolar AS dan beralih ke aset lain.
Pelepasan posisi dolar secara luas inilah yang menekan Indeks Dolar AS (DXY) turun sekitar 0,2%–0,5% ke kisaran 97,8–98,0, level terendah dalam beberapa pekan.
Turunnya yield Treasury dan melemahnya dolar mencerminkan bergesernya sentimen pasar global dari sikap defensif menuju pencarian aset berimbal hasil lebih tinggi di luar AS.
Bagi Indonesia, pelemahan dolar dan turunnya yield AS menjadi katalis positif. Rupiah cenderung menguat karena arus modal masuk, IHSG terdorong naik oleh minat beli investor asing, dan harga Surat Utang Negara (SUN) meningkat yang membuat yield-nya turun.
Lingkungan global yang lebih longgar ini menciptakan momentum bagi pasar keuangan domestik, sekaligus memperkuat persepsi stabilitas makroekonomi Indonesia di mata pelaku pasar internasional.
Pelonggaran Global dan Stabilitas Domestik Akan Menjadi Pendorong Dinamika Pasar Hingga Akhir 2025
Kondisi global yang mencuat adalah ekspektasi yang tinggi akan terjadinya pemangkasan suku bunga oleh The Fed mulai September, didorong oleh data ekonomi AS yang cenderung melemah dan ketidakpastian mengenai independensi bank sentral.
Hal ini telah membuat DXY melemah, diperkirakan bergerak di kisaran 97–99 pada kuartal III, dan turun lebih lanjut ke 95–98 pada kuartal IV jika potensi rate cuts terealisasi.
Morgan Stanley bahkan memperkirakan DXY bisa turun tajam hingga level 91 dalam 12 bulan ke depan, menunjukkan tekanan kuat terhadap dominasi dolar.
Sementara itu, analis BNP Paribas dan OECD memperkirakan inflasi RI menutup tahun di kisaran 2,3%–2,8%, tetap dalam koridor target 2,5% ±1%, memberikan ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter.
Dampaknya terhadap Rupiah terhadap USD (IDR/USD) cenderung positif—model ekonomi memperkirakan kurs menguat ke sekitar Rp16.350–16.410 per USD pada kuartal IV.
Stabilitas inflasi dan ketahanan ekonomi domestik membuat BI tetap tenang dalam menurunkan suku bunga secara bertahap, selaras dengan tekanan global.
Kombinasi ini berpotensi mendorong harga saham menguat (karena aliran modal masuk) dan yield SUN turun (karena imbal hasil obligasi AS yang turut melandai).
Secara keseluruhan, tahun ini bisa menjadi periode modal asing kembali masuk ke Indonesia, dolar melemah, dan risiko ekonomi global menurun, sementara rupiah dan pasar keuangan domestik tetap stabil. (JP Morgan, BNP Paribas Economic Research, OECD)
Rekomendasi Investasi
1. Jangka Pendek (≤ 1 tahun) – 40% dari total portofolio
- Reksa Dana Pasar Uang: 70–90% dari porsi jangka pendek → 28–36% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 4%–6% p.a.
- Risiko: Rendah
- Pertimbangan: Cocok untuk menjaga likuiditas dan mengantisipasi kebutuhan dana mendadak; volatilitas sangat minim dan aman dari fluktuasi pasar saham.
- Reksa Dana Pendapatan Tetap (durasi pendek): 10–30% dari porsi jangka pendek → 4–12% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 6%–8% p.a.
- Risiko: Rendah–moderat
- Pertimbangan: Memberi imbal hasil sedikit lebih tinggi dari pasar uang dengan risiko masih terkontrol; diuntungkan bila tren suku bunga acuan cenderung turun.
2. Jangka Menengah (1–5 tahun) – 35% dari total portofolio
- Reksa Dana Saham: 40–60% dari porsi jangka menengah → 14–21% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 8%–12% p.a.
- Risiko: Moderat–tinggi
- Pertimbangan: Memanfaatkan peluang pertumbuhan pasar saham domestik yang ditopang arus modal asing, stabilitas makro, dan valuasi menarik.
- Reksa Dana Pendapatan Tetap: 20–40% dari porsi jangka menengah → 7–14% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 6%–8% p.a.
- Risiko: Moderat
- Pertimbangan: Menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan kestabilan portofolio; sensitif terhadap arah pergerakan yield obligasi.
- Reksa Dana Pasar Uang: 10–20% dari porsi jangka menengah → 3,5–7% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 4%–6% p.a.
- Risiko: Rendah
- Pertimbangan: Sebagai buffer likuiditas untuk memanfaatkan peluang pasar atau mengantisipasi kebutuhan dana jangka menengah.
3. Jangka Panjang (> 5 tahun) – 25% dari total portofolio
- Reksa Dana Saham: 60–80% dari porsi jangka panjang → 15–20% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 10%–15% p.a.
- Risiko: Tinggi
- Pertimbangan: Fokus pada akumulasi pertumbuhan modal jangka panjang; cocok untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan ekonomi dan perusahaan besar Indonesia.
- Reksa Dana Pendapatan Tetap: 10–20% dari porsi jangka panjang → 2,5–5% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 6%–8% p.a.
- Risiko: Moderat
- Pertimbangan: Menambah stabilitas portofolio di tengah fluktuasi saham; membantu mengamankan sebagian keuntungan.
- Emas: 10–20% dari porsi jangka panjang → 2,5–5% dari total portofolio
- Ekspektasi Return: 6%–10% p.a.
- Risiko: Rendah–moderat
- Pertimbangan: Sebagai aset safe haven untuk melindungi nilai portofolio dari inflasi dan risiko krisis global; cenderung stabil saat pasar saham dan obligasi volatil.
Sebelum melakukan keputusan investasi, investor sangat disarankan untuk memahami profil risiko pribadi dan mempelajari produk-produk investasi terutama mengenai potensi risiko yang mungkin akan dihadapi oleh masing-masing produk.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.