tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- SRBI Januari jatuh tempo Rp114,56 triliun, modal asing keluar.
- IHSG melemah lagi karena sentimen negatif global.
- Harga SUN selemah lagi akibat sentimen negatif global.
- Rupiah terus melemah karena US Dollar terus menguat.
- Harga emas turun karena penguatan US Dollar dan ekspektasi kebijakan the Fed.
- Yield US Treasury masih terus meningkat.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 13 Januari 2025.
SRBI Januari Jatuh Tempo Rp114,56 Triliun, Modal Asing Keluar
Awal pekan ini, Senin 13 Januari 2025 kemarin, pasar keuangan domestik menghadapi tekanan akibat ketidakpastian pasar global yang tinggi.
Tren arus keluar modal asing diperkirakan terus berlanjut setelah investor asing mencatatkan jual neto Rp4,38 triliun pada pekan lalu, dengan rincian pelepasan (net sell) saham sebesar Rp1,92 triliun, Surat Berharga Negara (SBN) Rp2,90 triliun dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) Rp440 miliar.
Bulan Januari ini, terdapat SRBI yang jatuh tempo senilai Rp114,56 triliun. Hal ini diperkirakan akan meningkatkan arus keluar dana asing.
Di tengah ketidakpastian global, harga surat utang RI tertekan arus jual hingga yield-nya naik ke level tertinggi sejak November 2022. Saat ini, yield SBN tenor 10 tahun sudah berada di level 7,2%.
Tertekannya harga surat utang ini terjadi karena lonjakan imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS. Yield Treasury AS mengalami kenaikan ke level 4,75% sehingga investor asing memindahkan investasinya dari pasar negara berkembang, termasuk dari Indonesia.
Imbasnya, harga saham-saham di sektor perbankan juga rontok, dan indeks saham IHSG tergerus 0,45% minggu lalu.
Bank Indonesia berupaya menahan kejatuhan rupiah dengan intervensi pasar dan menawarkan bunga tinggi pada instrumen seperti SRBI dan SVBI. (Bloomberg Technoz, Bank Indonesia)
IHSG Melemah Karena Sentimen Negatif Global
Senin (13/1/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah, turun 1,02% ke posisi 7.016,87.
Sepanjang hari, IHSG konsisten berada di zona merah, dengan nilai perdagangan mencapai Rp11,89 triliun dan net sell oleh investor asing sebesar Rp383 miliar.
Bursa Asia lainnya juga mengalami penurunan tajam, seperti PSEI Filipina dan TW Weighted Index Taiwan.
Sentimen negatif datang dari laporan pekerjaan AS yang menunjukkan penambahan 256.000 pekerjaan pada Desember, jauh melampaui ekspektasi dan menunjukkan bahwa ekonomi AS masih kuat.
Data ini menimbulkan kekhawatiran bahwa US Fed mungkin akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.
Akibatnya, IHSG dan bursa saham Asia lainnya bergerak turun. Indeks dolar AS (US Dollar Index/ DXY) juga menguat tajam, berada di level psikologis 109 dan selama 3 bulan terakhir menguat sekitar 9%.
Sektor industri dan keuangan menjadi penekan utama IHSG pada akhir perdagangan.
Beberapa saham big caps penekan IHSG antara lain BBRI -3,99%, ASII -3,06%, BREN -4,07% dan GOTO -2,47%.
Pasar global saat ini tengah menunggu data inflasi AS yang akan dirilis besok, yang dapat memengaruhi kebijakan suku bunga Fed di masa mendatang.
Data ini penting untuk memantau kondisi daya beli masyarakat AS dan prospek kebijakan moneter selanjutnya. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)
Harga SUN Melemah Lagi Karena Sentimen Global Negatif
Harga Surat Utang Negara (SUN) mengalami pelemahan pada awal pekan ini.
Pelemahan SUN ditandai dengan naiknya yield SUN 5-tahun sebesar 10 basis poin (bp) menjadi 7,16% dan naiknya yield SUN 10-tahun sebesar 10 bp menjadi 7,25%.
Nilai transaksi SBN mencapai Rp15,9 triliun, lebih tinggi dari hari Jumat (10/1) yang mencapai Rp11,5 triliun.
Sentimen global menunjukkan indikasi negatif dengan peningkatan yield US Treasury (UST) dan Credit Default Swap (CDS) Indonesia.
Yield curve US Treasury 5-tahun meningkat sebesar 2 bp menjadi 4,61%, dan yield curve US Treasury 10-tahun meningkat sebesar 2 bp menjadi 4,79%.
CDS 5-tahun Indonesia juga meningkat sebesar 1 bp menjadi 82 bp. Hal ini menunjukkan sentimen negatif di pasar global yang mempengaruhi harga dan yield instrumen obligasi di Indonesia. (BNI Sekuritas)
Rupiah Melemah Karena US Dollar Terus Menguat
Pada penutupan perdagangan Senin (13/1/2025), mata uang rupiah melemah 0,57% ke posisi Rp16.283 per dolar AS.
Indeks dolar AS naik 0,16% ke posisi 109,82. Mata uang Asia lainnya menunjukkan hasil bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang, dolar Hong Kong, won Korea Selatan, dan yuan China menguat, sementara dolar Singapura, dolar Taiwan, peso Filipina, dan rupee India melemah.
Penguatan dolar AS dipicu oleh laporan ketenagakerjaan yang lebih kuat dari perkiraan, yang mendorong imbal hasil obligasi ke puncak baru dan memberikan tekanan pada valuasi pasar saham.
Indeks dolar AS mendekati level terkuat sejak November 2022. Harapan pasar terhadap pemotongan suku bunga Federal Reserve semakin menipis.
Saat ini, suku bunga terminal diproyeksikan mencapai 4,0% pada 2025, lebih tinggi dari harapan sebelumnya sebesar 3,0%. (Bisnis)
Harga Emas Turun Akibat Penguatan Dolar dan Ekspektasi Kebijakan Fed
Senin (13/1/2025), harga emas turun menjadi sekitar USD2.660 per ons.
Penurunan harga emas terjadi setelah laporan pekerjaan AS yang kuat mendorong dolar ke level tertinggi dalam dua tahun.
Menguatnya dolar membuat emas lebih mahal bagi pembeli luar negeri, yang menyebabkan penurunan harga.
Selain itu, penurunan harga emas juga dipengaruhi oleh aksi ambil untung setelah minggu yang kuat untuk emas. Ketidakpastian kebijakan yang sedang berlangsung, termasuk rencana kenaikan tarif oleh Presiden terpilih Donald Trump, juga memengaruhi pelemahan emas.
Investor kini menantikan data inflasi AS dan kebijakan Federal Reserve untuk arah kebijakan lebih lanjut. (Trading Economics)
Imbal Hasil Obligasi Treasury AS Meningkat
Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun naik mendekati 4,8%, level tertinggi sejak Oktober 2023.
Hal ini terjadi karena laporan pekerjaan yang kuat pada Jumat lalu dan kekhawatiran kebijakan inflasi di bawah Presiden terpilih Donald Trump.
Para pedagang kini mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve, dan hanya mengantisipasi penurunan 27 basis poin pada 2025.
Tak hanya itu, imbal hasil Treasury 30 tahun juga melampaui 5% untuk pertama kalinya dalam lebih dari setahun.
Data CPI dan PPI minggu ini akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang tren inflasi. (Trading Economics)
Ulasan
- Naiknya yield obligasi US Treasury & US Dollar Index karena kuatnya ekonomi AS, serta kebijakan tarif tinggi dan penurunan pajak oleh Presiden Trump, membuat investasi di AS jauh lebih menarik. Alhasil, investor global mengalihkan investasinya dari luar AS ke AS, termasuk dari Indonesia.
- Investor asing masih melakukan net sell di pasar saham Indonesia. Hal ini membuat harga saham, terutama saham berkapitalisasi besar, tertekan dan turun.
- Tak hanya saham, nilai tukar rupiah juga masih dalam tekanan. Demikian pula halnya dengan harga-harga obligasi, yang ditandai dengan masih naiknya yield Surat Utang Negara.
- Dot plot 2025 oleh US Fed memberikan sinyal bahwa penurunan suku bunga USD hanya akan terjadi 2 kali, dengan total 50 bps.
- Hal ini akan membuat suku bunga mata uang lainnya, termasuk rupiah, menjadi masih akan tinggi, nilai rupiah masih berpotensi melemah, dan harga-harga saham masih akan volatile.
- Beberapa bank investasi terkemuka meyakini bahwa harga emas masih akan naik di tahun 2025 karena berbagai bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk cadangan devisa mereka. Selain itu, ketegangan politik juga masih belum mereda di Timur Tengah dan Eropa Timur.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.