tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG meneruskan penurunan 5 hari beruntun Rabu (18/12) kemarin.
- Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di 6% karena masih tingginya ketidakpastian global.
- US Fed menurunkan suku bunga USD sebesar 25 bp dan mengindikasikan hanya akan ada 2 kali penurunan suku bunga di tahun 2025.
- Harga emas anjlok 2% setelah US Fed menurunkan suku bunga USD.
- Harga saham-saham AS juga anjlok.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 18 Desember 2024.
IHSG Ditutup Merah Usai BI Tahan Suku Bunga di 6% dan Nada Hawkish Gubernur BI
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona merah dengan melemah 49,85 poin atau -0,7% ke posisi 7.107,87 pada Rabu (18/12) kemarin.
IHSG sempat naik hingga 0,75% di perdagangan pagi hari, namun berbalik arah di sesi sore, menjadi negatif setelah Bank Indonesia (BI) mengumumkan menahan BI Rate di 6%.
Transaksi IHSG tercatat sebesar Rp11,05 triliun dan, investor asing masih melakukan transaksi net sell sebesar Rp474 miliar.
Di lain pihak, nilai Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), pada pukul 16.40 WIB, melemah 0,16% ke posisi Rp16.090/USD.
IHSG kembali melemah karena Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menegaskan nada hawkish (kecenderungan suku bunga tinggi atau tidak menurunkan suku bunga) saat membacakan pernyataannya Rabu kemarin. Ada perubahan besar dalam proyeksi dolar AS, suku bunga, dan aliran modal karena dinamika di AS.
Di bulan November lalu, Perry juga menyampaikan bahwa risiko perekonomian semakin tinggi, disertai dengan meningkatnya ketegangan politik dan fragmentasi perdagangan.
Hal ini membuat investor menjual saham-sahamnya, termasuk investor asing yang sudah sejak lebih dari sebulan lalu melakukan transaksi net sell.
Dalam konteks penurunan IHSG, sektor perbankan dan sektor infrastruktur menjadi pemberat, dengan masing-masing turun -0,99% dan -1,00%. (Bloomberg Technoz, IDX)
Suku Bunga Indonesia Tetap Stabil Sesuai Harapan
Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya di level 6% pada rapat Desember 2024, sejalan dengan ekspektasi pasar.
Keputusan ini mencerminkan komitmen bank sentral untuk menjaga inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 2,5% ± 1% untuk tahun 2024 dan 2025.
Selain itu, langkah ini juga bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
Laju inflasi tahunan Indonesia turun menjadi 1,55% pada November 2024 dari 1,71% pada bulan sebelumnya, menandai level terendah sejak Juli 2021 dan tetap nyaman dalam kisaran sasaran.
Sementara itu, rupiah terdepresiasi sebesar 1,37% (per 17 Desember 2024) dibandingkan bulan sebelumnya.
Rupiah terbebani oleh meningkatnya ketidakpastian global, seperti arah kebijakan AS, terbatasnya ruang untuk pemangkasan Fed Fund Rate, penguatan mata uang dolar AS secara luas, dan risiko geopolitik yang mengalihkan preferensi investor global kembali ke aset AS.
Suku bunga simpanan dan pinjaman semalam juga tetap stabil pada masing-masing 5,25% dan 6,75%. (Trading Economics)
The Fed Pangkas Suku Bunga untuk Ketiga Kalinya Berturut-Turut
The Fed mengumumkan pemangkasan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25bps pada bulan Desember 2024.
Pemangkasan ini menjadi pemangkasan ketiga berturut-turut di tahun 2024, dan membawa biaya pinjaman ke kisaran 4,25%-4,5%, sesuai dengan ekspektasi.
Apa yang disebut dot plot* mengindikasikan bahwa para pembuat kebijakan kini mengantisipasi hanya dua pemangkasan suku bunga yang akan terjadi pada tahun 2025, dengan total 50 basis poin, dibandingkan dengan persentase penuh pemangkasan yang diproyeksikan pada kuartal sebelumnya.
The Fed juga merevisi perkiraan pertumbuhan PDB ke atas untuk tahun 2024 (2,5% vs 2% pada proyeksi bulan September) dan 2025 (2,1% vs 2%) dan tetap stabil di 2% untuk tahun 2026.
Proyeksi inflasi PCE (inflasi belanja konsumen) juga menjadi lebih tinggi di tahun 2024 (2,4%), dan menjadi 2,5% di tahun 2025.
Tren yang sama berlaku untuk inflasi inti PCE (harga produsen), 2,8% di tahun 2024, 2,5% tahun 2025 dan 2,2% di tahun 2026.
Di sisi lain, pengangguran diperkirakan lebih rendah tahun ini (4,2% vs 4,4%) dan pada tahun 2025 (4,3% vs 4,4%), sementara perkiraan dipertahankan pada 4,3% untuk tahun 2026. (Trading Economics)
*Dot plot: grafik yang menunjukkan estimasi/perkiraan para pembuat kebijakan Fed untuk suku bunga pada akhir beberapa tahun mendatang dan dalam jangka panjang (The New York Times).
Harga Emas Anjlok Sekitar 2% Rabu Kemarin, Karena Dot Plot US Fed Tahun 2025 Yang Mencerminkan Hanya 2 Kali Penurunan Suku Bunga
Emas turun ke bawah USD2.600 per ons pada hari Rabu kemarin.
Nilai emas ini mencatat level terendah sejak 18 November, setelah Federal Reserve menurunkan suku bunga 0,25% ketiga berturut-turut seperti yang diharapkan, tetapi mengisyaratkan pelonggaran terbatas di tahun 2025 dan 2026.
Proyeksi dot plot Fed menunjukkan hanya dua penurunan suku bunga pada tahun 2025, di tengah pertumbuhan PDB yang solid dan inflasi yang terus-menerus.
Prospek ini menambah tekanan pada permintaan emas, karena prospek pelonggaran moneter yang terbatas mengurangi daya tarik aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas batangan. (Trading Economics)
Harga Saham-Saham AS Anjlok Rabu Kemarin Setelah Penurunan US Fed Rate dan Dot Plot 2025 yang Hanya Memproyeksikan 2 kali Penurunan Suku Bunga
Pada sesi perdagangan Rabu (18/12), Dow Jones turun sebesar 2,6% dan S&P 500 turun sekitar 3%. Nasdaq Composite mengalami penurunan lebih drastis, sebesar 3,6%.
Penurunan ini terjadi setelah Federal Reserve mengumumkan pemangkasan suku bunga hanya 25 basis poin, tetapi memberikan tanda bahwa kebijakan masa depan (2025 dan 2026) akan lebih berhati-hati, sehingga menambah ketidakpastian di pasar.
Penurunan signifikan ini disebabkan oleh kekhawatiran tentang inflasi yang menahan dan kebijakan yang lebih berhati-hati untuk tahun 2025. Alhasil, sektor teknologi dan sektor lain yang sensitif terhadap suku bunga mengalami penurunan besar.
Meskipun Federal Reserve menurunkan suku bunga seperti yang diharapkan, kekhawatiran tentang kebijakan masa depan menyebabkan pasar saham bergerak mundur. (Yahoo Finance)
Ulasan
- Data ekonomi AS bulan November yang ditandai dengan inflasi konsumen (CPI) yang sesuai dengan ekspektasi pasar sebesar 2,70%, inflasi produsen (PPI) sebesar 3,0% yang jauh di atas perkiraan pasar (2,6%), dan meningkatnya pengangguran menjadi 4,2%, membuat pasar ragu bahwa US Fed akan menurunkan suku bunga lagi di minggu yang akan datang di pengujung tahun 2024.
- Diturunkannya suku bunga USD oleh the Fed sebesar 25 bp (basis poin) Rabu (18/12), dan dot plot 2025 yang memproyeksikan hanya 2 kali penurunan suku bunga US, menggambarkan ketidakpastian global di tahun 2025.
- Di lain pihak, Bank Indonesia juga mempertahankan BI Rate di level 6% pada Rabu, 18 Desember 2024. Pernyataan Gubernur Bank Indonesia yang bernada hawkish (suku bunga tinggi) karena masih tingginya suku bunga USD dan masih kuatnya mata uang US Dollar, juga menggambarkan masih tingginya ketidakpastian di tahun 2025.
- Harga saham di BEI masih akan tetap volatile. Butuh waktu agar harga saham kembali ke level tertinggi di atas 7.700. Demikian halnya dengan yield Surat Utang Negara.
- Harga emas diperkirakan akan volatile. Nilai emas “tarik-menarik”, antara masih akan tingginya suku bunga USD yang menahan kenaikan harga emas, dan situasi ketegangan politik yang masih tinggi di Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas, serta Hizbullah-Iran.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dibanding bunga deposito.
- Pengambilalihan kekuasaan di Syria & ketidakstabilan politik di Korea Selatan menambah ketidakpastian global. Ini membuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi semakin layak untuk menjadi portofolio lindung nilai.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.