Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 23 April 2024:
IHSG Naik Hari Selasa (23/4) Kemarin
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 36,99 poin (0,52%) ke 7.110,81 pada Selasa (23/4) kemarin. Kenaikan IHSG sejalan dengan kenaikan indeks saham lainnya, seperti LQ45, IDX30, Bisnis27, dan SRI Kehati.
Penyebab terjadinya kenaikan ini adalah penolakan Mahkamah Konstitusi terhadap seluruh gugatan Paslon Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud untuk mendiskualifikasi Paslon Prabowo-Gibran sebagai Capres dan Cawapres terpilih.
Selain itu, data surplus neraca perdagangan RI sebesar USD4,47 M di bulan Maret juga memberikan sentimen positif terhadap IHSG.
Lebih lanjut, saham BBCA–perusahaan berkapitalisasi terbesar di BEI–naik 4,01%, menjadi kontributor terbesar atas kenaikan IHSG.
Harga Emas Merosot Karena Permintaan Safe Haven Berkurang
Harga emas turun di perdagangan Asia pada hari Selasa (23/4) kemarin. Meredanya kekhawatiran atas ketegangan geopolitik di Timur Tengah melemahkan permintaan safe haven logam kuning.
Emas spot turun 0,9% menjadi $2,305.14 per ounce (ons). Sementara itu, emas berjangka yang berakhir pada bulan Juni, turun 1,1% menjadi $2,319.70 per ounce pada pukul 00:45 ET (04:45 GMT).
Harga spot saat ini diperdagangkan jauh di bawah rekor tertinggi yang dicapai pada awal April, sekitar $2,430 per ounce.
Emas telah menjadi “darling” dari meningkatnya permintaan safe haven selama dua minggu terakhir, setelah Iran dan Israel saling menyerang. Namun, setelah serangan terbaru Israel terhadap Iran, laporan menunjukkan bahwa Teheran tidak segera melakukan pembalasan.
Selain itu, suku bunga yang lebih tinggi menjadi pertanda buruk bagi emas, karena meningkatkan biaya peluang berinvestasi pada logam kuning. (Investing)
Pasar Menanti Keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia
Rupiah mulai menguat dua hari beruntun jelang pengumuman suku bunga Bank Indonesia (BI).
Pada penutupan kemarin, Selasa (23/4), rupiah bertengger di Rp16.215/US$, menguat 0,09% dalam sehari. Posisi ini selaras dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya yang juga mengalami apresiasi sebesar 0,12%.
Penguatan rupiah juga sejalan dengan tekanan indeks dolar AS (DXY) yang mulai mereda. Pada waktu yang sama mendekati penutupan rupiah kemarin, sekitar pukul 14.59 WIB, nilai DXY sudah turun ke angka 105,94 atau melemah 0,12%.
Pasar pada hari ini, Rabu (24/4), akan berfokus menunggu hasil RDG BI yang akan disampaikan sekitar pukul 14.00 WIB.
Salah satu yang menjadi perhatian pelaku pasar adalah data suku bunga (BI Rate) yang akan disampaikan BI. Saat ini, suku bunga BI masih berada di angka 6%. BI telah menahan suku bunga pada level tersebut sepanjang lima bulan terakhir.
Sebagian pelaku pasar memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga di tengah pelemahan nilai tukar.
Polling yang dihimpun oleh CNBC Indonesia Research dari 14 institusi menunjukkan bahwa sembilan institusi memproyeksi bahwa BI masih akan menahan suku bunga. Namun, lima institusi lainnya memproyeksikan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ke level 6,25%. (CNBC Indonesia)
Factors to Watch
- Fundamental ekonomi Indonesia masih tetap solid. Angka inflasi 3,1%–masih terjaga di rentang target Bank Indonesia 2,5% + 1%. Cadangan devisa masih cukup besar di level USD150 M. Pertumbuhan ekonomi masih berada di angka 5%, dan berbagai indikator lainnya.
- Rupiah masih akan berada di level 16.000an dalam jangka pendek. Harga-harga saham dan yield obligasi juga masih akan volatile.
- Apabila rupiah masih melemah, Bank Indonesia berpotensi menaikkan BI Rate untuk menahan pelemahan rupiah lebih lanjut.
- IHSG masih akan volatile dalam jangka pendek. Sementara itu, yield Surat Utang Negara (SUN) masih berpotensi naik, menyesuaikan yield US Treasury.
- Jika Bank Indonesia menaikkan BI Rate untuk mencegah melemahnya rupiah lebih lanjut, yield SUN sangat berpotensi untuk naik, atau harga obligasi akan turun.
- Jika ketegangan di Timur Tengah meningkat, terlebih jika Israel melakukan serangan balasan ke Iran, maka besar kemungkinan pasokan minyak akan terganggu, karena pasokan terbesar berasal dari kawasan Timur Tengah. Hal ini akan membuat harga minyak dunia melonjak naik. Selain itu, pasokan bahan baku juga akan terganggu dan mendorong terjadinya kelangkaan barang. Situasi ini dapat memicu naiknya inflasi.
Rekomendasi:
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk overweight atau memperbanyak investasi di reksa dana pasar uang.
- Untuk sementara waktu dan untuk jangka pendek, tunda investasi di reksa dana berbasis saham. Namun, untuk jangka panjang, tetaplah berinvestasi secara rutin di reksa dana berbasis saham.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), yang memperoleh izin dari dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas, baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Namun, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian tulisan ini atau kelalaian dari atau kerugian apapun yang diakibatkan dari penggunaan tulisan ini. Pendapat yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Pembaca tulisan ini diwajibkan membaca prospektus dan memahami produk yang akan dibeli atau dijual sebelum melakukan transaksi pembelian dan/atau penjualan. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja yang akan datang.