fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 17 Juli 2025

tanamduit Breakfast News: 17 Juli 2025

oleh | Jul 17, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.

Ringkasan Market Update:

  • Bank Indonesia Menurunkan Suku Bunga BI Rate 25 bps, Peluang dan Tantangan bagi Saham dan Obligasi Indonesia
  • IHSG Naik Lagi Berkat Penurunan Suku Bunga BI
  • Harga SUN Melemah di Tengah Penurunan Suku Bunga BI dan Ketidakpastian Global
  • Harga Emas Turun karena Dolar Menguat dan Ketegangan Global Mereda

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 16 Juli 2025.

data-market-update-17-juli

Bank Indonesia Menurunkan Suku Bunga BI Rate 25 bps, Peluang dan Tantangan bagi Saham dan Obligasi Indonesia

Bank Indonesia (BI) hari Rabu 16 Juli 2025 kemarin menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%, sesuai dengan prediksi pasar.

Keputusan ini diambil karena inflasi masih terkendali di kisaran 2,5±1%, nilai tukar rupiah stabil, dan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Dengan ekonomi yang diperkirakan tumbuh antara 4,6% hingga 5,4% pada 2025, didukung oleh ekspor yang membaik dan permintaan domestik yang kuat, langkah ini bertujuan untuk mempermudah akses kredit dan merangsang aktivitas ekonomi.

Penurunan suku bunga ini berpotensi meningkatkan harga saham di Indonesia, terutama di sektor yang bergantung pada pinjaman, seperti properti, otomotif, dan konsumsi. Ketika suku bunga turun, perusahaan bisa meminjam dengan biaya lebih rendah, sehingga meningkatkan laba dan daya tarik saham mereka.

Selain itu, investor cenderung beralih ke saham karena imbal hasil obligasi menjadi kurang menarik. Namun, jika inflasi naik di luar perkiraan, nilai rupiah bisa melemah, yang justru dapat menekan harga saham, terutama untuk perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor.

Untuk pasar obligasi, penurunan suku bunga biasanya menyebabkan kenaikan harga obligasi yang sudah diterbitkan, karena imbal hasilnya menjadi lebih menarik dibandingkan obligasi baru dengan bunga lebih rendah.

Namun, investor obligasi perlu waspada terhadap risiko inflasi yang lebih tinggi, yang dapat mengurangi nilai riil investasi mereka. Secara keseluruhan, kebijakan BI ini menciptakan peluang investasi, tetapi stabilitas rupiah dan pengendalian inflasi akan sangat menentukan dampak jangka panjang terhadap saham dan obligasi.

IHSG Naik Lagi Berkat Penurunan Suku Bunga BI

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,72% ke level 7.192,01 pada Rabu, 16 Juli 2025, setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%.

Keputusan ini, yang sesuai prediksi pasar, memicu optimisme investor karena suku bunga rendah mendorong pertumbuhan ekonomi dan memudahkan perusahaan mendapatkan pinjaman murah. IHSG pun melanjutkan tren positifnya selama delapan hari berturut-turut, hampir menyentuh level 7.200.

Sektor teknologi, transportasi, dan infrastruktur menjadi pendorong utama penguatan IHSG, dengan saham seperti PT IndoInternet Tbk (EDGE) melonjak 24,9% dan PT DCI Indonesia Tbk (DCII) naik 19,9%.

Saham blue chip seperti PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga ikut menguat. Total transaksi pasar mencapai Rp16,54 triliun dengan 351 saham naik, menunjukkan antusiasme investor terhadap kebijakan BI yang mendukung ekonomi.

Selain penurunan suku bunga, penguatan IHSG juga didukung oleh stabilitas rupiah meskipun sedikit melemah 0,11% ke Rp16.278 per dolar AS, serta penurunan tarif impor AS untuk barang Indonesia dari 32% menjadi 19%.

Faktor global ini meningkatkan kepercayaan investor terhadap ekspor Indonesia, mendorong IHSG tetap bullish meskipun bursa Asia dan Wall Street menunjukkan pergerakan bervariasi.

Harga SUN Melemah di Tengah Penurunan Suku Bunga BI dan Ketidakpastian Global

Harga Surat Utang Negara (SUN) mengalami pelemahan. Yield SUN 5-tahun (FR0104) naik 1 basis poin menjadi 6,13% dan SUN 10-tahun (FR0103) ke 6,56%, meskipun Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan menjadi 5,25% pada Juli 2025 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan 4,6%-5,4%.

Secara teori, penurunan suku bunga seharusnya meningkatkan harga SUN, namun pelemahan terjadi karena pasar telah mengantisipasi langkah BI, memicu aksi ambil untung.

Volume transaksi SBN menurun dari Rp41,1 triliun menjadi Rp36,4 triliun, mencerminkan minat beli yang lemah, sementara pelemahan rupiah sebesar 0,13% ke Rp16.287 per dolar AS menambah persepsi risiko, menekan harga SUN lebih lanjut.

Ketidakpastian global, dengan pertumbuhan ekonomi dunia hanya 3% akibat kebijakan tarif AS, turut memengaruhi sentimen investor, meskipun aliran modal asing ke SBN tetap positif sebesar US$0,9 miliar dan inflasi terkendali di 1,87%.

Penurunan yield US Treasury (5-tahun ke 3,99%, 10-tahun ke 4,46%) menunjukkan sedikit perbaikan pasar obligasi global, dan Credit Default Swap Indonesia stabil di 75 basis poin, menandakan risiko rendah.

Di dalam negeri, pertumbuhan kredit perbankan melambat ke 7,77%, namun BI optimistis mencapai 8-11% pada 2025, didukung likuiditas perbankan yang memadai. Meski demikian, harga SUN tetap tertekan akibat kombinasi ekspektasi pasar, volatilitas Rupiah, dan ketidakpastian global. (BNI Sekuritas)

Harga Emas Turun karena Dolar Menguat dan Ketegangan Global Mereda

Harga emas melemah ke $3.340 per ons pada Kamis, 17 Juli 2025, setelah dolar AS menguat karena ketidakpastian soal posisi Ketua Federal Reserve mereda.

Presiden Trump membantah rencana mencopot Jerome Powell, meski tetap mengkritik kebijakan suku bunga. Data ekonomi AS menunjukkan harga grosir stabil, mengurangi kekhawatiran dampak tarif, sehingga minat investor ke emas sebagai aset aman berkurang.

Selain itu, ketegangan perdagangan global mereda dengan pencabutan larangan chip AI AS-Tiongkok dan kesepakatan dagang baru dengan Indonesia. Hal ini membuat emas kurang menarik karena investor beralih ke aset berisiko seperti saham.

Meski begitu, pembicaraan tarif antara Uni Eropa dan AS masih berlangsung, yang bisa memengaruhi harga emas jika ketidakpastian muncul kembali.

Faktor-Faktor Global dan Nasional yang Perlu Diperhatikan:

  • Kebijakan Moneter Bank Indonesia: BI memangkas suku bunga acuan menjadi 5,25% pada Juli 2025 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi 4,7%-5,0%, dengan inflasi terkendali di 1,5%-3,5%. Tren ini mendukung saham sektor konsumsi dan properti karena kredit murah, meningkatkan harga obligasi lama, namun menekan imbal hasil deposito dan emas jangka pendek karena return rendah.
  • Perjanjian Dagang AS-Indonesia: Penurunan tarif impor AS dari 32% ke 19% meningkatkan ekspor nikel dan energi, mendorong saham sektor pertambangan dan energi. Namun, obligasi bisa tertekan jika defisit anggaran membengkak, sementara emas tetap stabil sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian perdagangan.
  • Perlambatan Ekonomi Tiongkok: Pertumbuhan Tiongkok melambat ke 5,2% pada Q2 2025, mengurangi permintaan ekspor Indonesia seperti komoditas. Ini dapat menekan saham sektor barang baku, sementara obligasi pemerintah tetap menarik karena dianggap aman. Emas juga naik sebagai safe haven di tengah ketidakpastian.
  • Perjanjian ASEAN-India dan Digitalisasi: Tinjauan perjanjian ASEAN-India selesai Oktober 2025, membuka pasar ekspor baru, sementara ekonomi digital Indonesia diprediksi capai US$130 miliar. Saham teknologi dan konsumsi diuntungkan, obligasi korporasi sektor teknologi naik, dan emas tetap stabil sebagai diversifikasi di tengah pertumbuhan digital.

Rekomendasi Investasi untuk Reksa Dana, Emas, dan SBN

1. Jangka Pendek (Hingga 1 Tahun):

Reksa Dana Pasar Uang (RDPU): Cocok untuk yang ingin aman dan mudah cair, dengan keuntungan sekitar 4-5% per tahun. Pilih RDPU dengan deposito bank besar.
Emas: Emas bagus untuk jaga nilai saat rupiah goyah atau inflasi naik, dengan potensi naik 5-10% setahun. Beli emas fisik atau digital di platform terpercaya.
SBN: tenor pendek (2–4 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli sd 8 Agustus mendatang dengan kupon 6,25% per tahun untuk tenor 2 tahun dan 6,35% untuk tenor 4 tahun dapat menjadi pilihan tepat.

2. Jangka Menengah (1-5 Tahun):
Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT): Potensi untung dari obligasi pemerintah yang naik harganya saat suku bunga turun, dengan imbal hasil 6-8%. Pilih RDPT dengan obligasi berkualitas.
Emas: Tetap menarik untuk lindung nilai saat pasar global tak menentu, dengan harga yang cenderung naik. Emas digital lebih praktis.
SBN: tenor pendek (2–4 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli sd 8 Agustus mendatang dengan kupon 6,25% per tahun untuk tenor 2 tahun dan 6,35% untuk tenor 4 tahun dapat menjadi pilihan tepat.

3. Jangka Panjang (Lebih dari 5 Tahun):
Reksa Dana Saham: Potensi return/keuntungan 8-12% per tahun dari saham teknologi dan energi, tapi siap hadapi risiko pasar yang naik-turun.
Emas: Lindungi nilai aset dari inflasi dan krisis, dengan emas digital lebih hemat biaya penyimpanan untuk jangka panjang.
Reksa Dana Pendapatan Tetap yang berisi portfolio SUN dan/atau Sukuk Negara tenor panjang memberi kepastian kupon dan aman, cocok untuk diversifikasi, terutama dengan proyek infrastruktur pemerintah.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

tanamduit team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile