tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 14 Agustus 2024:
IHSG Mencatat Angka Tertinggi Baru Rabu Kemarin
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup naik cukup drastis 79,40 poin atau 1,08% ke 7.436,04 capai angka IHSG tertinggi yang pernah terjadi (All Time High) setelah terakhir kali 7.433,31 pada 14 Maret 2024.
Investor asing kembali mencatatkan net buy Rp578 miliar, sejak awal tahun terjadi net buy Rp2,98 triliun.
Kenaikan IHSG hari Rabu (14/8) terjadi karena investor merespons rilisan data inflasi produsen AS pada periode Juli 2024 dengan angkanya lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya.
Investor asing sejak tanggal 7 Agustus hingga 14 Agustus setiap hari melakukan transaksi net buy dengan nilai total sekitar Rp3,3 triliun.
Indeks harga produsen (Producer Price Index/PPI) untuk permintaan akhir naik tipis 0,1% pada Juli lalu, setelah naik 0,2% tanpa revisi pada Juni 2024, berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS.
Angka ini lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PPI naik 0,2%. Dalam 12 bulan hingga Juli, PPI meningkat 2,2% setelah naik 2,7% pada Juni.
Setelah dirilisnya data inflasi produsen yang lebih baik dari ekspektasi pasar, saat ini pasar masih menanti rilis data indeks harga konsumen (IHK) AS periode Juli 2024 yang akan dirilis malam nanti waktu Indonesia.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi AS tahunan akan turun 0,1 basis poin menjadi 2,9% (year-on-year/yoy) pada Juli 2024, dari sebelumnya 3% pada Juni lalu (yoy). (CNBC Indonesia)
Saham-saham grup Prajogo Pangestu memimpin kenaikan IHSG, BRPT 7,14%, BREN +4,76%, lalu AMMN +2,21%, BBRI +2,12%, ASII +2,73%.
Indeks lain juga mengalami kenaikan, LQ45 +1,11%, IDX30 +1,08%, Bisnis27 1,05%, SRI Kehati +0,79% dan ISSI +0,91%.
Harga Surat Utang Negara Menguat
Harga SUN kembali ditutup menguat pada perdagangan Rabu (14/8). Hal ini ditandai dengan turunnya yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) sebesar 5 basis poin ke level 6,55%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) yang juga turun sebesar 4 basis poin menjadi 6,73%.
Nilai transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp19,5 triliun kemarin, tidak banyak berubah dibandingkan hari sebelumnya Rp20,2 triliun. Sementara itu, nilai transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp716,4 miliar. (BNI Sekuritas)
Rabu (14/8), Rupiah Menguat Tajam
Rupiah spot ditutup di level Rp15.678/USD hari Rabu (14/8), menguat 0,97% dibanding posisi hari sebelumnya. Level penutupan itu menjadi posisi terkuat rupiah sejak setidaknya pertengahan Maret silam.
Dengan posisi penutupan hari ini, rupiah membukukan penguatan 3,58% selama Agustus saja (month-to-date). Jika dihitung sejak Juli, penguatan rupiah mencapai 4,26% quarter-to-date, menjadi valuta terkuat di Asia setelah ringgit dan baht yang masing-masing menguat 6,22% dan 4,75%.
Rupiah menguat signifikan terhadap USD hari Rabu kemarin juga didukung oleh meningkatnya transaksi investor asing di pasar saham dan surat utang.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG yang dibuka menguat akhirnya mempertahankan penguatan di zona hijau dan sukses ditutup naik 1,08% hari ini.
Di pasar surat utang, mayoritas surat berharga negara membukukan kenaikan harga, terindikasi dari yield yang turun.
Animo investor asing terpantau sudah tinggi sejak pekan lalu, terlihat dari meningkatnya catatan pembelian (net buy) di pasar saham serta surat utang. (Bloomberg Technoz)
Yield Obligasi US Treasury 10 Tahun Turun di Bawah 3,8%
Imbal hasil atau yield obligasi US Treasury 10 tahun menghentikan kenaikan sebelumnya dan berayun ke bawah menuju level 3,8% pada hari Rabu Rabu (14/8).
Penurunan tersebut tidak jauh dari level terendah dalam satu tahun karena pasar bereaksi atas data inflasi terbaru AS yang mereda menjadi 2,9% pada bulan Juli. (Trading Economics)
US Dollar Index Terus Menunjukkan Penurunan
Indeks dolar atau US Dollar Index jatuh ke 102,2 pada hari Rabu kemarin, kembali ke level terendah sejak pertengahan Januari yang lalu, meresponse laporan inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) untuk AS secara umum sejalan dengan ekspektasi dan terus menunjukkan tren disinflasi ringan. (Trading Economics)
Turunnya inflasi akan memicu investor untuk mengalokasikan investasinya ke luar AS sehingga membuat investor mengkonversi US Dollar ke mata uang lain dan selanjutnya akan membuat US Dollar melemah.
Saham USA: Dow Naik Lebih dari 250 Poin
Hari Rabu kemarin indeks S&P 500 naik tipis 0,3%, sementara Dow Jones naik lebih dari 240 poin atau +0,61%, dan Nasdaq turun 0,2%.
Data inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) menggambarkan kenaikan harga konsumen sebesar 2,9% dari tahun ke tahun untuk bulan Juli, menandai pertama kalinya sejak 2021 bahwa inflasi utama turun di bawah 3%.
Data inflasi ini membuat investor yakin bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga paling cepat bulan September yang akan datang. (Trading Economics)
Ulasan
- Data melandainya inflasi AS di bulan Juli semakin memperkuat keyakinan investor bahwa the Fed akan menurunkan suku bunga USD menurunkan suku bunga di bulan September mendatang.
- Ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang baik, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,0% dan 2025 sebesar 5,1%, inflasi yang terjaga sesuai dengan target 2,5% +/- 1%, cadangan devisa yang kuat (sekitar USD 145 milyar), retail sales yang masih kuat.
- Harga-harga saham Indonesia masih tergolong undervalued serta suku bunga USD yang akan turun telah membuat investor asing kembali masuk ke pasar saham dan Surat Utang Negara dalam nilai yang signifikan dalam sepekan terakhir.
- Penurunan suku bunga USD akan diikuti oleh penurunan suku bunga Rupiah BI Rate oleh Bank Indonesia karena inflasi yang sesuai dengan ekspektasi, 2,50%.
- Harga emas diperkirakan masih akan naik karena selain akan turunnya suku bunga USD juga karena ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang meningkat.
IHSG Mencatat Angka Tertinggi Baru Rabu Kemarin
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup naik cukup drastis 79,40 poin atau 1,08% ke 7.436,04 dan menjadi angka IHSG tertinggi yang pernah terjadi (all time high/ ATH) setelah terakhir kali 7.433,31 pada 14 Maret 2024 yang lalu. Investor asing kembali mencatatkan net buy Rp578 milyar sehingga sejak awal tahun terjadi net buy Rp2,98 trilyun.
Kenaikan IHSG hari Rabu kemarin terjadi karena investor meresponse data inflasi produsen AS pada periode Juli 2024 dirilis dan angkanya lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya, dimana investor asing sejak tanggal 7 Agustus hingga 14 Agustus setiap hari melakukan transaksi net buy dengan nilai total sekitar Rp3,3 trilyun.
Indeks harga produsen (producer price index/PPI) untuk permintaan akhir naik tipis 0,1% pada Juli lalu, setelah naik 0,2% tanpa revisi pada Juni 2024, berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS. Angka ini lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PPI naik 0,2%. Dalam 12 bulan hingga Juli, PPI meningkat 2,2% setelah naik 2,7% pada Juni.
Setelah dirilisnya data inflasi produsen yang lebih baik dari ekspektasi pasar, saat ini pasar masih menanti rilis data indeks harga konsumen (IHK) AS periode Juli 2024 yang akan dirilis malam nanti waktu Indonesia. Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi AS tahunan akan turun 0,1 basis poin menjadi 2,9% (year-on-year/yoy) pada Juli 2024, dari sebelumnya 3% pada Juni lalu (yoy). (CNBC Indonesia).
Saham-saham grup Prajogo Pangestu memimpin kenaikan IHSG, BRPT 7,14%, BREN +4,76%, lalu AMMN +2,21%, BBRI +2,12%, ASII +2,73%.
Indeks lain juga mengalami kenaikan, LQ45 +1,11%, IDX30 +1,08%, Bisnis27 1,05%, SRI Kehati +0,79% dan ISSI +0,91%.
Harga Surat Utang Negara Menguat Rabu Kemarin
Harga SUN kembali ditutup menguat pada perdagangan kemarin. Hal ini ditandai dengan turunnya yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) sebesar 5 basis poin ke level 6,55%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) yang juga turun sebesar 4 basis poin menjadi 6,73%.
Nilai transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp19,5 triliun kemarin, tidak banyak berubah dibandingkan hari sebelumnya Rp20,2 triliun. Sementara itu, nilai transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp716,4 miliar. (BNI Sekuritas)
Rupiah Menguat Tajam Hari Rabu Kemarin
Rupiah spot ditutup di level Rp15.678/USD hari Rabu kemarin, menguat 0,97% dibanding posisi hari sebelumnya. Level penutupan itu menjadi posisi terkuat rupiah sejak setidaknya pertengahan Maret silam. Dengan posisi penutupan hari ini, rupiah membukukan penguatan 3,58% selama Agustus saja (month-to-date). Sedangkan bila dihitung sejak Juli, penguatan rupiah mencapai 4,26% quarter-to-date, menjadi valuta terkuat di Asia setelah ringgit dan baht yang masing-masing menguat 6,22% dan 4,75%.
Rupiah menguat signifikan terhadap USD hari Rabu kemarin juga didukung oleh meningkatnya transaksi investor asing di pasar saham dan surat utang. Berdasarkan data Bloomberg, IHSG yang dibuka menguat akhirnya mempertahankan penguatan di zona hijau dan sukses ditutup naik 1,08% hari ini. Di pasar surat utang, mayoritas surat berharga negara membukukan kenaikan harga, terindikasi dari yield yang turun. Animo investor asing terpantau sudah tinggi sejak pekan lalu, terlihat dari meningkatnya catatan pembelian (net buy) di pasar saham serta surat utang. (Bloomberg Technoz)
Yield Obligasi US Treasury 10 Tahun Kembali Turun di Bawah 3,8% Rabu Kemarin
Imbal hasil atau yield obligasi US Treasury 10 tahun menghentikan kenaikan sebelumnya dan berayun ke bawah menuju level 3,8% pada hari Rabu kemarin, tidak jauh dari level terendah dalam satu tahun karena pasar bereaksi atas data inflasi terbaru AS yang mereda menjadi 2,9% pada bulan Juli. (Trading Economics)
US Dollar Index Terus Menunjukkan Penurunan
Indeks dolar atau US Dollar Index jatuh ke 102,2 pada hari Rabu kemarin, kembali ke level terendah sejak pertengahan Januari yang lalu, meresponse laporan inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) untuk AS secara umum sejalan dengan ekspektasi dan terus menunjukkan tren disinflasi ringan. (Trading Economics). Turunnya inflasi akan memicu investor untuk mengalokasikan investasinya ke luar AS sehingga membuat investor mengkonversi US Dollar ke mata uang lain dan selanjutnya akan membuat US Dollar melemah.
Saham USA: Dow Naik Lebih dari 250 Poin
Hari Rabu kemarin indeks S&P 500 naik tipis 0,3%, sementara Dow Jones naik lebih dari 240 poin atau +0,61%, dan Nasdaq turun 0,2%. Data inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) menggambarkan kenaikan harga konsumen sebesar 2,9% dari tahun ke tahun untuk bulan Juli, menandai pertama kalinya sejak 2021 bahwa inflasi utama turun di bawah 3%. Data inflasi ini membuat investor yakin bahwa Federal Reserve akan mulai memangkas suku bunga paling cepat bulan September yang akan datang. (Trading Economics)
Ulasan
- Data melandainya inflasi AS di bulan Juli semakin memperkuat keyakinan investor bahwa the Fed akan menurunkan suku bunga USD menurunkan suku bunga di bulan September mendatang.
- Ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang baik, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,0% dan 2025 sebesar 5,1%, inflasi yang terjaga sesuai dengan target 2,5% +/- 1%, cadangan devisa yang kuat (sekitar USD 145 milyar), retail sales yang masih kuat.
- Harga-harga saham Indonesia masih tergolong undervalued serta suku bunga USD yang akan turun telah membuat investor asing kembali masuk ke pasar saham dan Surat Utang Negara dalam nilai yang signifikan dalam sepekan terakhir.
- Penurunan suku bunga USD akan diikuti oleh penurunan suku bunga Rupiah BI Rate oleh Bank Indonesia karena inflasi yang sesuai dengan ekspektasi, 2,50%.
- Harga emas diperkirakan masih akan naik karena selain akan turunnya suku bunga USD juga karena ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang meningkat.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka menengah dan panjang, pertimbangkan untuk mengakumulasi reksa dana saham dan indeks saham. Hal ini karena menguatnya kemungkinan turunnya suku bunga US di bulan September mendatang dan mendorong investor global untuk mengalokasikan investasinya ke emerging countries, termasuk ke Indonesia, dan ini akan mendorong naiknya harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia.
- Harga emas masih volatile. Dalam jangka menengah dan jangka panjang, harga emas diperkirakan masih akan naik karena beberapa bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk diversifikasi risiko karena ketidakpastian global, baik dalam hal perekonomian maupun geopolitik yang masih memanas.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk menjadi portfolio investasi untuk jangka menengah dan panjang.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan keuangan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.