tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG naik tipis, menghentikan penurunan 6 hari beruntun. Namun, indeks saham lainnya masih mengalami penurunan.
- Harga Surat Utang Negara relatif stabil Jumat (20/12) lalu.
- Rupiah ditutup menguat sekitar 0,5% Jumat (20/12) lalu.
- Berbagai bank sentral telah melakukan intervensi untuk menahan pelemahan lebih lanjut mata uangnya terhadap US Dollar.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 20 Desember 2024.
IHSG Naik Tipis Memutuskan Penurunan 6 Hari Beruntun, Namun Indeks Saham Lainnya Masih Melanjutkan Penurunan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup stagnan dengan kenaikan tipis 6,62 poin atau 0,09% ke posisi 6.983,86 pada penutupan perdagangan Jumat (20/12/2024) pekan lalu.
Nilai transaksi IHSG tercatat Rp12,48 triliun dan investor asing masih melanjutkan net sell sebesar Rp418 miliar.
Kenaikan tipis IHSG didominasi oleh saham BREN yang naik +4,25%. Namun, saham-saham bank besar menekan IHSG, seperti BBRI yang -0,73%, BBCA -0,26% dan BBNI -1,16%.
Kenaikan IHSG tidak diikuti oleh indeks saham lainnya. Indeks lain justru mengalami penurunan karena saham BREN tidak termasuk dalam konstituen indeks, sedangkan sebagian saham yang menjadi konstituen mengalami penurunan. Indeks SRI Kehati -0,43%, IDX30 -0,26%, Bisnis27 -0,36%.
Faktor eksternal masih menjadi “cerita” penyebab turunnya saham-saham Indonesia.
Saham-saham turun karena ditinggalkan oleh investor asing yang memindahkan investasinya ke bursa dengan mata uang yang kuat dan menawarkan kinerja yang lebih baik, terutama Amerika Serikat.
Amerika Serikat menawarkan naiknya nilai US Dollar dan yield obligasi US Treasury, yang saat ini berada di level 4,5%. (IDX, tanamduit)
Harga Surat Utang Negara Masih Mengalami Tekanan
Hari Jumat 20 Desember 2024, harga dan yield surat utang negara (SBN) Indonesia masih mengalami tekanan.
Yield SBN 10 tahun naik ke 7,1067% dari sebelumnya 7,1054%. Hal ini disebabkan oleh kondisi perekonomian global yang tidak menentu, terutama setelah US Federal Reserve memangkas suku bunga Federal Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin pada pertemuan FOMC Desember 2024, serta dot plot 2025 yang menyiratkan hanya terjadi 2 kali penurunan suku bunga USD total 50 bps.
Selain itu, Bank Indonesia juga mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00% untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah.
Di masa depan, terdapat prospek (kemungkinan) bahwa volatilitas harga dan yield SBN akan tetap tinggi karena ketidakpastian kebijakan suku bunga global dan domestik. (IDX Channel)
Pelemahan Rupiah Terhenti Hari Jumat Lalu Setelah Menguat Sekitar 0,50%
Pada penutupan perdagangan Jumat (20/12), nilai rupiah di pasar spot akhirnya berhasil menguat.
Penguatan rupiah sepanjang Jumat lalu didukung oleh bangkitnya kepercayaan diri di pasar setelah Bank Indonesia memastikan akan terus “berjaga” di pasar, menstabilkan nilai tukar. Intervensi dilakukan di pasar spot, pasar NDF domestik, serta pasar Surat Berharga Negara (SBN). (Bloomberg Technoz)
Berbagai Bank Sentral Melakukan Intervensi Besar Menghadapi US Dollar yang Menguat Tajam
Penguatan mata uang US Dollar, yang tercermin pada US Dollar Index, terjadi sejak akhir September lalu.
Dollar sempat turun menyentuh angka 100,24. Namun, karena masih kuatnya ekonomi Amerika Serikat yang tercermin dari masih tingginya inflasi AS, dan kemenangan Donald Trump di bulan November yang menyiratkan kebijakan inflationary, telah membuat US Dollar Index naik sangat kuat.
Data terkini menunjukkan bahwa US Dollar Index berada di level 107.
Penguatan US Dollar Index ini membuat berbagai mata uang lainnya melemah drastis terhadap US Dollar dan memaksa para bank sentral melakukan intervensi untuk mempertahankan mata uangnya agar tidak melemah lebih lanjut.
Di Brasil, bank sentral dilaporkan telah menghabiskan sekitar US$17 miliar dalam sepekan terakhir untuk mengintervensi pasar demi menahan kejatuhan mata uang real. Nilai ini setara dengan Rp275,31 triliun.
Di Hungaria, jurus berbeda ditempuh oleh bank sentral Hungaria. Otoritas moneter Hungaria “mengerek” suku bunga penawaran swap mata uang asing (fx-swap) demi menahan pelemahan mata uang forint.
Sementara itu, di Indonesia, cadangan devisa sudah tergerus sekitar USD990 juta yang diperkirakan adalah intervensi Bank Indonesia dalam menstabilkan mata uang Rupiah. Angka ini bisa mengalami kenaikan dan akan terlihat di laporan 6 Januari 2025 nanti. (Bloomberg Technoz)
Ulasan
- Data ekonomi AS bulan November yang ditandai dengan inflasi konsumen (CPI) yang sesuai dengan ekspektasi pasar sebesar 2,70%, inflasi produsen (PPI) sebesar 3,0% yang jauh di atas perkiraan pasar (2,6%), dan meningkatnya pengangguran menjadi 4,2%, membuat pasar ragu bahwa US Fed akan menurunkan suku bunga lagi di minggu yang akan datang di pengujung tahun 2024.
- Diturunkannya suku bunga USD oleh the Fed sebesar 25 bp (basis poin) Rabu (18/12), dan dot plot 2025 yang memproyeksikan hanya 2 kali penurunan suku bunga US, menggambarkan ketidakpastian global di tahun 2025.
- Di lain pihak, Bank Indonesia juga mempertahankan BI Rate di level 6% pada Rabu, 18 Desember 2024. Pernyataan Gubernur Bank Indonesia yang bernada hawkish (suku bunga tinggi) karena masih tingginya suku bunga USD dan masih kuatnya mata uang US Dollar, juga menggambarkan masih tingginya ketidakpastian di tahun 2025.
- Harga saham di BEI masih akan tetap volatile. Butuh waktu agar harga saham kembali ke level tertinggi di atas 7.700. Demikian halnya dengan yield Surat Utang Negara.
- Harga emas diperkirakan akan volatile. Nilai emas “tarik-menarik”, antara masih akan tingginya suku bunga USD yang menahan kenaikan harga emas, dan situasi ketegangan politik yang masih tinggi di Rusia-Ukraina dan Israel-Hamas, serta Hizbullah-Iran.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi di reksa dana berbasis saham secara rutin. Harga-harga saham dalam jangka panjang memberikan return yang lebih tinggi dibanding bunga deposito.
- Pengambilalihan kekuasaan di Syria & ketidakstabilan politik di Korea Selatan menambah ketidakpastian global. Ini membuat permintaan terhadap emas sebagai aset safe haven menjadi semakin layak untuk menjadi portofolio lindung nilai.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.