fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 2 Juli 2025

tanamduit Breakfast News: 2 Juli 2025

oleh | Jul 2, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Turun karena Tekanan Saham Bank dan Sentimen Ekonomi
  • Harga SUN Menguat karena Tingginya Permintaan dan Stabilitas Rupiah
  • Harga Emas Stabil karena Kekhawatiran Defisit Fiskal AS

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 1 Juli 2025.

IHSG Turun karena Tekanan Saham Bank dan Sentimen Ekonomi

Pada Selasa, 1 Juli 2025, IHSG ditutup turun 0,18% ke level 6.915,36, akibat penurunan saham sektor perbankan dan transportasi.

Saham bank seperti Bank Mandiri (BMRI, -2,66%), Bank Rakyat Indonesia (BBRI, -2,82%), dan Bank Negara Indonesia (BBNI, -2,68%) menjadi pemberat utama karena aksi jual investor asing.

Ketidakpastian terkait rencana pembentukan lembaga Danantara untuk kelola bank BUMN memicu tekanan ini.

Meskipun saham seperti Amman Mineral (AMMN) dan Telkom Indonesia (TLKM) menahan penurunan lebih dalam, sektor keuangan yang melemah 0,77% mendominasi pergerakan IHSG.

Harga saham BMRI, BBRI, dan BBNI turun dipengaruhi oleh PMI manufaktur Indonesia yang anjlok ke 46,9 pada Juni 2025, menandakan kontraksi ekonomi dan menekan kepercayaan investor terhadap sektor perbankan.

Meskipun neraca perdagangan surplus US$4,3 miliar pada Mei 2025, data ini gagal mengangkat pasar. Volume transaksi yang rendah (Rp11,38 triliun) dan aksi profit-taking setelah saham bank overbought memperparah penurunan, dengan minimnya katalis positif di pasar domestik.

IHSG berkinerja buruk dibandingkan indeks regional yang mayoritas menguat, seperti SET Thailand (1,88%), Strait Times Singapura (0,64%), KOSPI Korea Selatan (0,58%), dan FTSE Malaysia KLCI (0,56%).

Bursa China (Shanghai 0,39%, Shenzhen 0,19%) juga hijau, sementara Nikkei Jepang (-1,24%) dan Hang Seng Hong Kong (-0,87%) melemah.

Tekanan domestik dari saham perbankan dan data ekonomi lemah membuat IHSG tertinggal. Kebijakan baru pemerintahan Prabowo, seperti deregulasi impor, belum cukup kuat untuk menggerakkan pasar. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Harga SUN Menguat karena Tingginya Permintaan dan Stabilitas Rupiah

Harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada Selasa, 1 Juli 2025. Yield (imbal hasil) SUN 5-tahun (FR0104) turun ke 6,24% dan 10-tahun (FR0103) ke 6,59%.

Penguatan ini didorong oleh tingginya permintaan investor, terlihat dari lelang SUN dengan tawaran Rp121,7 triliun dan penerbitan Rp32 triliun.

Volume transaksi di pasar sekunder melonjak ke Rp50,7 triliun, dengan FR0104 dan FR0103 paling aktif. Rupiah yang menguat 0,24% ke Rp16.200 per dolar AS juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap SUN.

Meskipun yield US Treasury naik, kondisi fiskal Indonesia yang stabil mendukung penguatan SUN. APBN hingga Juni 2025 mencatat surplus keseimbangan primer Rp50,2 triliun, meski defisit anggaran Rp197 triliun.

Proyeksi defisit 2025 yang sedikit lebih tinggi tidak mengurangi minat investor, karena SUN tetap dianggap aman.

Berbeda dengan IHSG yang melemah akibat saham perbankan, SUN menguat karena permintaan stabil dan fundamental ekonomi yang mendukung. (BNI Sekuritas)

Harga Emas Stabil karena Kekhawatiran Defisit Fiskal AS

Walaupun terjadi kekhawatiran investor atas defisit fiskal AS yang membesar, namun kenaikan nilai mata uang USD (DX) menahan kenaikan harga emas. Alhasil, pada Selasa (1/7), harga emas stabil di $3.339,49 per ons.

Senat AS meloloskan RUU pajak dan belanja yang diperkirakan menambah defisit $3,3 triliun dalam 10 tahun.

Ketidakpastian perdagangan global juga mendorong investor memilih emas sebagai aset aman, menjaga harga tetap stabil di tengah tekanan pasar keuangan.

Prospek emas hingga akhir 2025 positif, didukung oleh ketidakpastian ekonomi global dan potensi inflasi akibat defisit AS.

Kekhawatiran geopolitik dan fluktuasi pasar diperkirakan meningkatkan permintaan emas, mendorong harga lebih tinggi.

Namun, penguatan dolar AS atau kenaikan suku bunga bisa membatasi kenaikan, menjaga emas bergerak stabil dalam kisaran tertentu. (Dow Jones News Wires)

Factors to Watch:

  • Investor perlu memantau faktor global seperti kebijakan suku bunga Federal Reserve dan kenaikan yield US Treasury (10-tahun di 4,76%), yang memengaruhi pasar saham, obligasi, dan emas.
  • Tarif perdagangan AS (25% untuk Kanada/Meksiko, 10% untuk China mulai Maret 2025) serta defisit fiskal AS ($3,3 triliun dalam dekade mendatang) meningkatkan volatilitas dan ketidakpastian perdagangan global, mendorong permintaan aset aman seperti emas.
  • Secara nasional, perlambatan ekonomi Indonesia (PMI manufaktur turun ke 46,9 pada Juni 2025), penguatan rupiah (Rp16.200 per dolar AS), dan kebijakan pemerintahan Prabowo (deregulasi impor, penataan BUMN) memengaruhi kinerja sektor saham, SBN, dan permintaan emas.
  • Selain itu, stabilitas fiskal Indonesia (surplus keseimbangan primer Rp50,2 triliun, defisit 2,78% PDB) dan pembelian emas oleh bank sentral global juga menjadi katalis penting.

Rekomendasi Investasi:

1. Untuk Investor Pemula (Konservatif) 

Investor konservatif, yang mengutamakan pelestarian modal:

  • Fokus pada Reksa Dana Pendapatan Tetap (Alokasikan sekitar 80%) yang menawarkan stabilitas melalui obligasi pemerintah dan korporasi berkualitas tinggi dan memberikan return yang lebih tinggi dari Reksa Dana Pasar Uang.
  • Alokasikan ke Reksa Dana Pasar Uang 10-20%.
  • SBN, khususnya seri tenor pendek (5 tahun dengan yield atau imbal hasil 6,5–6,9%), cocok untuk pendapatan tetap dengan risiko rendah, didukung oleh pengelolaan utang pemerintah yang prudent (rasio utang 37,82–38,71% PDB).
  • Emas (10–15% portofolio) memberikan lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian global. Hindari reksa dana saham karena volatilitasnya tinggi di tengah kontraksi manufaktur dan risiko geopolitik. Pantau data inflasi dan kebijakan Bank Indonesia untuk memastikan stabilitas yield SBN.

2. Untuk Investor Menengah (Moderat):

Investor moderat, yang mencari keseimbangan antara risiko dan imbal hasil dapat mempertimbangkan:

  • Alokasikan 40-50% portofolio ke Reksa Dana Campuran, yang menggabungkan saham dan obligasi untuk stabilitas sekaligus potensi pertumbuhan.
  • Sebanyak 20-30% dapat ditempatkan di SBN tenor menengah (10 tahun, yield 6,8–7,2%) dan/atau Reksa Dana Pendapatan Tetap untuk memperoleh pendapatan yang stabil dari kupon obligasi pemerintah dan korporasi, dengan risiko terkelola.
  • Alokasikan 20-30% di Reksa Dana Pasar Uang untuk keperluan dana darurat atau keperluan likuiditas.
  • Sisanya, 10-20% dialokasikan ke emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian global.

3. Untuk Investor Agresif

Investor agresif, yang siap menghadapi risiko tinggi demi imbal hasil maksimal:

  • Dapat mengalokasikan 60–70% ke Reksa Dana Saham dan Indeks Saham, untuk menangkap momentum potensi rebound IHSG dengan pertimbangan akan turunnya suku bunga rupiah, nilai tukar rupiah yang stabil, dan pertumbuhan ekonomi yang masih tergolong baik.
  • Sebanyak 10-20% dapat ditempatkan di Reksa Dana Pendapatan Tetap yang berisi portfolio SUN dan obligasi korporasi tenor panjang 5-15 tahun untuk yield lebih tinggi, meski dengan risiko suku bunga yang lebih besar.
  • 10-20% di Reksa Dana Pasar Uang untuk keperluan Dana Darurat dan likuiditas.
  • Sisanya, 10–15% ke emas sebagai perlindungan dari volatilitas pasar dan geopolitik. Waspadai risiko koreksi IHSG jika negosiasi tarif gagal atau PMI manufaktur terus terkontraksi.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

tanamduit team

tanamduit adalah aplikasi investasi reksa dana, emas, dan Surat Berharga Negara (SBN) yang telah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile