tanamduit menawarkan investasi AMAN dengan return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito.
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 25 Juli 2024:
IHSG Turun Moderat Hari Kamis (25/7)
IHSG turun 22,48 poin atau -0,31% ke 7.240,28 dan menjadi penurunan hari ke 3 berturut-turut selama minggu ini. Nilai transaksi tercatat sekitar Rp9,87 triliun lebih tinggi dari hari sebelumnya yang Rp7,37 triliun.
Investor asing melakukan net buy sekitar Rp398 miliar setelah hari sebelumnya net sell Rp369 miliar. Dari awal tahun (Year to Date/YTD), investor asing melakukan net sell senilai Rp2,823 triliun.
Penurunan IHSG kemarin seiring dengan penurunan indeks harga saham di Sebagian besar bursa lainnya, baik di Asia, Australia. dan Eropa.
Hal ini karena investor menunggu data-data ekonomi baru dari Amerika Serikat, antara lain data lapangan pekerjaan, Personal Consumption Expenditure (PCE) di minggu ini, serta hasil Federal Open Market Committee Meeting minggu yang akan datang.
Data tersebut akan menentukan apakah suku bunga USD akan segera turun di bulan September mendatang.
Yield Surat Utang Negara Turun (Harga Naik) Hari Kamis (25/7)
Harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada sesi perdagangan kemarin. Yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 3 basis poin menjadi 6,78%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun sebesar 2 basis poin menjadi 6,96%.
Nilai transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp16,6 triliun kemarin, lebih tinggi dari hari sebelumnya yang Rp11,7 triliun. Sementara itu, nilai transaksi obligasi korporasi secara outright traded tercatat sebesar Rp1,2 triliun.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS melemah sebesar 0,22% dari level Rp16.215/ US$ di hari Rabu menjadi Rp16.250/US$. (BNI Sekuritas)
Likuiditas Bank Kecil Tertekan
Pertumbuhan kredit yang tinggi year on year atau setahun terakhir pada bulan Mei yang lalu yang sekitar 12,15% menyebabkan bank-bank melakukan strategi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK).
Bank-bank besar melakukan penjualan sebagian SBN yang selama ini mereka pegang dan menghimpun dana pihak ketiga terutama dari tabungan yang bunganya sangat murah, antara 0,5%-1,0% per tahun, dengan iming-iming cash back dan hadiah menarik lainnya.
Bank-bank kecil yang tergabung pada Bank Buku 2 dan Bank Buku 1 sulit bersaing dalam penghimpunan dana dari produk tabungan harus bersaing pada produk deposito dan harus membayar bunga yang lebih tinggi dari Bank Buku 3 dan Buku 4.
Di lain pihak, bank kecil harus bersaing dengan bank besar dalam menyalurkan kredit. Bank besar menawarkan bunga yang lebih rendah, sehingga untuk bersaing bank kecil harus menawarkan bunga yang bersaing pula sehingga margin bunga bank kecil semakin tertekan.
Bank kecil menghadapi risiko kredit yang lebih besar seandainya mereka menerapkan bunga kredit yang tinggi untuk nasabah debiturnya. (Bloomberg Technoz)
Ekonomi AS Masih Belum Sepenuhnya Melemah
US Department of Commerce menyampaikan laporan estimasi awal pertumbuhan PDB sebesar 2,8% pada 2Q24, melampaui estimasi para ekonom yang disurvei Reuters, yang estimasinya adalah sebesar 2,0%.
Sementara itu, US Labor Department melaporkan initial jobless claims untuk minggu yang berakhir pada tanggal 20 Juli tercatat sebesar 235 ribu klaim, lebih rendah sekitar 10 ribu klaim dibandingkan minggu sebelumnya.
Angka initial jobless claims tersebut sedikit di bawah estimasi para ekonom yang disurvei oleh Reuters, yang memperkirakan 238 ribu klaim.
Dengan inflasi Juni AS yang relatif lebih lambat dibandingkan pertengahan 1H24, para pelaku pasar mengantisipasi US Federal Reserve dapat memangkas Federal Funds Rate (FFR).
Berdasarkan CME FedWatch Tools, para pelaku pasar tetap mengantisipasi the Fed dapat mulai memangkas FFR FOMC Meeting September mendatang. (BNI Sekuritas)
Harga Emas Turun Cukup Dalam Hari Kamis (25/7)
Harga emas dunia diperdagangkan pada level USD2.370 per ons pada hari Kamis (25/7), setelah hari sebelumnya berada di level USD2.410.
Penurunan ini karena sejumlah data ekonomi AS yang dirilis yang mendukung latar belakang bahwa ekonomi AS tetap tangguh terhadap lingkungan moneter restriktif saat ini.
PDB AS tumbuh sebesar 2,8% per tahun pada kuartal kedua, jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 2% dan meningkat dari ekspansi 1,4% pada periode sebelumnya.
Selain itu, pengukur inflasi yang mendasarinya tetap jauh di atas target Federal Reserve, membatasi besarnya penurunan suku bunga yang mungkin diperlukan dalam siklus pelonggaran yang akan datang.
Ulasan
- Kemungkinan diturunkannya suku bunga USD oleh US Fed di bulan September mendatang semakin besar. Hal ini karena data-data ekonomi AS menunjukkan pelemahan, antara lain inflasi bulan Juni turun ke 3% dari bulan sebelumnya 3,3% dan melemahnya lapangan pekerjaan, sehingga membuat US Dollar Index turun ke level 104.
- IHSG sangat berpotensi untuk naik minimal 5% lebih tinggi dibandingkan dengan posisi IHSG akhir tahun 2023 atau ke level 7.600 di akhir tahun 2024.
- Pengunduran diri Joe Biden mengikuti kontestasi sebagai calon Presiden di tahun 2024 akan membuat situasi politik AS dan juga situasi politik dunia untuk sementara menjadi tidak stabil dan akan ada dampaknya pada pasar keuangan dan komoditas. Pasar akan bersikap wait and see melihat perkembangan politik di AS.
- Harga emas diperkirakan masih akan naik karena beberapa bank sentral masih akan melanjutkan pembelian emas, terutama Bank Sentral China. Aksi tersebut bertujuan untuk diversifikasi risiko di tengah ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik yang masih belum mereda.
Rekomendasi
- Untuk jangka pendek, investor disarankan untuk tetap berinvestasi di reksa dana pasar uang karena masih memberikan return lebih tinggi dari bunga deposito.
- Untuk jangka menengah dan panjang, pertimbangkan untuk mengakumulasi reksa dana saham dan indeks saham. Hal ini karena menguatnya kemungkinan turunnya suku bunga US di bulan September mendatang dan mendorong investor global untuk mengalokasikan investasinya ke emerging countries, termasuk ke Indonesia, dan ini akan mendorong naiknya harga-harga saham di Bursa Efek Indonesia.
- Harga emas masih volatile. Dalam jangka menengah dan jangka panjang, harga emas diperkirakan masih akan naik karena beberapa bank sentral masih melakukan pembelian emas untuk diversifikasi risiko karena ketidakpastian global, baik dalam hal perekonomian maupun geopolitik yang masih memanas.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk menjadi portfolio investasi untuk jangka menengah dan panjang.
- Tetaplah berinvestasi secara rutin untuk mencapai tujuan keuangan. Pilih produk reksa dana yang sesuai dengan profil risiko masing-masing.
- Emas dapat dipertimbangkan untuk investasi jangka panjang karena nilai emas selalu mengalahkan inflasi.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.


