tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Naik Lagi, Didorong Saham Bank Besar dan Kesepakatan Dagang.
- Harga Obligasi Negara Terkoreksi Karena Sentimen Negatif Melemahnya Harga Obligasi Treasury AS.
- Ekonomi AS Menguat, Berpotensi Penurunan Suku Bunga USD Tertahan.
- Harga Emas Turun Akibat Optimisme Perdagangan.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 24 Juli 2025.
IHSG Naik Lagi, Didorong Saham Bank Besar dan Kesepakatan Dagang
IHSG naik 0,83% ke level 7.530,9, menembus rekor tertinggi tahun ini.
Kenaikan IHSG didorong oleh saham-saham bank besar, seperti SMMA, BBRI, dan BMRI yang melonjak signifikan, menyumbang poin besar bagi indeks. Sektor finansial menjadi penggerak utama. Saham seperti ASII yang turut menguat juga menjadi penggerak indeks.
Selain saham, kesepakatan dagang AS dengan Jepang dan tanda-tanda kesepakatan dengan Uni Eropa memicu optimisme di pasar saham Asia, termasuk IHSG. Indeks ini sejalan dengan bursa Asia lainnya yang juga ditutup positif, menjadikan IHSG salah satu yang terkuat di kawasan.
Meski IHSG kuat, ada catatan penting. Dominasi saham konglomerasi, seperti milik Prajogo Pangestu, mencapai 48% pengaruh terhadap IHSG.
Namun, suspensi saham seperti CDIA dan DCII, serta potensi aksi ambil untung, bisa memicu koreksi indeks dalam waktu dekat.
Harga Obligasi Negara Terkoreksi Karena Sentimen Negatif Melemahnya Harga Obligasi Treasury AS
Harga Surat Utang Negara (SUN) sedikit turun (yield turun) karena kenaikan yield.
Yield SUN 5-tahun naik 3 basis poin menjadi 6,06%, sedangkan SUN 10-tahun naik 3 basis poin ke 6,50%. Volume transaksi SUN mencapai Rp25,2 triliun, lebih tinggi dari hari sebelumnya, dengan seri FR0104 dan FR0103 paling aktif.
Obligasi korporasi juga mencatat transaksi Rp2,4 triliun, sementara nilai tukar rupiah sedikit menguat ke Rp16.295 per dolar AS.
Pasar global menunjukkan sentimen negatif dengan kenaikan yield US Treasury 5-tahun (harga turun) ke 3,98% dan 10-tahun ke 4,43%.
Namun, Credit Default Swap Indonesia stabil di 71-75 basis poin, menandakan kepercayaan investor terhadap Indonesia masih kuat. Dengan kondisi ini, permintaan untuk SUN berdenominasi rupiah diperkirakan tetap stabil. (BNI Sekuritas)
Ekonomi AS Menguat, Penurunan Suku Bunga USD Berpotensi Tertahan
Indeks PMI Komposit AS dari S&P Global melonjak ke 54,6 pada Juli 2025 dari 52,9 di Juni, mencatat pertumbuhan ekonomi tercepat tahun ini.
Sektor jasa memimpin dengan ekspansi terkuat sejak Desember lalu, sementara manufaktur tumbuh lebih lambat. Lapangan kerja di sektor swasta terus meningkat, namun kepercayaan bisnis merosot karena kekhawatiran atas pemotongan anggaran federal dan tarif.
Kenaikan biaya upah dan tarif mendorong inflasi harga input, yang diteruskan ke konsumen, sehingga inflasi harga output mencapai salah satu level tertinggi dalam tiga tahun.
Pertumbuhan ekonomi AS dan inflasi yang meningkat dapat mendorong Federal Reserve untuk mempertahankan atau menaikkan suku bunga USD guna mengendalikan inflasi, terutama jika tekanan harga berlanjut.
Di Indonesia, penguatan USD akibat suku bunga tinggi dapat menekan nilai tukar Rupiah, mendorong Bank Indonesia untuk menyesuaikan suku bunga Rupiah agar menjaga stabilitas ekonomi dan mencegah pelemahan lebih lanjut. (Trading Economics)
Harga Emas Turun Akibat Optimisme Perdagangan
Kamis (24/7), harga emas turun di bawah $3.380 per ons melanjutkan penurunan lebih dari 1% dari sesi sebelumnya.
Optimisme atas kesepakatan perdagangan baru antara AS dan mitra utama, seperti Uni Eropa yang menuju tarif 15% untuk barang masuk ke AS, mengurangi daya tarik emas sebagai aset aman. Kesepakatan serupa dengan Jepang juga telah tercapai, meskipun ancaman tarif 15-50% untuk negara seperti Korea Selatan dan India masih memicu kewaspadaan.
Pasar juga menanti pertemuan Federal Reserve minggu depan, yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, dengan potensi penurunan pada Oktober.
Ketidakpastian soal pembicaraan AS dengan China, yang akan digelar pekan depan, turut memengaruhi sentimen. Penurunan harga emas ini mencerminkan harapan pasar terhadap stabilitas ekonomi global yang lebih baik. (Trading Economics)
Factors to Watch:
1. Global:
- Pasar global saat ini dipengaruhi oleh optimisme kesepakatan dagang, seperti penurunan tarif AS-Jepang dari 25% ke 15%, serta kesepakatan dengan Indonesia dan Filipina, yang meningkatkan sentimen investor dan mengurangi daya tarik aset safe haven seperti emas dan obligasi. Namun, ketidakpastian perdagangan dengan Uni Eropa dan potensi tarif terhadap negara BRICS dapat memicu volatilitas pasar.
- Kebijakan Moneter The Fed: Suku bunga The Fed yang masih tinggi (4,25%-4,50% setelah pemangkasan 100 basis poin sejak 2024) dan potensi penundaan pemangkasan hingga Oktober 2025 membuat investor asing lebih memilih aset aman seperti obligasi AS atau emas, bukan saham emerging markets.
- Geopolitik dan Inflasi: Konflik geopolitik (di Timur Tengah dan Eropa Timur) meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe haven. Inflasi global yang masih di atas target 2% juga mendukung daya tarik emas dan obligasi jangka pendek.
2. Nasional:
- Pelemahan Rupiah: Tren pelemahan rupiah sebesar 5,6% year-to-date hingga Rp16.319 per dolar AS meningkatkan risiko valuta asing untuk investasi berbasis dolar dan memengaruhi biaya impor, yang dapat menekan saham sektor konsumsi.
- Permintaan Domestik: Investor domestik, termasuk institusi seperti BPJS Ketenagakerjaan, mendorong penguatan IHSG melalui saham teknologi dan properti (naik 7,74% dan 5,01% pada 21 Juli 2025), menunjukkan ketahanan pasar lokal meskipun ada net sell asing.
- Kebijakan Bank Indonesia: BI menjaga likuiditas melalui lelang VRRR Rp84.975 miliar, mendukung stabilitas pasar SBN dan reksa dana pendapatan tetap, menurut Kontan.
Rekomendasi Investasi
1. Jangka Pendek (s.d. 1 Tahun):
- Reksa Dana Pasar Uang (RDPU): Pilih reksa dana pasar uang dengan portofolio obligasi jangka pendek dan deposito untuk stabilitas dan likuiditas tinggi, cocok menghadapi volatilitas pasar akibat tarif AS.
- Emas: Emas tetap menarik sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik, meskipun harganya berpotensi terkoreksi jangka pendek karena dolar AS yang kuat.
- SBN: Tenor pendek (2 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli s.d. 7 Agustus mendatang dengan kupon 6,25% per tahun untuk tenor 2 tahun dapat menjadi pilihan tepat.
2. Jangka Menengah (1-5 Tahun):
- Reksa Dana Obligasi: Reksa dana obligasi korporasi atau pemerintah dengan durasi menengah (3-5 tahun) menawarkan keseimbangan antara imbal hasil dan risiko yang menawarkan potensi yield 6-8%.
- Emas: Emas diprediksi naik ke $3.675/oz pada Q4 2025, didorong oleh permintaan bank sentral dan ketidakpastian perdagangan. Investasi melalui ETF emas atau reksa dana emas lebih praktis untuk diversifikasi.
- SBN: tenor menengah (4 tahun) memberikan yield sekitar 6% dengan risiko rendah, didukung sentimen global positif. SBN seri SBR014 yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli s.d. 7 Agustus mendatang dengan kupon 6,35% untuk tenor 4 tahun dapat menjadi pilihan tepat.
3. Jangka Panjang (>5 Tahun):
- Reksa Dana Saham: Pilih reksa dana saham berbasis indeks (misalnya, LQ45) untuk pertumbuhan jangka panjang, didukung oleh prospek ekonomi Indonesia yang solid dan inflasi rendah.
- Emas: Emas berpotensi mencapai $4.000/oz pada 2026, menjadikannya aset diversifikasi strategis terhadap risiko stagflasi dan depresiasi mata uang. Pertimbangkan alokasi 5-10% dari portofolio.
- Reksa Dana Pendapatan Tetap berisi portofolio obligasi jangka panjang seperti (10 tahun atau lebih) cocok untuk investor yang mencari imbal hasil stabil dengan risiko minimal, terutama dengan dukungan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.