tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui penjelasan berikut.
Ringkasan Market Update:
- IHSG Naik 0,66% Menembus 7.200, Ditopang oleh Saham Grup Prajogo Pangestu
- Rupiah Menguat ke Rp16.217 Didukung oleh Sentimen Defisit AS
- Emas Melonjak Naik ke $3.350 Karena Kekhawatiran Tarif Trump Terhadap Uni Eropa dan Kebijakan Fiskal AS
- Indeks Dolar AS Tertekan di Bawah 100, Dipicu oleh Ancaman Tarif Trump Terhadap Uni Eropa dan Defisit AS
- SBN Syariah SR022 sudah bisa dibeli di tanamduit! Kupon (imbal hasil) 6,45%/tahun untuk tenor 3 tahun (SR022-T3) dan 6,55%/tahun untuk tenor 5 tahun (SR022-T5).
- Kupon SR022 menjadi kupon SR tertinggi sejak tahun 2020!
- Kupon SR022 dibayar setiap bulan di tanggal 10, modal dikembalikan saat jatuh tempo.
- Masa penawaran SR022: 16 Mei–18 Juni 2025.
Investasi SR022 di tanamduit, bonus total jutaan rupiah!
Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 23 Mei 2025.
IHSG Naik 0,66% Menembus 7.200, Ditopang oleh Saham Grup Prajogo Pangestu
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan tren bullish di sesi II siang hari pada 25 Mei 2025, mencatatkan penguatan tertinggi di level 7.223,25, dengan pergerakan berkisar antara 7.177,24–7.223,25.
Kenaikan ini menunjukkan optimisme pasar yang kuat, didorong oleh performa saham-saham unggulan di sektor barang baku (naik 3,16%), transportasi (1,23%), dan perindustrian (0,74%), yang menjadi penggerak utama laju indeks.
Nilai transaksi IHSG tercatat Rp12,13 triliun. Investor asing melakukan transaksi net buy senilai Rp622 miliar. Total net buy oleh investor asing tercatat sebesar Rp2,9 triliun sepanjang bulan Mei.
Saham big caps, khususnya PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) milik Prajogo Pangestu, menjadi bintang dengan melonjak 10,76% ke Rp10.550 per saham, menyumbang 23,22 poin atau 49,23% dari penguatan IHSG.
Sentimen positif ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap saham-saham berkapitalisasi besar, di tengah fundamental domestik yang kuat.
Investor disarankan memantau potensi volatilitas global, seperti kenaikan imbal hasil Treasury AS atau ketegangan geopolitik, sambil memanfaatkan momentum bullish ini dengan fokus pada saham sektor barang baku dan transportasi. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)
Rupiah Menguat ke Rp16.217 Didukung oleh Sentimen Defisit AS
Rupiah ditutup perkasa pada Jumat, 23 Mei 2025. Rupiah menguat 0,67% atau 110 poin ke level Rp16.217 per dolar AS, seiring melemahnya indeks dolar AS (DXY) sebesar 0,51% ke 99,44.
Penguatan ini selaras dengan mata uang Asia seperti yen Jepang (0,47%), dolar Singapura (0,50%), dan ringgit Malaysia (0,96%), meskipun peso Filipina dan dolar Hong Kong melemah.
Sentimen global didorong oleh pengesahan RUU pajak AS, dijuluki “One Big Beautiful Bill,” yang memotong pajak besar-besaran namun menambah defisit US$3,8 triliun, diperparah oleh penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s ke Aa1 akibat utang yang membengkak.
Di dalam negeri, likuiditas ekonomi tetap terjaga dengan pertumbuhan uang beredar (M2) sebesar 5,2% yoy pada April 2025, mencapai Rp9.390 triliun, meski melambat dari 6,1% pada Maret.
Pertumbuhan ini didukung oleh uang beredar sempit (M1) naik 6,0% dan uang kuasi 2,4%, meskipun penyaluran kredit melambat ke 8,5% dan tagihan pemerintah berkontraksi 21,0%.
Ketegangan perdagangan AS-UE dan negosiasi nuklir AS-Iran turut memengaruhi sentimen. Namun, fundamental domestik yang solid mendukung rupiah.
Pengamat Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah fluktuatif namun menguat ke Rp16.140–16.220 pada Senin, 26 Mei 2025. (IDX Channel, Bloomberg Technoz)
Emas Melonjak Naik ke $3.350 Karena Kekhawatiran Tarif Trump Terhadap Uni Eropa dan Kebijakan Fiskal AS
Harga emas melonjak lebih dari 1,5% pada Jumat, 23 Mei 2025, mencapai sekitar US$3.350 per ons, didorong oleh ketegangan perdagangan yang memicu penghindaran risiko.
Presiden AS Donald Trump mengusulkan tarif 50% pada impor Uni Eropa mulai 1 Juni dan mengancam tarif 25% pada produk Apple jika tidak memproduksi iPhone di AS.
Ancaman ini, ditambah dengan kurangnya kemajuan dalam negosiasi perdagangan, meningkatkan permintaan emas sebagai aset safe-haven, menempatkan emas di jalur kenaikan mingguan sekitar 3%.
Kekhawatiran fiskal AS juga mendukung kenaikan emas, dengan RUU pajak baru yang disahkan DPR dan menuju Senat diperkirakan menambah defisit anggaran sebesar US$3 triliun dalam dekade mendatang.
Penurunan peringkat kredit AS oleh Moody’s ke Aa1 akibat utang yang membengkak semakin memperkuat sentimen bullish emas.
Selain itu, ketegangan geopolitik, termasuk laporan potensi serangan Israel terhadap fasilitas nuklir Iran, turut mendorong investor beralih ke emas sebagai pelindung nilai. (Trading Economics)
Indeks Dolar AS Tertekan di Bawah 100 Dipicu oleh Ancaman Tarif Trump Terhadap Uni Eropa dan Defisit AS
Indeks dolar AS (DXY) sempat turun hingga 99,5 sebelum sedikit pulih pada hari Jumat, berada di level terendah dalam lebih dari dua minggu.
Penurunan ini dipicu oleh ancaman Presiden Trump untuk menerapkan tarif 50% pada barang-barang dari Uni Eropa mulai Juni. Langkah ini memicu kekhawatiran di pasar global, karena berpotensi mengurangi permintaan barang dari Eropa ke AS, serta menimbulkan ketidakpastian perdagangan.
Ancaman ini juga memicu penghindaran terhadap aset berdenominasi dolar, yang membuat mata uang, saham, dan obligasi Eropa dan Asia mengungguli dolar AS bulan ini.
Selain kebijakan perdagangan yang agresif, kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi AS juga diperburuk oleh potensi tarif tambahan terhadap barang-barang Apple. Kekhawatiran ini muncul di tengah pengesahan RUU pajak yang diperkirakan akan memperlebar defisit anggaran AS melebihi perkiraan.
Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun turun ke 4,45% setelah sempat mencapai 4,64%, dipengaruhi oleh ancaman tarif baru dan fokus pasar pada ketidakpastian kebijakan perdagangan.
Langkah Trump untuk memberlakukan tarif besar-besaran berisiko memicu pembalasan dari Eropa dan menghambat pembicaraan dagang dengan Tiongkok.
Pelemahan dolar dan turunnya imbal hasil obligasi juga diperkuat oleh kekhawatiran tentang memburuknya defisit anggaran AS.
Moody’s baru-baru ini menurunkan peringkat kredit AS karena kekhawatiran utang yang tidak berkelanjutan. Kantor Anggaran Kongres memperkirakan biaya RUU pajak yang baru disahkan akan mencapai hampir $4 triliun, menambah beban utang federal yang sudah mencapai $36 triliun.
Sentimen negatif ini membuat pasar mengalihkan perhatian dari dolar AS dan memperkuat aset-aset di kawasan lain. (Trading Economics)
Factors to Watch
Global:
1. Krisis Fiskal AS
- Utang AS mencapai US$36 triliun, ditambah RUU pajak baru yang meningkatkan defisit US$4 triliun, dengan peringkat kredit turun ke Aa1 oleh Moody’s. Imbal hasil Treasury 10-tahun turun ke 4,45%, membuat saham dan obligasi Indonesia lebih menarik.
-
Dampak: IHSG masih tren naik karena investor asing masuk. Namun, IHSG bisa goyah jika imbal hasil AS naik kembali. Harga SBN naik dan rupiah menguat karena dolar melemah (DXY 99,5).
2. Tarif Dagang Trump
- Ancaman tarif 50% pada impor Eropa dan 25% pada Apple memicu ketegangan perdagangan, melemahkan dolar, dan menaikkan harga emas. Konflik AS-Iran dan Israel-Iran menambah ketidakpastian.
-
Dampak: Saham berorientasi ekspor di IHSG berisiko turun. Namun, rupiah yang kuat membuat IHSG tetap menarik. SBN juga menarik dan emas jadi pilihan aman.
3. Kebijakan Moneter AS:
- Ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve pada September 2025 mendukung kenaikan harga saham dan obligasi di pasar negara berkembang (emerging markets). Saham AS rentan koreksi (P/E S&P 500 19x).
-
Dampak: Investor asing kembali masuk ke pasar saham Indonesia (khususnya saham perbankan dan big caps) dan SBN, menjadikan harga SBN kembali naik. Kebijakan moneter AS juga membuat rupiah kembali menguat.
Nasional:
1. Dampak Turunnya Suku Bunga BI ke 5,50%:
- Penurunan suku bunga BI ke 5,50% membuat IHSG dan SBN menguat. Inflasi terkendali (2,5% ± 1%), ekonomi tumbuh 4,6–5,4%, kredit tumbuh 8–11% dan Uang beredar (M2) naik 5,2%.
- Dampak: Saham perbankan dan sektor konsumsi naik, SBN lebih menarik, dan mata uang rupiah stabil.
2. Rupiah Tren Menguat:
- Rupiah masih tren menguat, didukung defisit transaksi berjalan rendah (US$0,2 miliar) dan surplus perdagangan nonmigas.
-
Dampak: Kepercayaan investor meningkat, IHSG dan SBN kuat, risiko nilai tukar kecil.
Rekomendasi Investasi:
1. Reksa Dana:
- Investor Agresif (Suka Risiko):
Overweight atau alokasikan 60%-70% ke reksa dana saham dan indeks saham yang memiliki portofolio sektor big caps dan bahan baku. Terapkan strategi investasi rutin Dollar Cost Averaging untuk memperoleh harga beli rata-rata yang rendah untuk menikmati hasil saat IHSG naik signifikan dalam jangka menengah dan Panjang.
- Investor Moderat:
Alokasikan 40%-50% di reksa dana campuran atau kombinasi reksa dana saham dan indeks saham dan pendapatan tetap dan sisanya di reksa dana pasar uang dan emas.
- Investor Konservatif:
Alokasikan 70%-80% di reksa dana pendapatan tetap yang berisi portfolio obligasi dengan jangka waktu 3-7 tahun (jangka menengah) untuk mendapatkan capital gain karena kenaikan harga obligasi akibat turunnya suku bunga. Sisanya di reksa dana pasar uang dan emas.
2. Emas:
Alokasikan 10%-15% di emas mengantisipasi berlanjutnya ketidakpastian global karena kebijakan tarif Trump dan ketegangan politik di Timur Tengah (Israel vs Hamas dan AS vs Iran).
3. Surat Berharga Negara (SBN):
Investor dapat mempertimbangkan SBN seri SR022 dengan tenor 3 dan 5 tahun yang sedang dalam penawaran umum sejak tanggal 16 Mei yang lalu.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.
PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.