tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 16 Agustus 2024:
Neraca Perdagangan Indonesia Bulan Juli 2024 Surplus yang ke 51 Bulan Berturut-Turut
Biro Pusat Statistik (BPS) merilis berita Indonesia mencatat surplus neraca dagang sebesar USD470 juta dan menjadi surplus 51 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Surplus ini jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 13 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juli 2024 akan mencapai US$2,5 miliar. (CNBC Indonesia)
Walaupun Rupiah Menguat Namun BI Tidak Akan Segera Menurunkan BI Rate
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menyampaikan pandangan bahwa dengan tren pelemahan ekonomi AS akan membuat US Fed memangkas suku bunga USD di bulan September sebesar 50 bp atau 0,50% dan 100 bps atau 1,00% sepanjang tahun 2024 ini.
Investor global sudah mulai mengalokasikan investasinya ke luar AS termasuk ke Indonesia dimana sepanjang bulan Agustus 2024 investor asing melakukan net buy sebesar USD252,4 juta.
Selain itu ekspektasi penurunan suku bunga USD yang semakin kuat di bulan September telah membuat US Dollar Index melemah dan berdampak menguatnya mata uang lain terhadap US Dollar termasuk Rupiah yang menguat sekitar 3,7% sepanjang bulan Agustus.
Penguatan Rupiah serta kemungkinan turunnya suku bunga USD tidak serta merta membuat BI menurunkan BI Rate dalam Rapat Dewan Gubernur BI bulan Agustus ini namun BI masih akan menunggu secara definitif US Fed menurunkan suku bunga USD terlebih dahulu. (Bloomberg Technoz)
IHSG Terkoreksi Wajar Hari Kamis Kemarin
IHSG mengalami penurunan sebesar 26,54 poin atau -0,36% ke 7.409,50 hari Kamis kemarin setelah sebelumnya mengalami kenaikan 4 hari beruntun total sekitar 3,3%.
Investor asing masih masih melakukan net buy Rp628 milyar hari Kamis kemarin sehingga sejak awal tahun 2024 tercatat net buy sekitar Rp3,6 trilyun. (IDX)
Harga Surat Utang Negara Masih Menguat
Tren kenaikan harga SUN masih berlanjut pada perdagangan hari Kamis kemarin. Harga SUN seri acuan naik hingga 35 basis poin dari level penutupan hari sebelumnya, sementara yield SUN bertenor 10 tahun (FR0100) turun sebesar 4 basis poin ke level 6,70%.
Nilai transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp27,04 triliun, lebih tinggi dari nilai transaksi hari Rabu yang tercatat sebesar Rp19,55 triliun. (BNI Sekuritas)
Harga Emas Masih Akan Naik Karena Konflik Timur Tengah Berpotensi Meningkat
Alpine Macro, sebuah perusahaan riset investasi di Kanada yang menyediakan analisis makro, rekomendasi alokasi aset dan strategi investasi menyarankan agar investor mempertimbangkan untuk membeli emas karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah kemungkinan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Perusahaan riset tersebut memperingatkan bahwa Iran, mungkin akan segera melancarkan serangan terbatas terhadap Israel, baik secara langsung maupun melalui proksinya. Mereka mencatat bahwa sementara ini pengaruh Barat, Arab, dan Rusia masih dapat menahan Iran, namun situasinya tetap tidak stabil. Perusahaan tersebut yakin bahwa beberapa bentuk pembalasan dari Iran mungkin terjadi. Konflik Timur Tengah memiliki peluang besar untuk meningkat dalam 6-9 bulan ke depan, yang kemungkinan akan meningkatkan harga energi dan nilai aset energi di luar kawasan. Mengingat ketidakpastian ini, Alpine Macro sangat menyarankan untuk memiliki emas karena emas tetap menjadi lindung nilai terbaik terhadap risiko geopolitik, data historis menunjukkan emas biasanya mengungguli aset safe haven lainnya dalam beberapa bulan setelah peristiwa geopolitik besar. (Investing)
Wall Street Naik Setelah Rilis Data Penjualan Ritel
Saham di AS naik pada hari Kamis kemarin, dengan indeks S&P 500 naik 1,5%, Nasdaq naik 2,3% dan Dow Jones melonjak 1,39% poin setelah angka penjualan ritel yang lebih kuat dari perkiraan sehingga meredakan kekhawatiran investor tentang potensi resesi di AS. Penjualan ritel secara tak terduga melonjak 1% pada bulan Juli, memberikan beberapa bukti bahwa belanja konsumen tetap kuat sementara klaim awal turun ke level terendah dalam satu bulan. (Trading Economics)
Ulasan
- Data melandainya inflasi AS di bulan Juli semakin memperkuat keyakinan investor bahwa the Fed akan menurunkan suku bunga USD di bulan September mendatang.
- Ekonomi Indonesia berada dalam kondisi yang baik, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,0% dan 2025 sebesar 5,1%, inflasi yang terjaga sesuai dengan target 2,5% +/- 1%, cadangan devisa yang kuat (sekitar USD 145 milyar), retail sales yang masih kuat.
- Harga-harga saham Indonesia masih tergolong undervalued serta suku bunga USD yang akan turun membuat investor asing kembali masuk ke pasar saham dan Surat Utang Negara dalam nilai yang signifikan dalam sepekan terakhir.
- Penurunan suku bunga USD akan diikuti oleh penurunan suku bunga Rupiah BI Rate oleh Bank Indonesia karena inflasi yang sesuai dengan ekspektasi, 2,50%.
- Harga emas diperkirakan masih akan naik karena selain bunga USD yang akan turun juga karena ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa Timur yang meningkat.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka menengah dan panjang, pertimbangkan untuk mengakumulasi reksa dana saham dan indeks saham. Hal ini karena menguatnya kemungkinan turunnya suku bunga US di bulan September mendatang dan mendorong investor global untuk mengalokasikan investasinya ke emerging countries, termasuk ke Indonesia, dan ini akan mendorong naiknya harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia.
- Harga emas masih volatile. Dalam jangka menengah dan jangka panjang, harga emas diperkirakan masih akan naik karena beberapa bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk diversifikasi risiko karena ketidakpastian global, baik dalam hal perekonomian maupun geopolitik yang masih memanas.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk menjadi portfolio investasi untuk jangka menengah dan panjang.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan keuangan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.