fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 24 Juli 2025

tanamduit Breakfast News: 24 Juli 2025

oleh | Jul 24, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.

Ringkasan Market Update:

    • Lonjakan Sektor Teknologi Dorong IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sejak 2024
    • Harga SUN Relatif Stabil di Tengah Kenaikan Yield US Treasury
    • Kesepakatan Dagang Tekan Harga Emas
    • Imbal Hasil Obligasi AS Naik Dipicu Optimisme Kesepakatan Dagang

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 23 Juli 2025.

Lonjakan Sektor Teknologi Dorong IHSG Cetak Rekor Tertinggi Sejak 2024

Pada 23 Juli 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 1,7% ke level 7.469,23, mencatatkan rekor tertinggi sejak 2024.

Kenaikan ini didorong oleh penguatan mayoritas sektor saham, terutama sektor teknologi yang naik 7,93%. Saham DCII milik Toto Sugiri menjadi penyumbang utama dengan kenaikan 19,99% ke Rp346.725 per saham.

Selain teknologi, sektor properti dan industri juga turut mendukung kenaikan IHSG, masing-masing naik 2,39% dan 2,91%. Saham unggulan seperti Astra (ASII) menguat 5,54% karena sentimen positif dari pameran otomotif GIIAS 2025, sementara saham GOTO naik 3,45%.

Namun, saham Prajogo Pangestu seperti BREN dan CUAN sedikit melemah, menjadi pemberat IHSG.

Kenaikan IHSG juga dipengaruhi oleh sentimen global, seperti kesepakatan dagang antara AS, Jepang, dan Indonesia, yang menurunkan tarif impor.

Total transaksi pasar mencapai Rp 15,9 triliun dengan volume perdagangan 29,7 miliar saham. Angka ini menunjukkan aktivitas pasar yang aktif dan kapitalisasi pasar yang tembus Rp 13.450 triliun.

Harga SUN Relatif Stabil di Tengah Kenaikan Yield US Treasury

Harga Surat Utang Negara (SUN) pada 23 Juli 2025 bergerak bervariasi, dengan yield SUN 5-tahun (FR0104) naik tipis 1 basis poin menjadi 6,03%, sementara yield SUN 10-tahun (FR0103) tetap di 6,47%. Menurut data Bloomberg, yield curve SUN 10-tahun juga naik sedikit menjadi 6,50%.

Volume transaksi SUN di pasar sekunder mencapai Rp23 triliun, lebih rendah dibandingkan hari sebelumnya yang sebesar Rp38,9 triliun. Seri FR0106 dan FR0103 paling aktif.

Pasar obligasi global menunjukkan sentimen sedikit negatif karena kenaikan yield US Treasury, tetapi kondisi di Indonesia tetap stabil dengan Credit Default Swap 5-tahun di level 72 basis poin. Nilai tukar rupiah juga menguat tipis ke Rp16.303 per dolar AS.

Dengan kondisi ini, permintaan untuk SUN berdenominasi rupiah diperkirakan tetap stabil. (BNI Sekuritas)

Kesepakatan Dagang Tekan Harga Emas

Harga emas turun ke sekitar $3.420 per ons pada Rabu, 23 Juli 2025, setelah tiga hari naik dan mencapai level tertinggi dalam lima minggu.

Penurunan ini terjadi karena kesepakatan dagang besar antara AS dan Jepang, yang menurunkan tarif impor dari 25% menjadi 15%, serta kesepakatan serupa dengan Filipina dan Indonesia. Kesepakatan ini mengurangi daya tarik emas sebagai aset aman karena meningkatkan optimisme di pasar.

Meski begitu, pasar tetap waspada karena negosiasi dengan mitra dagang lain, seperti Uni Eropa, masih buntu, dengan risiko tidak tercapainya kesepakatan.

Selain itu, perhatian investor tertuju pada pertemuan Federal Reserve minggu depan, yang diperkirakan tidak mengubah suku bunga, tetapi kemungkinan pemotongan suku bunga pada Oktober masih dinantikan. (Trading Economics)

Imbal Hasil Obligasi AS Naik Dipicu Optimisme Kesepakatan Dagang

Imbal hasil atau yield obligasi Treasury AS bertenor 10 tahun naik menjadi 4,38% pada Rabu, 23 Juli 2025, setelah enam sesi melemah, karena minat investor terhadap aset aman menurun.

Kenaikan ini dipicu oleh optimisme pasar setelah Presiden Trump mengumumkan kesepakatan dagang dengan Jepang yang menurunkan tarif impor dari 25% menjadi 15%, disertai janji investasi Jepang sebesar $550 miliar di AS dan pembukaan pasar untuk barang Amerika.

Kesepakatan serupa dengan Filipina juga meningkatkan harapan akan perjanjian dengan Uni Eropa.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS menyatakan tidak ada rencana segera untuk mengganti Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Pekan depan, Federal Reserve akan mengadakan pertemuan, dan pasar memperkirakan suku bunga tidak akan berubah karena para pembuat kebijakan masih memantau dampak inflasi dari perkembangan perdagangan global. (Trading Economics)

Factors to Watch:

1. Global:

  • Pasar global saat ini dipengaruhi oleh optimisme kesepakatan dagang, seperti penurunan tarif AS-Jepang dari 25% ke 15%, serta kesepakatan dengan Indonesia dan Filipina, yang meningkatkan sentimen investor dan mengurangi daya tarik aset safe haven seperti emas dan obligasi. Namun, ketidakpastian perdagangan dengan Uni Eropa dan potensi tarif terhadap negara BRICS dapat memicu volatilitas pasar.
  • Kebijakan Moneter The Fed: Suku bunga The Fed yang masih tinggi (4,25%-4,50% setelah pemangkasan 100 basis poin sejak 2024) dan potensi penundaan pemangkasan hingga Oktober 2025 membuat investor asing lebih memilih aset aman seperti obligasi AS atau emas, bukan saham emerging markets.
  • Geopolitik dan Inflasi: Konflik geopolitik (di Timur Tengah dan Eropa Timur) meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven. Inflasi global yang masih di atas target 2% juga mendukung daya tarik emas dan obligasi jangka pendek.

2. Nasional:

  • Pelemahan Rupiah: Tren pelemahan rupiah sebesar 5,6% year-to-date hingga Rp16.319 per dolar AS meningkatkan risiko valuta asing untuk investasi berbasis dolar dan memengaruhi biaya impor, yang dapat menekan saham sektor konsumsi.
  • Permintaan Domestik: Investor domestik, termasuk institusi seperti BPJS Ketenagakerjaan, mendorong penguatan IHSG melalui saham teknologi dan properti (naik 7,74% dan 5,01% pada 21 Juli 2025), menunjukkan ketahanan pasar lokal meskipun ada net sell asing.
  • Kebijakan Bank Indonesia: BI menjaga likuiditas melalui lelang VRRR Rp84.975 miliar, mendukung stabilitas pasar SBN dan reksa dana pendapatan tetap, menurut Kontan.

Rekomendasi Investasi

1. Jangka Pendek (s.d. 1 Tahun):

  • Reksa Dana Pasar Uang (RDPU): Pilih reksa dana pasar uang dengan portofolio obligasi jangka pendek dan deposito untuk stabilitas dan likuiditas tinggi, cocok menghadapi volatilitas pasar akibat tarif AS.
  • Emas: Emas tetap menarik sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik, meskipun harganya berpotensi terkoreksi jangka pendek karena dolar AS yang kuat.
  • SBN: Tenor pendek (2 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli s.d. 7 Agustus mendatang dengan kupon 6,25% per tahun untuk tenor 2 tahun dapat menjadi pilihan tepat.

2. Jangka Menengah (1-5 Tahun):

  • Reksa Dana Obligasi: Reksa dana obligasi korporasi atau pemerintah dengan durasi menengah (3-5 tahun) menawarkan keseimbangan antara imbal hasil dan risiko yang menawarkan potensi yield 6-8%.
  • Emas: Emas diprediksi naik ke $3.675/oz pada Q4 2025, didorong oleh permintaan bank sentral dan ketidakpastian perdagangan. 
  • SBN: tenor menengah (4 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli s.d. 7 Agustus mendatang dengan kupon indikatif 6,35% untuk tenor 4 tahun dapat menjadi pilihan tepat.

3. Jangka Panjang (>5 Tahun):

  • Reksa Dana Saham: Pilih reksa dana saham berbasis indeks (misalnya, LQ45) untuk pertumbuhan jangka panjang, didukung oleh prospek ekonomi Indonesia yang solid dan inflasi rendah.
  • Emas: Emas berpotensi mencapai $4.000/oz pada 2026, menjadikannya aset diversifikasi strategis terhadap risiko stagflasi dan depresiasi mata uang. Pertimbangkan alokasi 5-10% dari portofolio.
  • Reksa Dana Pendapatan Tetap berisi portofolio obligasi jangka panjang seperti (10 tahun atau lebih) cocok untuk investor yang mencari imbal hasil stabil dengan risiko minimal, terutama dengan dukungan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

tanamduit Team

tanamduit adalah platform digital untuk berinvestasi berbagai produk reksa dana, SBN, emas, dan asuransi yang sudah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile