tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Melaju Kencang di Tengah Gelombang Optimisme
- Saham Indonesia Kembali Menarik di Mata Investor Asing
- Rupiah Menguat Karena Pelemahan Indeks Dolar
- Emas Tertekan Karena Meredanya Ketegangan Perdagangan Global
- Imbal Hasil Treasury AS Melandai Karena Sinyal Dovish
- Moody’s Menurunkan Peringkat Kredit AS Karena Kekhawatiran Lonjakan Utang dan Beban Bunga
- SBN Syariah SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
- Kupon SR022 menjadi kupon SR tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon ST014 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.
Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 16 Mei 2025.
IHSG Melaju Kencang di Tengah Gelombang Optimisme
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,94% ke level 7.106,53 pada perdagangan Jumat, 16 Mei 2025, mencatatkan kenaikan mingguan sebesar 4,01%. Penguatan ini menjadikan IHSG sebagai bursa terkuat di Asia.
Penguatan IHSG didorong oleh saham-saham infrastruktur seperti PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO, +17,5%) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN, +7,66%), serta sektor barang baku dan energi.
Volume transaksi mencapai Rp14,96 triliun dengan 325 saham naik dan 291 saham turun.
Meredanya perang dagang AS-Tiongkok dan laba perbankan Kuartal I-2025 yang positif, memicu arus masuk investor asing. Arus masuk tercatat sebesar US$83,8 juta pada 15 Mei, setelah tujuh bulan mengalami arus keluar.
Meskipun investor asing masih mencatatkan net sell secara keseluruhan, investor domestik menjadi penggerak utama, didukung oleh keyakinan terhadap pemulihan ekonomi pasca-krisis, sebagaimana disampaikan Ketua LPS Purbaya Yudhi Sadewa.
Secara historis, IHSG melonjak signifikan setelah resesi, seperti dari 300-an pada 2001 ke 2.500 pada 2008.
Dengan rupiah yang lebih stabil (Rp16.528,5 per dolar AS) dan sentimen global yang membaik, IHSG berpotensi melanjutkan tren bullish dalam jangka pendek hingga menengah.
Namun, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lemah (4,5%-4,8%) dan ketidakpastian kebijakan domestik tetap menjadi risiko yang perlu diwaspadai investor. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)
Saham Indonesia Kembali Menarik di Mata Investor Asing
Pasar saham Indonesia mengalami gelombang optimisme dengan arus masuk dana asing sebesar US$83,8 juta pada 15 Mei 2025, mengakhiri tren arus keluar selama tujuh bulan.
Penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 18% dari titik terendah April, didorong oleh penundaan kebijakan tarif AS dan kinerja saham perbankan yang menarik, menyumbang 34% ke indeks acuan.
Terlebih, meredanya ketegangan perdagangan global dan stabilitas rupiah (Rp16.528,5 per dolar AS) turut meningkatkan kepercayaan investor.
Bank Indonesia mencatat inflow sebesar Rp4,14 triliun pada 14-15 Mei, dengan beli neto Rp4,52 triliun di saham, Rp1,14 triliun di SRBI, dan jual neto Rp1,52 triliun di SBN.
Meski premi CDS Indonesia turun ke 83,34 basis poin, fundamental ekonomi yang lemah, dengan pertumbuhan kuartal pertama 2025 hanya 4,87%, menjadi risiko.
Yield SBN 10-tahun naik ke 6,90% dan Treasury AS 10-tahun ke 4,432%, mencerminkan volatilitas. Investor perlu waspada terhadap ketidakpastian domestik sambil memanfaatkan peluang di saham perbankan dan SBN jangka menengah. (IDX Channel, Bloomberg Technoz)
Rupiah Menguat Karena Pelemahan Indeks Dolar
Rupiah menunjukkan performa tangguh dengan menguat 0,51% atau 84 poin ke level Rp16.444 per dolar AS pada Jumat, 16 Mei 2025, seiring pelemahan indeks dolar AS sebesar 0,16% ke 100,562.
Penguatan ini selaras dengan beberapa mata uang Asia lainnya, seperti yen Jepang (+0,19%), peso Filipina (+0,18%), dan won Korea Selatan (+0,18%). Namun, beberapa mata uang Asia yang lain seperti ringgit Malaysia dan rupee India melemah.
Sentimen global yang membaik, didorong oleh meredanya ketegangan perdagangan AS-Tiongkok, turut mendukung penguatan rupiah, meskipun tantangan ekonomi domestik tetap menjadi perhatian.
Meski rupiah menguat, perekonomian Indonesia tengah menghadapi kelesuan. Indeks Penjualan Riil (IPR) hanya tumbuh 5,5% pada Maret 2025, turun dari 9,3% pada Maret 2024, dan diprediksi terkontraksi 2,2% pada April.
Tak hanya itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga melemah ke 121,1 pada Maret, sedikit membaik ke 121,7 pada April, mencerminkan konsumsi masyarakat yang lesu pasca-Lebaran. (Bisnis)
Emas Tertekan Karena Meredanya Ketegangan Perdagangan Global
Dilansir dari Trading Economics, harga emas anjlok ke sekitar US$3.200 per ons pada Jumat, 16 Mei 2025, dan diproyeksikan melemah lebih dari 3% secara mingguan. Pelemahan ini terjadi akibat meredanya ketegangan perdagangan global yang mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Kesepakatan AS-Tiongkok untuk memangkas tarif selama 90 hari, bersama dengan stabilitas gencatan senjata India-Pakistan, menciptakan suasana optimisme di pasar, meskipun negosiasi Rusia-Ukraina terhambat.
Penurunan risiko geopolitik ini mendorong investor beralih dari emas ke aset berisiko seperti saham, yang terlihat dari penguatan IHSG di atas 7.000 dan arus masuk modal asing ke Indonesia.
Meski data inflasi AS yang lemah mendukung ekspektasi dua kali pemangkasan suku bunga Federal Reserve pada 2025, peringatan Ketua Fed Jerome Powell tentang potensi inflasi yang fluktuatif akibat guncangan pasokan menambah ketidakpastian.
Di Indonesia, pelemahan ekonomi domestik (proyeksi PDB 4,5%-4,8%) dan rupiah yang volatil (Rp16.528,5 per dolar AS) membuat emas tetap relevan sebagai lindung nilai.
Namun, investor perlu waspada terhadap volatilitas harga emas jangka pendek seiring sentimen risk-on yang dominan dan proyeksi konsolidasi emas pada US$3.000-US$3.300.
Imbal Hasil Treasury AS Melandai Karena Sinyal Dovish
Imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS 10-tahun turun ke 4,4% pada hari Jumat, 16 Mei 2025, dari puncak tiga bulan sebesar 4,55% sehari sebelumnya.
Penurunan ini didorong oleh data ekonomi AS yang mendukung ekspektasi pemotongan suku bunga Federal Reserve pada 2025.
Data inflasi konsumen (Consumer Price Index/CPI) dan grosir (Producer Price Index/PPI) pada bulan April tercatat lebih rendah dari perkiraan, menunjukkan bahwa tarif perdagangan baru dari Gedung Putih belum memicu lonjakan harga.
Namun, kenaikan harga impor yang tak terduga mengindikasikan adanya upaya perusahaan untuk meneruskan biaya tarif ke konsumen, meskipun penurunan tak terduga pada penjualan ritel inti memperkuat pandangan dovish (kecenderungan suku bunga turun) di Komite Pasar Terbuka Federal (Federal Open Market Committee/ FOMC). (Trading Economics)
Kesepakatan AS-Tiongkok untuk memangkas tarif selama 90 hari meredakan kekhawatiran resesi global, memicu sentimen risk-on yang mendorong penguatan IHSG di atas 7.000 dan penguatan rupiah ke Rp16.528,5/USD di Indonesia.
Meski imbal hasil Treasury tetap 23 basis poin lebih tinggi sejak awal Mei, penurunan terbaru ini mencerminkan optimisme pasar terhadap kebijakan moneter yang lebih longgar.
Di Indonesia, investor perlu memantau volatilitas domestik akibat proyeksi PDB yang lemah (4,5%-4,8%) dan dampak tarif terhadap ekspor, sambil memanfaatkan peluang di SBN dan emas sebagai lindung nilai.
Moody’s Menurunkan Peringkat Kredit AS Karena Kekhawatiran atas Lonjakan Utang dan Beban Bunga
Moody’s menurunkan peringkat kredit AS dari Aaa ke Aa1 pada Jumat, 16 Mei 2025, menyusul kekhawatiran atas lonjakan utang federal dan beban bunga yang meningkat.
Lembaga tersebut memproyeksikan utang federal AS akan membengkak hingga 134% dari PDB pada 2035, naik dari 98% pada 2024. Defisit federal juga diproyeksikan melebar ke 9% dari PDB akibat tingginya pembayaran bunga, pengeluaran hak, dan pemotongan pajak.
Langkah ini mengikuti penurunan peringkat oleh Fitch Ratings (AA+, 2023) dan Standard & Poor’s (AA+, 2011), meskipun Moody’s mengubah prospek AS menjadi stabil dari negatif.
Penurunan peringkat kredit AS dapat memengaruhi kepercayaan investor global, berpotensi menekan imbal hasil obligasi Treasury AS (10-tahun di 4,4% pada 16 Mei 2025) dan memperkuat daya tarik emas sebagai safe haven. (Trading Economics)
Factors to Watch:
- Global:
- Penurunan peringkat kredit AS ke Aa1 oleh Moody’s (16 Mei 2025) meningkatkan kekhawatiran utang federal (proyeksi 134% PDB pada 2035), melemahkan dolar AS (indeks ICE 100,562), dan menekan imbal hasil Treasury (10-tahun 4,4%).
- Inflasi AS melandai (PPI -0,5%, CPI 2,3% April), mendorong ekspektasi dua pemotongan suku bunga Federal Reserve pada 2025. Namun, peringatan inflasi fluktuatif dari Jerome Powell menambah risiko.
- Kesepakatan tarif AS-Tiongkok selama 90 hari mendukung sentimen risk-on, meskipun kenaikan harga impor AS menunjukkan tekanan inflasi. Meredanya ketegangan India-Pakistan menambah sentimen positif. Namun, mandeknya negosiasi Rusia-Ukraina tetap berisiko.
- Nasional:
- Rupiah tren menguat terhadap dolar AS (16 Mei), didukung arus masuk asing ke saham.
- IHSG tren menguat, namun fundamental lemah karena melemahnya pertumbuhan ekonomi Q1-2025 ke 4,87%, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahunan turun dari level 5% ke 4,5%-4,8%, dan Indeks Keyakinan Konsumen melemah ke 121,1.
- Yield SBN 10-tahun naik ke 6,90% akibat tekanan jual, tetapi CDS turun ke 83,34 basis poin.
- Ketidakhadiran saham Indonesia di MSCI Global Standard Index menunjukkan terbatasnya kepercayaan investor asing.
Rekomendasi Investasi:
- Reksa Dana:
- Investor Agresif: Pertahankan alokasi moderat sebesar 50%-60% pada reksa dana saham dan indeks saham. Untuk eksposur domestik, pertimbangkan reksa dana indeks saham IDX30 yang melacak saham Big Caps (BBRI, BMRI) dengan volatilitas lebih rendah.
- Investor moderat dapat memilih reksa dana campuran. Alokasikan 20-30% portofolio ke reksa dana saham dan indeks saham, sisanya ke pendapatan tetap dan/atau emas.
- Emas:
- Alokasikan 5-10% portofolio ke emas melalui sebagai lindung nilai terhadap volatilitas pasar dan ketidakpastian fiskal AS. Harga emas saat ini diproyeksikan oleh Goldman Sachs ke USD3.700 di akhir 2025.
- Emas tertekan oleh meredanya ketegangan geopolitik. Namun, penurunan peringkat kredit AS dan proyeksi inflasi fluktuatif mendukung peran emas sebagai safe-haven. Konsolidasi diprediksi pada US$3.000-US$3.300, menawarkan stabilitas di tengah volatilitas.
- SBN:
- Investor dapat mempertimbangkan SBN syariah seri SR022 dengan tenor 3 dan 5 tahun yang tengah ditawarkan sejak tanggal 16 Mei yang lalu.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.