fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 22 Juli 2025

tanamduit Breakfast News: 22 Juli 2025

oleh | Jul 22, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.

Ringkasan Market Update:

  • IHSG Melonjak Berkat Kabar Positif dari AS
  • Investor Asing Keluar dari Saham Indonesia karena Ketidakpastian Global
  • Harga Emas Turun Karena Ekonomi AS yang Tetap Kuat dan Ketidakpastian Global
  • Harga SUN Naik karena Sentimen Positif Global dan Penurunan Yield Obligasi AS
  • Yield Treasury AS Turun Akibat Ketegangan Tarif dan Ketidakpastian Federal Reserve

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 21 Juli 2025.

data-market-update-22-juli-2025

IHSG Melonjak Berkat Kabar Positif dari AS

Senin (21/7) kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melonjak 1,18% ke level 7.398,19, menjadi yang tertinggi sepanjang tahun 2025.

Kenaikan ini didorong oleh kabar positif dari Amerika Serikat. Dalam hal ini, Presiden Donald Trump dilaporkan menahan rencana pemecatan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell, yang menenangkan pasar global.

Selain itu, saham-saham konglomerasi, terutama yang terkait dengan Prajogo Pangestu, menjadi penggerak utama IHSG, meskipun saham perbankan seperti BMRI dan BBRI justru melemah.

Sektor teknologi dan properti mencatat kenaikan paling signifikan, masing-masing naik 7,74% dan 5,01%.

Saham-saham yang melonjak di atas 10% termasuk PT DCI Indonesia Tbk (DCII) yang naik 17,94%, PT Wir Asia Tbk (WIRG) sebesar 20,83%, dan PT Mitra Investindo Tbk (MINA) yang melesat 23,53%. Saham big cap yang menguat termasuk PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT), yang masing-masing menyumbang 7,3 dan 8,07 poin ke IHSG.

Total nilai transaksi di hari Senin (21/7) mencapai Rp16,28 triliun dengan 30,76 miliar saham diperdagangkan.

Investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp394,18 miliar di seluruh pasar, dengan penjualan terbesar di saham perbankan seperti BBRI dan BMRI.

Namun, permintaan kuat terhadap saham-saham konglomerasi, khususnya emiten baru seperti Chandra Daya Investasi, membantu menjaga momentum kenaikan IHSG. Penguatan ini juga didukung oleh minat investor domestik terhadap saham-saham teknologi dan properti, menjadikan IHSG sebagai bursa dengan kinerja terbaik di Asia hari ini. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Investor Asing Keluar dari Saham Indonesia karena Ketidakpastian Global

Pada Senin, 21 Juli 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) menguat 1,18% ke level 7.398,19, didukung oleh investor domestik, meskipun investor asing mencatatkan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp1,91 triliun di pasar saham selama 14-17 Juli 2025, menurut data Bank Indonesia.

Total net sell asing sepanjang 2025 hingga 17 Juli mencapai Rp58,01 triliun, dipicu oleh ketidakpastian global, terutama perang dagang antara Amerika Serikat dan Uni Eropa.

Selain itu, tarif tinggi AS yang akan berlaku per 1 Agustus 2025, meskipun Indonesia mendapat tarif 19%, membuat investor asing lebih berhati-hati. Alhasil, investor asing memilih menjual saham.

Selain perang dagang, suku bunga tinggi yang dipertahankan oleh The Fed juga membuat investor asing lebih memilih aset yang lebih aman seperti obligasi, dengan aliran dana ke pasar obligasi Indonesia mencapai Rp933 triliun hingga Juli 2025.

Menurut analis dari Mirae Asset Sekuritas dan Pilarmas Investindo Sekuritas, ketidakpastian fiskal AS, termasuk risiko defisit anggaran, turut menambah kekhawatiran investor. Meski demikian, kekuatan investor domestik menjaga penguatan IHSG, terutama melalui saham-saham teknologi dan properti, membuat pasar saham Indonesia tetap menarik di tengah volatilitas global. (CNBC Indonesia)

Harga SUN Naik karena Sentimen Positif Global dan Penurunan Yield Obligasi AS

Harga Surat Utang Negara (SUN) meningkat pada awal pekan ini karena sentimen positif di pasar obligasi global. Yield (imbal hasil) SUN tenor 5 tahun turun 3 basis poin ke 6,07%, dan tenor 10 tahun turun 2 basis poin ke 6,51%, menunjukkan harga SUN naik.

Penurunan yield obligasi AS, seperti yield US Treasury 5 tahun ke 3,91% dan 10 tahun ke 4,38%, membuat investor lebih tertarik pada SUN, yang dianggap aman dan stabil.

Meskipun nilai tukar rupiah melemah sedikit dari Rp16.297 ke Rp16.323 per dolar AS, permintaan terhadap SUN tetap kuat.

Volume transaksi SUN mencapai Rp24,4 triliun, dengan seri FR0104 dan FR0103 paling aktif. Stabilitas risiko kredit Indonesia, yang ditunjukkan oleh Credit Default Swap 5 tahun di level 73-75 basis poin, juga mendukung minat investor terhadap SUN sebagai pilihan investasi yang menarik. (BNI Sekuritas)

Harga Emas Dunia Melonjak karena Ketegangan Perdagangan dan Melemahnya Dolar AS

Senin (21/7) kemarin, harga emas dunia melonjak melewati $3.390 per ons. Ini menjadi level tertinggi sejak pertengahan Juni 2025, karena melemahnya dolar AS dan turunnya imbal hasil (naiknya harga) obligasi negara AS.

Ketegangan perdagangan global menjadi pemicu utama, dengan AS di bawah pimpinan Presiden Trump menetapkan tenggat tarif pada 1 Agustus 2025, termasuk tarif dasar 10% untuk mitra dagang seperti Uni Eropa.

Meski Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, optimistis mencapai kesepakatan, Uni Eropa bersiap meluncurkan tarif balasan karena peluang kesepakatan memudar. Hal ini mendorong investor mencari emas sebagai aset aman.

Selain itu, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada September 2025, dengan peluang 60%, juga meningkatkan daya tarik emas.

Spekulasi tentang perubahan kepemimpinan di The Fed dan ketidakpastian kebijakan moneter membuat investor lebih memilih emas untuk melindungi nilai aset mereka. Kondisi ini diperparah oleh pelemahan dolar AS, yang membuat emas lebih terjangkau bagi investor global, sehingga harga terus naik di tengah ketidakpastian ekonomi.

Yield Treasury AS Turun Akibat Ketegangan Tarif dan Ketidakpastian Federal Reserve

Imbal hasil (yield) obligasi Treasury AS 10 tahun turun hampir 5 basis poin ke 4,37% pada Senin, 21 Juli 2025, mencapai level terendah dalam lebih dari seminggu.

Penurunan ini terjadi karena investor khawatir dengan tarif perdagangan AS yang akan berlaku pada 1 Agustus 2025, seperti ditegaskan oleh Menteri Perdagangan Howard Lutnick sebagai tenggat waktu ketat. Ketidakpastian ini mendorong investor mencari keamanan di obligasi Treasury, sehingga harga obligasi naik dan yield turun.

Spekulasi tentang perubahan di Federal Reserve juga memengaruhi pasar. Kritik Presiden Trump terhadap Ketua Fed Jerome Powell, serta pernyataan Menteri Keuangan Scott Bessent tentang perlunya evaluasi ulang Federal Reserve, memicu ketidakpastian.

Meskipun laporan tentang kemungkinan pemecatan Powell dibantah, isu ini membuat investor lebih memilih obligasi Treasury sebagai aset aman, yang semakin menekan yield. (Trading Economics)

Penurunan yield Treasury AS dapat meningkatkan minat investor terhadap Surat Utang Negara (SUN) karena sentimen positif di pasar obligasi global.

Ketika yield Treasury turun, SUN menjadi lebih menarik karena yield-nya yang relatif stabil, seperti 6,51% untuk SUN tenor 10 tahun. Ketegangan tarif dan ketidakpastian Federal Reserve mendorong investor mencari aset aman di pasar emerging seperti Indonesia, sehingga harga SUN berpotensi naik dan yield-nya sedikit turun dalam jangka pendek.

Factors to Watch:

1. Global:

  • Perang Dagang AS-Uni Eropa dan Tarif AS: Kebijakan tarif tinggi AS di bawah Presiden Donald Trump (berlaku per 1 Agustus 2025, dengan tarif 19% untuk Indonesia) menciptakan ketidakpastian, mendorong aksi jual asing (net sell Rp58,01 triliun di pasar saham hingga 17 Juli 2025, menurut Bank Indonesia). Ini memengaruhi aliran modal ke pasar saham dan obligasi.
  • Kebijakan Moneter The Fed: Suku bunga The Fed yang masih tinggi (4,25%-4,50% setelah pemangkasan 100 basis poin sejak 2024) dan potensi penundaan pemangkasan hingga Oktober 2025 membuat investor asing lebih memilih aset aman seperti obligasi AS atau emas, bukan saham emerging markets.
  • Geopolitik dan Inflasi: Konflik geopolitik (di Timur Tengah dan Eropa Timur) meningkatkan permintaan emas sebagai asset safe haven. Inflasi global yang masih di atas target 2% juga mendukung daya tarik emas dan obligasi jangka pendek.

    2. Nasional:
  • Pelemahan Rupiah: Tren pelemahan rupiah sebesar 5,6% year-to-date hingga Rp16.319 per dolar AS meningkatkan risiko valuta asing untuk investasi berbasis dolar dan memengaruhi biaya impor, yang dapat menekan saham sektor konsumsi.
  • Permintaan Domestik: Investor domestik, termasuk institusi seperti BPJS Ketenagakerjaan, mendorong penguatan IHSG melalui saham teknologi dan properti (naik 7,74% dan 5,01% pada 21 Juli 2025), menunjukkan ketahanan pasar lokal meskipun ada net sell asing.
  • Kebijakan Bank Indonesia: BI menjaga likuiditas melalui lelang VRRR Rp84.975 miliar, mendukung stabilitas pasar SBN dan reksa dana pendapatan tetap, menurut Kontan.

Rekomendasi Investasi

1. Jangka Pendek (s.d. 1 Tahun):

  • Reksa Dana Pasar Uang (RDPU): Pilih reksa dana pasar uang dengan portofolio obligasi jangka pendek dan deposito untuk stabilitas dan likuiditas tinggi, cocok menghadapi volatilitas pasar akibat tarif AS.
  • Emas: Emas tetap menarik sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik, meskipun harganya berpotensi terkoreksi jangka pendek karena dolar AS yang kuat.
  • SBN: Tenor pendek memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli s.d. 7 Agustus mendatang dengan kupon 6,25% per tahun untuk tenor 2 tahun dapat menjadi pilihan tepat.

2. Jangka Menengah (1-5 Tahun):

  • Reksa Dana Obligasi: Reksa dana obligasi korporasi atau pemerintah dengan durasi menengah (3-5 tahun) menawarkan keseimbangan antara imbal hasil dan risiko yang menawarkan potensi yield 6-8%.
  • Emas: Emas diprediksi naik ke $3.675/oz pada Q4 2025, didorong oleh permintaan bank sentral dan ketidakpastian perdagangan. Investasi melalui ETF emas atau reksa dana emas lebih praktis untuk diversifikasi.
  • SBN: tenor menengah (4 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli s.d. 7 Agustus mendatang dengan kupon indikatif 6,35% untuk tenor 4 tahun dapat menjadi pilihan tepat.

3. Jangka Panjang (> 5 Tahun):

  • Reksa Dana Saham: Pilih reksa dana saham berbasis indeks (misalnya, LQ45) untuk pertumbuhan jangka panjang, didukung oleh prospek ekonomi Indonesia yang solid dan inflasi rendah.
  • Emas: Emas berpotensi mencapai $4.000/oz pada 2026, menjadikannya aset diversifikasi strategis terhadap risiko stagflasi dan depresiasi mata uang. Pertimbangkan alokasi 5-10% dari portofolio.
  • Reksa Dana Pendapatan Tetap berisi portofolio obligasi jangka panjang seperti (10 tahun atau lebih) cocok untuk investor yang mencari imbal hasil stabil dengan risiko minimal, terutama dengan dukungan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

tanamduit Team

tanamduit adalah platform digital untuk berinvestasi berbagai produk reksa dana, SBN, emas, dan asuransi yang sudah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile