tanamduit menawarkan investasi TERAMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 1 April 2024:
IHSG Turun 1,15% Hari Senin (1/4) Kemarin
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,15% atau -83,75 poin menuju 7.205,06. Nilai transaksi tercatat Rp11,48 triliun.
Beberapa saham berkapitalisasi besar berkontribusi terhadap penurunan IHSG, antara lain BMRI -4,83%, BBNI -4,24%, BBCA -2,23%, BBRI -2,07%.
Salah satu penyebab turunnya IHSG adalah melemahnya rupiah terhadap USD. Rupiah melemah sekitar 0,43% ke level Rp15.940-an.
Pelemahan Rupiah disebabkan oleh menurunnya surplus neraca perdagangan di Q1-2024 menjadi USD 1,8 miliar, dari sekitar USD 3 miliar per bulan di Q4-2023.
Selain itu, penyebab lainnya adalah naiknya permintaan USD, sehubungan dengan akan berlangsungnya libur panjang Idulfitri pada tanggal 8–15 April 2024. (CNBC Indonesia)
Inflasi Maret 2024 0,52%
Biro Pusat Statistik (BPS) merilis berita bahwa inflasi bulanan di bulan Maret berada di level 0,52%. Angka ini lebih tinggi dibanding inflasi bulanan di Februari yang berada di level 0,37%.
Sementara itu, inflasi tahunan tercatat sebesar 3,05%, lebih tinggi dari bulan Februari yang 2,75%.
Penyebab naiknya inflasi di bulan Maret adalah momen Ramadhan yang meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat. Akibatnya, harga barang-barang konsumsi turut naik.
Meskipun demikian, inflasi tahunan sebesar 3,05% masih berada dalam radar target inflasi Bank Indonesia yang 2,5% plus/minus 1%. (Antara)
Harga Emas Dunia Masih Trend Naik
Harga emas dunia melonjak ke rekor tertinggi pada hari Senin (1/4) kemarin. Permintaan safe-haven yang masih berlanjut membuat emas mengabaikan menguatnya US Dollar Index setelah rilis data-data ekonomi AS yang meredam harapan penurunan suku bunga lebih awal.
Di pasar spot, harga emas melonjak 0,9% menjadi USD2,249.95. (Investing)
Imbal Hasil (Yield) Treasury AS Naik Karena Aktivitas Manufaktur Tak Terduga
Yield US Treasury 2-tahun, yang sensitif terhadap kebijakan Fed, melonjak 9 basis poin menjadi 4,712% pada hari Senin (1/4) kemarin.
Hal ini terjadi setelah Indeks PMI (Purchasing Manager’s Index) ISM secara tak terduga naik ke 50,3 di bulan Maret dari 47,8 di bulan sebelumnya.
Indeks PMI yang melampaui 50 mengindikasikan ekspansi di bidang manufaktur. Ini adalah pertama kalinya sejak September 2022.
Komponen harga yang ada di dalam indeks, yang menjadi ukuran inflasi, melonjak menjadi 55,8 dari 52,5. Hal ini menandakan bahwa “harga bahan mentah naik pada laju tercepat sejak Juli 2022,” mengutip Oxford Economics.
Data tersebut memperkuat pesan dari pidato Ketua US Fed, Jerome Powell, pada hari Jumat lalu bahwa Fed tidak perlu terburu-buru menurunkan suku bunga di tengah tanda-tanda ekonomi yang kuat. (Investing)
Ulasan
Masih kuatnya ekonomi AS membuat kemungkinan US Fed menurunkan tingkat bunga US menjadi tertunda. ini akan membuat yield obligasi AS tetap tinggi dan investor global menahan investasinya di AS.
Pada dasarnya, fundamental ekonomi Indonesia berada dalam kondisi kuat. Konsumsi masyarakat kuat, investasi terus meningkat, dan neraca perdagangan masih surplus.
Namun, hal ini belum cukup untuk membuat IHSG naik signifikan dan yield obligasi rupiah segera turun, karena dalam jangka pendek masih sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Beberapa faktor ini adalah kepastian penurunan suku bunga AS, melemahnya ekonomi China yang akan menurunkan impor dari Indonesia, terutama batubara, dan situasi geopolitik di Timur Tengah serta harga minyak dunia yang cenderung naik karena keterbatasan pasokan.
Rekomendasi:
Pasar saham dan obligasi masih akan naik dan turun (volatile), namun dengan tren positif.
Strategi investasi yang paling sederhana dan ampuh adalah berinvestasi secara rutin. Misalnya, dengan sekali setiap bulan menyisihkan sebagian gaji untuk berinvestasi di reksa dana pilihan.
Pilihlah reksa dana sesuai tujuan investasi, jangka waktu investasi, dan profil risiko pribadi.
Untuk jangka waktu pendek, berinvestasilah di less risky products (produk dengan risiko rendah) seperti reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, dan surat berharga negara.
Untuk jangka waktu panjang, berinvestasilah di risky products seperti reksa dana saham, reksa dana indeks saham, dan reksa dana campuran.
Bagi yang memiliki profil risiko agresif atau risk taker, dapat memanfaatkan momentum yang ada saat ini, dimana harga-harga saham atau IHSG masih berpotensi tumbuh 5,50% – 6,50% sampai akhir tahun 2024.
Data statistik menunjukkan bahwa indeks saham selain IHSG antara lain SRI Kehati, Bisnis27, IDX30, MSCI Indonesia, ESG Indonesia berkinerja lebih baik disbanding IHSG karena indeks-indeks tersebut tidak memiliki portofolio saham yang sangat volatile dan berkapitalisasi besar.
Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), memperoleh izin dari dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy, namun PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian tulisan ini atau kelalaian dari atau kerugian apapun yang diakibatkan dari penggunaan tulisan ini. Pendapat yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Pembaca tulisan ini diwajibkan membaca prospektus dan memahami produk yang akan dibeli atau dijual sebelum melakukan transaksi pembelian dan/atau penjualan. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja yang akan datang.