tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Menguat: Didorong Laporan Keuangan Bank dan Sentimen Positif
- Investor Asing Masih Optimis Terhadap Surat Utang RI di Tengah Tekanan Pasar
- Harga Emas Anjlok Karena Kekhawatiran Tarif Trump Mereda
- Imbal Hasil Obligasi Naik: Ekonomi AS Melemah dan Harapan Perdagangan Membaik
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 30 April dan 1 Mei 2025.
IHSG Menguat: Didorong Laporan Keuangan Bank dan Sentimen Positif
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,44% ke level 6.766,79 pada Rabu, 30 April 2025, menjelang libur Hari Buruh.
Kenaikan ini didorong oleh laporan keuangan kuartal pertama 2025 dari emiten perbankan yang positif, memenuhi ekspektasi pasar.
Saham blue-chip seperti BBCA (penyumbang 6,82 poin), TLKM, INDF, KLBF, dan TPIA menjadi penopang utama IHSG.
Sektor kesehatan, transportasi, dan konsumen primer juga ikut melesat, dengan saham seperti SILO (naik 9,24%) dan BIRD (naik 7,12%). Total transaksi mencapai Rp14,48 triliun dengan 308 saham naik dan 318 saham turun.
Penguatan IHSG juga didukung oleh aksi beli investor asing senilai Rp200 miliar, terutama pada saham BCA (BBCA).
Tak hanya itu, rupiah turut menguat 0,96% ke Rp16.601 per dolar AS, menambah sentimen positif.
Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani melaporkan APBN 2025 defisit Rp104,2 triliun per Maret, meskipun masih sesuai desain anggaran (2,53% PDB).
Penerimaan negara mencapai Rp516,1 triliun, naik Rp200 triliun dari Februari, sementara belanja negara Rp620,3 triliun. Keseimbangan primer surplus Rp17,5 triliun, menunjukkan pengelolaan utang yang sehat tanpa “gali lubang tutup lubang”.
Di sisi global, 100 hari kepemimpinan Donald Trump sebagai Presiden AS membawa tantangan dengan kebijakan tarif agresif, termasuk tarif resiprokal 32% untuk Indonesia yang kini dalam masa negosiasi 90 hari.
Meski ancaman perang dagang masih ada, pasar domestik tetap optimis, didukung oleh kinerja emiten dan penguatan rupiah.
Bagi masyarakat, kenaikan IHSG ini menunjukkan peluang investasi. Meski demikian, masyarakat tetap perlu waspada terhadap dinamika global dan data ekonomi mendatang yang dapat memengaruhi pasar. (CNBC Indonesia, Bloomberg Technoz)
Investor Asing Masih Optimis Terhadap Surat Utang RI di Tengah Tekanan Pasar
Meskipun mata uang rupiah mengalami penurunan selama bulan April, investor asing tetap melanjutkan belanja besar di Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia.
Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa hingga 28 April, kepemilikan investor asing di SBN mencapai Rp901,04 triliun, dengan penambahan posisi (net buy) sebesar Rp9,17 triliun sepanjang bulan tersebut.
Hal ini menunjukkan minat yang tinggi dari investor global walaupun pasar saham domestik mengalami penjualan bersih oleh investor asing sebesar Rp20,56 triliun.
Menariknya, sementara saham domestik tertekan, harga surat utang negara mengalami kenaikan yang signifikan.
Sebagian besar imbal hasil dari SBN menunjukkan tren penurunan, terutama untuk tenor pendek yang memberikan hasil yang lebih menarik bagi investor.
Dalam sebulan terakhir, yield SBN tenor 1 tahun turun sebesar 31 basis poin, dengan kinerja indeks surat utang pemerintah dan korporasi juga mencatatkan kenaikan masing-masing 1,63% dan 1,38%.
Di tengah ketidakpastian kondisi global dan dinamika perang dagang, prospek untuk surat utang domestik tetap positif, dengan spread yield sekitar 268 basis poin.
Potensi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dan kemungkinan penurunan di AS membuat investor beranggapan bahwa memilih tenor pendek akan lebih menguntungkan.
Ini memberikan peluang bagi investor untuk mengunci imbal hasil tinggi sebelum suku bunga benar-benar dipangkas, yang dapat menyebabkan penurunan lebih lanjut dalam imbal hasil obligasi. (Bloomberg Technoz)
Harga Emas Anjlok Karena Kekhawatiran Tarif Trump Mereda
Kamis (1/5/2025), harga emas (XAU/USD) turun tajam 2% menjadi $3.220 per ons, mencapai level terendah sejak pertengahan April.
Penurunan ini dipicu oleh meredanya ketegangan geopolitik dan penguatan dolar AS, setelah Presiden Donald Trump mengumumkan kemajuan perjanjian perdagangan dengan negara-negara besar seperti India, Korea Selatan, dan Jepang.
Selain itu, AS dan Ukraina menandatangani kesepakatan mineral yang memberikan akses ke tanah jarang, menandakan perubahan fokus AS dari bantuan militer ke kemitraan ekonomi jangka panjang dengan Ukraina, yang juga menjadi sinyal diplomatik kepada Rusia.
Kesepakatan mineral ini disebut Menteri Keuangan AS Scott Bessent sebagai langkah menuju penyelesaian perang dan awal rekonstruksi, membuat pasar lebih optimistis.
AS juga mencabut tuntutan pengembalian dana bantuan militer ke Ukraina, menunjukkan pendekatan baru Trump yang lebih mengandalkan perdagangan dan komoditas.
Akibatnya, investor mulai melepas emas sebagai aset lindung nilai, karena ketegangan menurun dan suasana pasar membaik.
Emas, yang biasanya dicari saat ketidakpastian tinggi, kini menghadapi aksi ambil untung, terutama setelah sempat melonjak di awal kuartal kedua.
Fokus investor kini beralih ke laporan penggajian nonpertanian AS pada Jumat, yang dapat memengaruhi ekspektasi suku bunga Federal Reserve.
Jika data menunjukkan hasil positif, harga emas bisa terus turun, tetapi jika data lemah, peluang penurunan suku bunga bisa meningkat, membuka ruang bagi emas untuk kembali naik.
Bagi masyarakat, penurunan harga emas ini bisa menjadi peluang untuk membeli dengan harga lebih rendah, meskipun perlu waspada terhadap perkembangan ekonomi global.
Optimisme perdagangan dan kesepakatan mineral AS-Ukraina membawa harapan baru, tetapi juga mengingatkan bahwa pasar tetap penuh ketidakpastian.
Imbal Hasil Obligasi Naik: Ekonomi AS Melemah dan Harapan Perdagangan Membaik
Kamis (1/5/2025), imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS 10-tahun naik mendekati 4,2%, setelah menyentuh level terendah dalam tiga minggu, seiring data yang menunjukkan pelemahan ekonomi AS.
Laporan ISM mengungkapkan aktivitas sektor menyusut pada April dengan laju tercepat dalam lima bulan, ditambah kontraksi ekonomi sebesar 0,3% pada kuartal pertama—pertumbuhan negatif pertama dalam tiga tahun.
Klaim pengangguran juga naik menjadi 241.000, tertinggi sejak Februari, menambah kekhawatiran tentang pasar tenaga kerja.
Kenaikan imbal hasil ini mencerminkan meningkatnya ketidakpastian investor terhadap kekuatan ekonomi AS yang terdampak tarif dan kebijakan Presiden Donald Trump.
Namun, ada harapan dari sisi perdagangan global. Trump menyatakan kemajuan dalam pembicaraan tarif, dengan potensi perjanjian bersama India, Jepang, Korea Selatan, dan China, yang meningkatkan optimisme pasar.
Indeks dolar AS naik ke 100, mencatat kenaikan terkuat terhadap euro, sterling, dan yen.
Penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, juga menyebut pembaruan soal tarif akan segera diumumkan. Meskipun ekonomi AS melemah akibat impor yang melonjak dan belanja konsumen yang turun, sentimen positif ini mendorong investor beralih dari emas ke obligasi, yang terlihat lebih aman di tengah situasi ini.
Investor kini menantikan laporan pekerjaan April pada Jumat untuk melihat arah ekonomi AS dan kemungkinan perubahan kebijakan Federal Reserve.
Jika data menunjukkan pelemahan lebih lanjut, Fed mungkin akan mempertimbangkan penurunan suku bunga, yang dapat memengaruhi imbal hasil obligasi ke depan.
Bagi masyarakat, kenaikan imbal hasil ini menunjukkan bahwa obligasi AS tetap menarik di tengah ketidakpastian, tetapi juga mengingatkan kita akan risiko perlambatan ekonomi global.
Harapan penyelesaian perang dagang membawa sedikit angin segar, namun tetap perlu waspada terhadap perkembangan ekonomi yang tidak menentu.
Factors to Watch:
Investor reksa dana dan emas perlu memperhatikan beberapa indikator terkini.
- Secara global, ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda pelemahan, dengan kontraksi 0,3% pada kuartal pertama 2025 dan klaim pengangguran naik ke 241.000, tertinggi sejak Februari.
- Data ini, ditambah laporan pekerjaan April yang akan dirilis hari ini, dapat memengaruhi kebijakan suku bunga Federal Reserve—jika data lemah, ekspektasi penurunan suku bunga bisa meningkat, melemahkan dolar AS (saat ini di 99,9-100) dan mendukung emas.
- Namun, kemajuan perundingan perdagangan AS dengan negara seperti India, Jepang, Korea Selatan, dan China, serta kesepakatan mineral AS-Ukraina, mengurangi ketegangan geopolitik, menekan harga emas ke $3.220 per ons pada 1 Mei 2025.
- Di dalam negeri, IHSG masih tren naik, didorong laporan keuangan perbankan yang positif, sementara rupiah menunjukkan penguatan terhadap dolar AS, didukung surplus neraca perdagangan Maret sebesar US$4,33 miliar. Namun, APBN defisit Rp104,2 triliun, dan target pertumbuhan 8% pada 2029 dianggap sulit dengan proyeksi 2025 hanya 4,7%.
Rekomendasi untuk Investor Reksa Dana
- Investor reksa dana dapat memanfaatkan penguatan IHSG dengan fokus pada reksa dana saham di sektor kesehatan dan konsumen primer, mengingat sektor ini memimpin kenaikan IHSG (kesehatan naik 2,83% pada 30 April).
- Untuk investor moderat, pertimbangkan reksa dana campuran, terutama dengan dukungan saham blue-chip seperti BBCA dan TLKM. Namun, waspadai volatilitas global akibat data ekonomi AS dan potensi perang dagang.
- Diversifikasi dengan reksa dana pendapatan tetap, seiring minat asing pada SUN (net buy Rp24,4 triliun year-to-date hingga 28 April) dan yield SUN yang turun (5-tahun di 6,58%). Alokasikan 50-60% pada reksa dana saham, 30-40% pada pendapatan tetap, dan sisanya untuk proteksi.
Rekomendasi untuk Investor Emas
- Harga emas turun ke $3.220 per ons pada 1 Mei 2025, tertekan oleh penguatan dolar dan meredanya ketegangan geopolitik. Namun, harga emas telah naik 25% sepanjang tahun ini.
- Dengan proyeksi akhir 2025 di $3,000-$3,700 (Goldman Sachs, UBS), penurunan ini adalah peluang beli melalui emas digital atau ETF seperti UBS Gold, terutama karena risiko ekonomi global, seperti potensi resesi AS, dapat mendorong kenaikan jangka panjang.
- Alokasikan 10-15% portofolio ke emas sebagai lindung nilai, tetapi perhatikan tekanan dari dolar yang kuat dan data ekonomi AS yang akan dirilis hari ini. Jika data lemah, emas bisa rebound; jika kuat, harga mungkin terus tertekan. Pantau perkembangan geopolitik dan kebijakan Fed untuk strategi yang tepat.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.