tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Menguat 0,54% di Tengah Defisit APBN dan Harapan Gencatan Senjata
- SBN Indonesia Tetap Diminati di Tengah Ketidakpastian Global
- Emas Naik ke $3.390 karena Konflik Timur Tengah Memanas
- Yield Obligasi AS Turun karena Ekonomi Melemah dan Ketegangan Global
- SBN Syariah seri Sukuk Ritel SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
- Kupon SR022 menjadi kupon Sukuk Ritel tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon (imbal hasil) SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.
Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 17 Juni 2025.
IHSG Menguat 0,54% di Tengah Defisit APBN dan Harapan Gencatan Senjata
IHSG ditutup naik 0,54% ke level 7.155,85 pada Selasa, 17 Juni 2025, meskipun APBN mencatat defisit Rp21 triliun per Mei.
Penguatan didorong oleh saham-saham transportasi, konsumen non-primer, dan barang baku, seperti Amman Mineral (AMMN) yang menyumbang 17,37 poin, serta Bank Central Asia (BBCA) dan Chandra Asri Pacific (TPIA).
Sektor transportasi melonjak 2,55%, dengan saham seperti Batavia Prosperindo Trans (BPTR) naik 14,46%. Transaksi pasar ramai, mencapai Rp11,94 triliun. Total 289 saham menguat, meski rupiah melemah tipis ke Rp16.280/US$.
Kenaikan IHSG dipicu oleh optimisme global setelah Iran menyatakan kesiapan bernegosiasi gencatan senjata dengan Israel melalui mediasi Qatar, Arab Saudi, dan Oman, meredakan ketegangan Timur Tengah.
Penguatan bursa Wall Street dan Asia juga mendukung sentimen positif. Di dalam negeri, surplus keseimbangan primer APBN Rp192,1 triliun menunjukkan pengelolaan fiskal yang sehat, meningkatkan kepercayaan investor.
Namun, investor tetap berhati-hati menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve dan Bank Indonesia, serta kenaikan utang luar negeri (ULN) ke US$431,55 miliar.
Penyebab lain penguatan IHSG adalah performa saham LQ45, seperti Aneka Tambang (ANTM) dan Bank Tabungan Negara (BBTN), yang naik signifikan.
Meski defisit APBN dan pelemahan rupiah menciptakan volatilitas, harapan pelonggaran suku bunga Fed pada September (peluang 61,1%) dan data ekonomi AS seperti penjualan ritel memberikan dorongan.
Investor disarankan diversifikasi ke reksa dana campuran untuk stabilitas, sambil memantau geopolitik dan kebijakan moneter. Proyeksi IHSG tetap volatile, dengan potensi penguatan jika gencatan senjata tercapai. (Bloomberg Technoz)
SBN Indonesia Tetap Diminati di Tengah Ketidakpastian Global
Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia terus menarik minat investor asing meskipun dunia menghadapi ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi.
Pada lelang SBN terbaru, Selasa (17/6/2025), penawaran mencapai Rp81,03 triliun, dengan Rp30 triliun diterima.
Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono menyatakan bahwa minat investor asing tetap tinggi, mencakup 16,88% untuk sukuk negara (SBSN) dan 20,10% untuk SUN, menunjukkan kepercayaan kuat terhadap stabilitas ekonomi Indonesia.
Kenaikan permintaan ini membuat imbal hasil (yield) SBN tetap rendah, di level 6,72% hingga 13 Juni 2025. Selisih yield SBN 10 tahun dengan US Treasury juga stabil di 231 basis poin, menandakan daya tarik SBN dibandingkan obligasi AS (yield 4,41%).
Tahun ini, investor asing telah membeli SBN senilai Rp53,91 triliun, membuktikan SBN sebagai investasi menarik. Tingginya permintaan ditunjukkan oleh rasio penawaran (bid to cover) yang kuat, yakni 3,69% untuk SBSN dan 2,76% untuk SUN.
Minat besar pada SBN didorong oleh kepercayaan investor terhadap pengelolaan fiskal Indonesia yang sehat, meski dunia diliputi konflik Israel-Iran dan kenaikan harga minyak ($72,98/barel).
Penguatan rupiah ke Rp16,265/US$ dan cadangan devisa US$152,5 miliar juga meningkatkan daya tarik SBN.
Yield SBN yang rendah juga mendukung kenaikan harga SBN. Namun, risiko inflasi dari minyak dapat mendorong yield naik, menekan harga.
Investor disarankan memanfaatkan lelang SBN untuk diversifikasi portofolio, sambil memantau keputusan suku bunga Federal Reserve dan Bank Indonesia minggu ini. (CNBC Indonesia)
Emas Naik ke $3.390 karena Konflik Timur Tengah Memanas
Harga emas melonjak di atas $3.390 per ons pada Selasa, 17 Juni 2025, karena ketegangan di Timur Tengah meningkat, mendorong investor mencari aset aman, seperti emas.
Konflik antara Israel dan Iran memanas setelah Israel menggempur fasilitas militer dan media Iran. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump meminta masyarakat melakukan evakuasi dari Teheran, menyiratkan Amerika akan terlibat dalam menyerang Teheran.
Sehari sebelumnya, emas sempat turun 1,4% karena adanya harapan bahwa Iran akan meredakan konflik melalui pembicaraan nuklir. Namun, eskalasi baru membalikkan tren tersebut, meningkatkan permintaan emas.
Di sisi ekonomi, data AS menunjukkan penjualan ritel turun 0,9% dan produksi industri melemah 0,2% pada Mei, lebih buruk dari perkiraan. Ini memperkuat harapan pemotongan suku bunga Federal Reserve, meski keputusan Rabu diperkirakan tidak mengubah suku bunga.
Investor kini fokus pada sinyal Fed tentang kebijakan masa depan, yang bisa memengaruhi harga emas. Dengan konflik global dan ekonomi AS yang lemah, emas tetap menarik sebagai perlindungan di tengah ketidakpastian. (Trading Economics)
Yield Obligasi AS Turun karena Ekonomi Melemah dan Ketegangan Global
Imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS 10 tahun turun ke 4,4% pada Selasa, 17 Juni 2025, setelah naik dalam dua sesi sebelumnya.
Penurunan ini terjadi karena data ekonomi AS yang lemah, dengan penjualan ritel anjlok 0,9% dan produksi industri turun 0,2% pada Mei, jauh di bawah harapan.
Meski ada kenaikan 0,4% pada data yang memengaruhi PDB, investor khawatir ekonomi AS melambat. Ketegangan Israel-Iran, yang memanas dengan serangan udara Israel dan seruan evakuasi Teheran oleh Presiden Trump, membuat pasar lebih hati-hati, menekan yield obligasi atau membuat permintaan terhadap obligasi AS meningkat.
Data ekonomi AS yang buruk meningkatkan harapan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga pada Rabu. Namun, peluang pemangkasan suku bunga di akhir tahun menurun karena inflasi dari harga minyak ($72,98/barel).
Investor membeli obligasi untuk mengamankan yield, menaikkan harga obligasi dan menurunkan yield.
Indeks dolar AS (DXY) stabil di atas 98, didukung permintaan sebagai mata uang aman di tengah konflik global, tetapi tidak cukup kuat untuk mendorong yield lebih tinggi. Pasar kini menanti proyeksi ekonomi Fed untuk petunjuk suku bunga masa depan. (Trading Economics)
Penurunan yield Treasury membuat SBN Indonesia (yield 6,73%) lebih menarik, mendorong aliran modal asing seperti pada lelang SBN Rp81,03 triliun (17/6), berpotensi menurunkan yield SUN.
Rupiah (Rp16,280/US$ pada 17/6) tetap stabil meski DXY kuat, didukung cadangan devisa US$152,5 miliar. Namun, IHSG (7,155,85, naik 0,54%) volatile karena inflasi minyak dan konflik.
Dalam situasi ini, investor disarankan memilih reksa dana obligasi untuk stabilitas, sambil memantau keputusan Fed, dinamika Timur Tengah, dan DXY yang dapat menekan rupiah jika terus menguat.
Factors to Watch:
A. Global
- Konflik Israel-Iran: Eskalasi konflik mendorong harga minyak WTI ke $72,98/barel dan emas ke $3,390/ons (17/6). Tetapi, harapan negosiasi nuklir Iran-AS menahan kenaikan lebih lanjut. Volatilitas saham global tinggi (kontrak berjangka AS turun >1%).
- Kebijakan Moneter: Inflasi AS rendah (2,4% Mei 2025) dan pengangguran tinggi (1,956 juta) mendukung ekspektasi pemangkasan suku bunga Fed pada September, menekan yield Treasury ke 4,4%. Keputusan suku bunga Fed, BoJ, PBoC, dan BI (17-18/6) memengaruhi aliran modal.
- Tiongkok dan Komoditas: Pertumbuhan Tiongkok (~4,5%) dan stimulus dapat meningkatkan permintaan komoditas Indonesia (nikel, CPO), tetapi perlambatan berisiko menekan ekspor.
- Proteksionisme: Tarif Eropa pada baja Asia dapat membatasi ekspor Indonesia, memengaruhi saham barang baku.
B. Nasional
- Keyakinan konsumen rendah (IKK 117,5) dan penurunan penjualan mobil 15,1% menekan saham konsumer.
- Rupiah masih volatile, tetapi SBN diminati (lelang Rp81,03 triliun). Yield SUN naik ke 6,73%.
- Utang Luar Negeri (ULN) sehat (rasio ULN/PDB 30,3%).
- Defisit APBN Rp21 triliun (0,09% PDB) diimbangi surplus keseimbangan primer Rp192,1 triliun, menunjukkan fiskal sehat. Risiko inflasi dari minyak mengancam subsidi BBM.
Rekomendasi Investasi:
- Investor perlu memantau ketegangan Timur Tengah, data Indeks Harga Produsen AS, dan finalisasi kesepakatan AS-Tiongkok, yang dapat memengaruhi saham, obligasi, dan rupiah.
- Di Indonesia, penguatan rupiah dan minat SBN mendukung reksa dana obligasi, sementara IHSG volatile menyarankan diversifikasi.
- Rekomendasi Investasi:
- Untuk Investor Pemula (Konservatif): Fokus pada Reksa Dana Pendapatan Tetap (investasikan 40%-50%), Reksa Dana Pasar Uang (30%-40%), dan alokasikan 5%-10% sisanya Emas.
- Untuk Investor Menengah (Moderat): Alokasikan ke Reksa Dana Campuran (40%-50%) yang portofolionya terdiri dari: 40-60% obligasi dan 30-40% saham. Atau, alokasikan 40%-50% ke Reksa Dana Pendapatan Tetap dan 30%-40% Reksa Dana Saham dan Indeks Saham.
- Untuk Investor Agresif: Alokasikan 40%-50% ke Reksa Dana Saham dengan portofolio yang berfokus di blue-chips dan energi, alokasikan 40%-50% di Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Pasar Uang, 10%-15% di Emas.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.