Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per 26 Februari 2024:
IHSG Turun Sedikit Pada Hari Senin (26/2) Lalu
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,15% ke level 7.283 pada penutupan perdagangan hari Senin (26/2). Nilai transaksi saham tercatat mencapai Rp8,63 triliun, lebih rendah dibanding hari sebelumnya yang Rp9,7 triliun.
Hal ini mencerminkan likuiditas pasar yang rendah. Pasar masih wait and see dengan perkembangan suku bunga yang masih tinggi karena perekonomian AS masih kuat dan tidak membawa turun inflasi ke level 2%.
Harga saham bank-bank besar cenderung naik. Saham BBRI naik 0,82%, BBCA turun 0,25%, sedangkan saham BBNI dan BMRI tidak berubah.
Investor asing mulai melakukan aksi jual bersih (net sell), setelah beberapa hari mencatatkan pembelian bersih (net buy).
Nilai jual bersih (net sell) asing tercatat mencapai Rp 912,86 miliar di pasar reguler. Nilai ini masih lebih rendah dari nilai beli asing dalam beberapa hari sebelumnya, dengan rata-rata mencapai lebih dari Rp1 triliun. (Kata Data, CNBC Indonesia)
Yield Surat Utang Negara (SUN) Sedikit Naik di Hari Senin (26/2) Kemarin
Harga di pasar surat berharga negara (SUN) berbalik melemah pada perdagangan kemarin, terlihat dari imbal hasil (yield) yang naik.
Merujuk pada data yang dipublikasi oleh Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN bertenor 10 tahun, yang merupakan SBN acuan negara, naik 0,5 basis poin (bp) menjadi 6,569%.
Sebelumnya, perlu diketahui bahwa yield berlawanan arah dari harga. Karena itu, naiknya yield menunjukkan bahwa harga obligasi sedang melemah, demikian pula sebaliknya.
Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Jadi, naiknya yield menjadi pertanda bahwa investor sedang melepas SBN.
Investor di dalam negeri khawatir dengan adanya fenomena twin deficit*, karena dapat mengancam perekonomian Indonesia ke depannya.
Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) pada Kamis pekan lalu mencatat defisit transaksi berjalan hingga US$ 1,3 Miliar pada kuartal IV-2023. Sementara itu, secara keseluruhan tahun 2023 defisitnya mencapai US$ 1,6 Miliar atau 0,1% dari PDB. (CNBC Indonesia)
*Catatan: Twin deficit merujuk pada situasi ketika suatu negara memiliki defisit anggaran dan defisit rekening berjalan secara bersamaan.
Defisit anggaran, atau defisit fiskal, terjadi ketika pengeluaran suatu negara melebihi pendapatannya. Defisit ini seringkali dibiayai dengan menerbitkan obligasi.
Defisit rekening berjalan adalah ukuran transaksi perdagangan dan keuangan suatu negara dengan negara lain. Negara dengan defisit rekening berjalan menghabiskan lebih banyak uang di luar negeri daripada yang diterimanya.
Banyak ekonom berpendapat bahwa defisit kembar ini berkorelasi, tetapi tidak ada konsensus yang jelas tentang masalah ini. Misalnya, jika defisit anggaran meningkat dan tabungan tetap sama, maka investasi harus turun atau ekspor bersih harus turun, menyebabkan defisit perdagangan.
Real Count KPU Selasa 27 Feb 2024 Jam 07.00 Pagi
Anies- Muhaimin: 24,46%, 31.184.766 suara
Prabowo-Gibran: 58,84%, 75.020.856 suara
Ganjar-Mahfud: 16,70%, 21.291.678 suara
(CNBC Indonesia)
Wall Street: Dow Berakhir Lebih Rendah Karena Investor Menunggu Data Inflasi Utama
Pada hari Senin (26/2) lalu, Dow ditutup lebih rendah karena investor menimbang-nimbang pendapatan kuartalan dari perusahaan Amerika yang belum seluruhnya diliris. Selain itu, investor juga menunggu katalis lebih lanjut, termasuk rilis data inflasi utama pada akhir pekan ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average turun 66 poin atau 0,2%, S&P 500 turun 0,4%, dan NASDAQ Composite tergelincir 0,1%.
Alasan lain tertahannya Dow adalah karena serangkaian sinyal dari Federal Reserve pekan lalu menunjukkan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk mulai memangkas suku bunga dalam jangka pendek membatasi kenaikan tersebut.
Sebagian besar investor mencermati bahwa suku bunga The Fed tidak akan turun pada bulan Mei dan Juni, di tengah meningkatnya tanda-tanda bahwa inflasi masih stabil.
Komentar dan Rekomendasi:
1. Investor Konservatif:
Jangka Pendek: Prioritaskan keamanan dan likuiditas. Pertimbangkan untuk berinvestasi dalam instrumen seperti surat utang negara dan reksadana pasar uang. Meskipun imbal hasilnya mungkin lebih rendah, risiko kerugian juga minim.
Jangka Panjang: Pertimbangkan reksadana pendapatan tetap atau reksadana campuran konservatif. Diversifikasi portofolio dengan saham-saham blue chip (saham berkapitalisasi besar) yang stabil juga bisa menjadi pilihan. Ingat untuk memantau kondisi pasar dan melakukan rebalancing secara berkala.
2. Investor Moderat:
Jangka Pendek: Selain instrumen konservatif, pertimbangkan reksadana indeks saham yang pada umumnya berisi saham-saham blue chips atau berkapitalisasi besar.
Jangka Panjang: Pertimbangkan reksadana indeks saham yang mengikuti kinerja indeks pasar saham. Investasi dalam saham-saham sektor yang berpotensi tumbuh juga bisa menjadi strategi. Tetap konsisten dan fokus pada tujuan jangka panjang.
3. Investor Agresif:
Jangka Pendek: Perbesar alokasi dalam reksa dana saham dan reksa dana indeks saham dan take profit jika IHSG sudah naik 3%-4%. Perhatikan tren pasar dan berita terkini.
Jangka Panjang: Perbesar alokasi di reksadana-reksadana saham dan jangan terpengaruh oleh volatilitas jangka pendek.
Ingatlah bahwa setiap investor memiliki situasi dan tujuan yang berbeda. Konsultasikan dengan ahli keuangan untuk merancang strategi investasi yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Yuk, investasi sekarang di tanamduit!
DISCLAIMER:
Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), memperoleh izin dari dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana.
Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy, namun PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian tulisan ini atau kelalaian dari atau kerugian apapun yang diakibatkan dari penggunaan tulisan ini. Pendapat yang diungkapkan dalam tulisan ini adalah pandangan kami saat ini dan dapat berubah setiap saat tanpa pemberitahuan. Pembaca tulisan ini diwajibkan membaca prospektus dan memahami produk yang akan dibeli atau dijual sebelum melakukan transaksi pembelian dan/atau penjualan. Kinerja masa lalu tidak menjamin kinerja yang akan datang.