tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG anjlok ke bawah level 7.000, investor asing masih melakukan net sell.
- Investor masih menunjukkan minat yang tinggi atas Sukuk Negara RI.
- Harga emas dunia stabil di atas USD2.670 per ons.
- Yield US Treasury naik ke 4,8%, level tertinggi sejak 2023 dan USD Index tetap tinggi di 109,6.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 14 Januari 2025.
IHSG Anjlok ke Bawah Level 7.000
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 0,86% ke level 6.956,66 pada Selasa (14/1/2025), mencapai level terendah sejak Juli 2024.
Selama perdagangan, aksi jual mendominasi dengan nilai transaksi Rp10,03 triliun. Investor asing masih melakukan transaksi net sell sebesar Rp633 miliar. Sejak awal tahun 2025, transaksi net sell tercatat mencapai Rp3,9 triliun.
Sektor kesehatan, konsumen primer, dan keuangan menjadi penekan utama IHSG. IHSG tertekan oleh penurunan beberapa saham besar seperti BREN -3,74%, AMMN -3,53%, BMRI -2,26%,BBCA-1,55%, BBNI-1,90%, dan TLKM -1,87%.
Saat ini, pasar saham terpengaruh oleh sentimen wait and see menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG) untuk mengumumkan suku bunga acuan. Konsensus Bloomberg memperkirakan suku bunga BI Rate akan tetap bertahan di 6%.
Selain sentimen wait and see, pelemahan nilai tukar rupiah juga turut menjadi faktor. Nilai rupiah melemah 0,14% sepanjang 2025 dan ditutup pada level Rp16.265 per dolar AS. Investor asing mencatatkan jual bersih Rp4,38 triliun selama 6-9 Januari.
Tak hanya itu, pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS juga memberikan pengaruh negatif terhadap pasar saham Indonesia.
Investor asing berhati-hati dengan dampak pelantikan ini, yang menyebabkan arus keluar modal asing sejak Desember lalu.
Terlebih, dot plot Desember menunjukkan rencana pemotongan suku bunga oleh Bank Sentral AS (The Fed) menjadi lebih sedikit pada 2025, yang dapat membuat Bank Indonesia juga sulit menurunkan suku bunga Rupiah. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)
Sukuk Negara RI Raih Minat Tinggi di Tengah Ketidakpastian Global
Pada lelang perdana sukuk negara RI atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), nilai penawaran mencapai Rp14,06 triliun. Angka ini melonjak dibandingkan lelang terakhir tahun lalu sebesar Rp10,8 triliun.
Animo investor meningkat 30,2% meski situasi pasar global masih penuh ketidakpastian. Seri PBS003 yang jatuh tempo pada 2027 dan PBS038 yang jatuh tempo pada 2049 menjadi favorit investor.
Pemerintah memenangkan penawaran sebesar Rp10 triliun dalam lelang ini, dengan PBS003 dan PBS038 sebagai seri terbanyak.
Minat investor juga didorong oleh sentimen pasar yang lebih positif setelah kabar bahwa tim ekonomi Trump tengah menyusun formula kebijakan tarif impor secara bertahap. Indeks dolar AS melemah ke level 109,53, dan rupiah menguat tipis di pasar spot ke Rp16.265/USD.
Perkembangan global memengaruhi yield Surat Utang Negara (SUN). Yield (imbal hasil) SUN tenor 1 tahun turun ke 7,10%, sementara tenor 10 tahun stagnan di 7,27%.
Yield Treasury AS juga melandai, dengan tenor 10 tahun turun sedikit ke 4,77%.
Investor tetap optimis meskipun situasi global masih penuh ketidakpastian. (Bloomberg Technoz)
Emas Stabil di Tengah Data Inflasi AS yang Lebih Lemah
Selasa (14/1/2025) lalu, harga emas stabil di atas USD2.670 per ons, setelah data inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan memicu harapan bahwa Federal Reserve mungkin akan memotong suku bunga lebih awal.
Data Indeks Harga Produsen (Producer Price Index/PPI) yang lebih rendah dari ekspektasi melemahkan dolar AS, membuat emas lebih menarik bagi pembeli luar negeri.
Investor kini tengah menantikan laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk menilai kebijakan Fed di masa depan.
UBS memperkirakan harga emas dapat mencapai rekor tertinggi baru pada tahun 2025 karena investor mencari tempat berlindung aman di tengah kemungkinan “gelombang volatilitas pasar ekuitas”.
Tahun 2024, harga emas melonjak 27%, menyentuh level tertinggi USD2.788 per ons pada Oktober dan menetapkan rekor harga rata-rata tahunan sebesar USD2.389 per ons.
Meski ada aksi jual setelah kemenangan Trump dalam pemilihan umum, emas masih mencatat kenaikan tahunan terkuat sejak 2020. (Trading Economics)
Yield Obligasi US Treasury Capai Level Tertinggi Sejak 2023 dan US Dollar Index Bertahan di Level 109,6
Pada Selasa (14/1/2025), yield atau imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun naik menjadi 4,8%, tertinggi sejak Oktober 2023.
Kenaikan ini terjadi meskipun data inflasi produsen (PPI) lebih rendah dari yang diperkirakan.
Namun, kebijakan Federal Reserve (Fed) yang ketat masih berlanjut, karena Presiden terpilih Trump akan menerapkan kebijakan yang memicu inflasi tinggi dan pasar tenaga kerja yang tetap kuat.
Para pedagang kini hanya memperkirakan satu kali pemotongan suku bunga oleh Fed tahun ini.
Sementara itu, indeks dolar AS (US Dollar Index/DXY) turun ke sekitar 109,6 pada hari Selasa setelah data PPI menunjukkan kenaikan harga produsen yang lebih rendah dari yang diharapkan.
Laporan menunjukkan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan penerapan tarif secara bertahap, yang sedikit mengurangi kekhawatiran investor.
Namun, dolar AS tetap mendekati level tertinggi sejak Oktober 2022 karena ekspektasi sedikitnya pemotongan suku bunga oleh Fed tahun ini. Pasar hanya memperkirakan satu kali pemotongan suku bunga pada paruh kedua tahun ini. (Trading Economics)
Ulasan
- Naiknya yield obligasi US Treasury & US Dollar Index karena kuatnya ekonomi AS, serta kebijakan tarif tinggi dan penurunan pajak oleh Presiden Trump, membuat investasi di AS jauh lebih menarik. Alhasil, investor global mengalihkan investasinya dari luar AS ke AS, termasuk dari Indonesia.
- Investor asing masih melakukan net sell di pasar saham Indonesia. Hal ini membuat harga saham, terutama saham berkapitalisasi besar, tertekan dan turun.
- Tak hanya saham, nilai tukar rupiah juga masih dalam tekanan. Demikian pula halnya dengan harga-harga obligasi, yang ditandai dengan masih naiknya yield Surat Utang Negara.
- Dot plot 2025 oleh US Fed memberikan sinyal bahwa penurunan suku bunga USD hanya akan terjadi 2 kali, dengan total 50 bps.
- Hal ini akan membuat suku bunga mata uang lainnya, termasuk rupiah, menjadi masih akan tinggi, nilai rupiah masih berpotensi melemah, dan harga-harga saham masih akan volatile.
- Beberapa bank investasi terkemuka meyakini bahwa harga emas masih akan naik di tahun 2025 karena berbagai bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk cadangan devisa mereka. Selain itu, ketegangan politik juga masih belum mereda di Timur Tengah dan Eropa Timur.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dari bunga deposito.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.