fb-logo
Beranda » belajar » Tanamduit Outlook » tanamduit Breakfast News: 29 Juli 2025

tanamduit Breakfast News: 29 Juli 2025

oleh | Jul 29, 2025

tanamduit menawarkan investasi yang aman dengan potensi return atau imbal hasil lebih tinggi dari bunga deposito. Sebelum berinvestasi, kenali kondisi market dan strategi investasinya melalui berita market update berikut.

Ringkasan Market Update:

    • IHSG Melanjutkan Penguatan, Didorong Saham Energi dan Bank Besar
    • Harga Emas Turun Akibat Dolar AS Menguat dan Kesepakatan Perdagangan
    • Yield Treasury AS Stabil Menahan Kenaikan Yield SUN
    • Ketidakpastian Global Hambat Ekonomi, Berpotensi Pengaruh yang Beragam pada IHSG

Berikut adalah data-data indeks saham, nilai tukar mata uang, harga komoditas, dan yield obligasi per tanggal 28 Juli 2025.

IHSG Melanjutkan Penguatan, Didorong Saham Energi dan Bank Besar

Senin (28/7), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup naik 0,94% atau 71,26 poin ke level 7.614,77.

Kenaikan IHSG didukung oleh penguatan 363 saham. Sementara itu, 244 saham melemah dan 199 saham stagnan.

Nilai transaksi mencapai Rp16,9 triliun dengan volume 28,78 miliar saham dalam 1,61 juta kali transaksi. Angka ini menunjukkan tingginya aktivitas pasar meski penguatan sempat terpangkas akibat koreksi saham seperti SMMA.

Sektor utilitas naik 4,44%, diikuti barang baku 1,49% dan industri 1,27%, menjadi pendorong utama.

Lima saham penggerak kenaikan IHSG adalah Barito Renewables Energy (BREN) dengan sumbangan 10,47 poin (3,59%), Bank Rakyat Indonesia (BBRI) 9,93 poin (1,55%), Merdeka Copper Gold (MDKA) 6,13 poin (9,28%), Chandra Daya Investasi (CDIA) 5,04 poin (9,91%), serta Telkom Indonesia (TLKM) 4,57 poin (1,42%). Saham-saham ini, terutama dari sektor energi dan perbankan, menopang tren positif secara keseluruhan.

Meski euforia pasar domestik terus berlanjut dengan penguatan tiga pekan berturut-turut, investor perlu waspada terhadap agenda global seperti keputusan The Fed, negosiasi dagang AS-China, dan data manufaktur.

Secara teknikal, IHSG telah menembus level resistance penting, memperkuat tren bullish di tengah volatilitas. (Bloomberg Technoz, CNBC Indonesia)

Harga Emas Turun Akibat Dolar AS Menguat dan Kesepakatan Perdagangan

Harga emas (XAU) turun dan stabil di sekitar $3.340 pada Senin, 28 Juli 2025, karena dolar AS menguat setelah pengumuman kesepakatan perdagangan AS-Uni Eropa.

Kesepakatan ini menetapkan tarif 15% untuk barang Eropa seperti mobil dan chip komputer. Selain itu, Eropa juga berjanji membeli energi dan peralatan militer AS senilai $750 miliar.

Tak hanya itu, pertemuan negosiasi AS-China pada hari yang sama bertujuan memperpanjang gencatan senjata perdagangan untuk mencegah tarif baru, membuat investor lebih memilih dolar ketimbang emas sebagai aset aman.

Investor juga menanti pengumuman kebijakan Federal Reserve pada Rabu, 30 Juli 2025, untuk petunjuk tentang suku bunga.

Data ekonomi AS seperti lapangan kerja (nonfarm payrolls, ADP, JOLTS) dan indeks harga PCE, yang menunjukkan tekanan inflasi akibat tarif, juga menjadi perhatian.

Faktor-faktor ini membuat pasar berhati-hati, menekan harga emas karena investor beralih ke dolar yang lebih kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global. (Trading Economics)

Yield Treasury AS Stabil Menahan Kenaikan Yield SUN

Imbal hasil (yield) obligasi US Treasury 10 tahun bertahan di sekitar 4,39% pada Senin, 28 Juli 2025, stabil selama tiga hari berturut-turut. Pergerakan ini terjadi karena investor menanti keputusan kebijakan moneter Federal Reserve pada Rabu, 30 Juli 2025.

Meski suku bunga diperkirakan tidak berubah, pasar mencermati sinyal potensi penurunan suku bunga pada September.

Data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE), indikator utama inflasi the Fed, serta laporan tenaga kerja AS seperti nonfarm payrolls yang dirilis Jumat, juga menjadi sorotan untuk melihat dampak tarif perdagangan terhadap harga.

Kesepakatan perdagangan AS-Uni Eropa dengan tarif 15% pada ekspor Eropa turut mengurangi ketidakpastian, memengaruhi sentimen pasar. (Trading Economics)

Stabilitas yield US Treasury ini dapat menahan kenaikan yield Surat Utang Negara (SUN) Indonesia, yang kini di 6,56% untuk tenor 10 tahun, seiring BI-Rate rendah di 5,25% yang mendukung likuiditas.

Namun, jika data ekonomi AS menunjukkan inflasi tinggi atau dolar menguat, yield SUN bisa tertekan naik karena investor global menuntut imbal hasil lebih tinggi di tengah ketidakpastian.

Sebaliknya, sinyal penurunan suku bunga Fed dapat menjaga yield SUN tetap rendah, mendukung harga obligasi domestik dan aliran investasi ke pasar Indonesia.

Ketidakpastian Global Hambat Ekonomi, Berpotensi Beri Pengaruh yang Beragam pada IHSG

Dilansir dari Bloomberg Technoz, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa ketidakpastian perdagangan, kebijakan tarif Amerika Serikat, dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah menjadi pemicu melambatnya ekonomi global pada 2025.

Bank Dunia dan OECD merevisi proyeksi pertumbuhan global menjadi 2,9% dari sebelumnya 3,2% dan 3,1%. Sementara itu, ekonomi China melorot dari 5,4% menjadi 5,2% akibat penurunan ekspor ke AS.

Kondisi ini mendorong aliran modal dari pasar keuangan AS ke aset aman seperti pasar Eropa, Jepang, dan emas, yang turut melemahkan nilai tukar dolar AS.

Sektor keuangan dan teknologi di IHSG berpotensi menguat karena investor beralih ke saham defensif, mendukung saham bank besar seperti BBRI atau emiten teknologi.

Sebaliknya, sektor komoditas seperti sawit dan batu bara, serta manufaktur, tertekan akibat lemahnya permintaan global dan tarif AS, yang dapat menekan saham seperti AALI atau ADRO.

Meski IHSG rentan bergejolak karena pelemahan rupiah dan sentimen global, BI-Rate yang sudah turun 25 bps (basis poin) ke 5,25% dapat menekan bunga deposito bank.

Hal ini akan diikuti dengan turunnya bunga pinjaman, yang dapat mendorong produksi dan investasi domestik.

Factors to Watch:

1. Global:

  • Minggu 28 Juli-1 Agustus 2025 ini penuh acara ekonomi penting yang bisa memengaruhi pasar keuangan dunia. Bank sentral AS (Fed) akan memutuskan suku bunga pada 30 Juli 2025, bersamaan dengan rilis data GDP kuartal II 2025. Data non-farm payrolls dirilis pada 1 Agustus 2025, dan inflasi PCE pada 31 Juli 2025. Agenda ini krusial karena menentukan kebijakan moneter dan sentimen investor.
  • Kesepakatan perdagangan AS-Uni Eropa diumumkan 27-28 Juli 2025 dengan tarif 15%, mengurangi ketegangan geopolitik dan mendorong kenaikan saham seperti Dow, meski Nasdaq dan S&P 500 sempat turun. Negosiasi AS-China berlangsung mulai 28 Juli 2025 di Stockholm, dengan potensi perpanjangan gencatan senjata hingga 90 hari atau lebih. Inflasi global diprediksi turun ke 4,2-4,5% pada 2025, membuat saham di Eropa, Inggris, dan Jepang lebih menarik, menekan dolar AS, serta mendukung emas sebagai aset aman (stabil di $3.309-$3.321 per ons, tapi bisa naik ke $3.500 jika volatilitas meningkat).

2. Nasional:

  • Penurunan BI-Rate menjadi 5,25% pada 16 Juli 2025 telah melonggarkan likuiditas dan meningkatkan aktivitas PUAB (pasar uang antar bank, tempat bank saling meminjam jangka pendek), sehingga bisa menurunkan yield obligasi SUN (harga naik) serta mendorong investasi saham.
  • Namun, pertumbuhan ekonomi yang melambat ke 4,87% pada kuartal I 2025 akibat penghematan anggaran, deflasi (penurunan harga barang secara umum), maraknya PHK (pemutusan hubungan kerja atau pemecatan karyawan), dan daya beli masyarakat yang lemah, menimbulkan risiko bagi IHSG (indeks utama pasar saham Indonesia) serta kestabilan rupiah.
  • Yield SUN 10-tahun turun ke 6,56%, mencerminkan kekuatan fiskal yang sehat, tapi rentan terhadap sentimen makro seperti inflasi dan kerentanan ekonomi.

Rekomendasi Investasi

1. Investor Konservatif (sangat menghindari potensi kerugian investasi):

  • Jangka pendek (≤1 tahun), pilih Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) (30-40%) karena stabil di tengah ketidakpastian Fed.
  • Di jangka menengah (1-5 tahun), investasi di SBN seri SBR014 (30%-40%) yang sedang ditawarkan secara publik pada 14 Juli s.d. 7 Agustus mendatang dengan kupon 6,25% (tenor 2 tahun) dan 6,35% (tenor 4 tahun).
  • Di jangka panjang (>5 tahun), investasi di (1) Reksa Dana Pendapatan Tetap (20-30%) dengan portofolio obligasi tenor 5 tahun atau lebih dan (2) di emas batangan (10-20%) sebagai asset safe haven atau lindung nilai dari inflasi dan ketidakpastian global.

2. Investor Moderat (ingin mendapatkan pertumbuhan investasi tetapi hanya bersedia menghadapi sedikit risiko) :

  • Jangka pendek (s.d. 1 tahun), Reksa Dana Pasar Uang 20-30%.
  • Jangka Menengah (1-5 tahun) investasi di SBN seri SBR014 (20-30%), Reksa Dana Pendapatan Tetap (20-30%) dengan potensi return 6-8%.
  • Jangka Panjang (> 5 tahun) di Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham (30-40%) untuk memperoleh pertumbuhan terutama yang berasal dari kenaikan harga saham.

3. Investor Agresif (yang mengejar pertumbuhan tinggi dan bersedia menghadapi risiko yang besar)

  • Jangka Pendek, 10%-20% di Reksa Dana Pasar Uang untuk keperluan dana darurat.
  • Jangka Menengah, 20-30% di Reksa Dana Pendapatan Tetap dan 10-20% di SBN seri SBR014 untuk memperoleh pendapatan yang stabil.
  • Jangka Panjang, 50-60% di Reksa Dana Saham untuk memperoleh pertumbuhan investasi yang maksimal, dapat dicairkan sebagian jika mengalami pertumbuhan atau keuntungan yang cukup signifikan, 5-10% di emas untuk lindung nilai.

Investor sangat disarankan untuk memahami profil risiko masing-masing dan memahami dengan baik produk investasi yang akan dibeli dengan membaca prospektus dan informasi yang memadai.

Yuk, investasi sekarang di tanamduit!

DISCLAIMER:

Tulisan ini dibuat dan diterbitkan oleh PT Star Mercato Capitale (tanamduit), anak perusahaan PT Mercato Digital Asia, yang telah berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sebagai Agen Penjual Efek Reksa Dana dengan nomor KEP-13/PM.21/2017 serta menjadi mitra distribusi SBN dari DJPPR – Kementerian Keuangan Republik Indonesia dengan nomor S-363/pr/2018 dan dari SBSN dengan nomor PENG-2/PR.4/2018.

PT Mercato Digital Asia telah terdaftar pada Kementerian Komunikasi dan Informatika (KOMINFO) dengan nomor: 005445.01/DJAI.PSE/07/2022 dan bekerja sama dengan PT Cipta Optima Digital (emasin) untuk produk Koleksi Emas dan PT BPRS ATTAQWA (BPRS Attaqwa) dalam menyediakan produk Tabungan Emas 24 Karat produksi emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam).

Tulisan ini bersumber dari berbagai informasi tertulis dan visual yang terpercaya dan tersebar luas baik yang disediakan secara digital maupun hardcopy. Meskipun demikian, PT Star Mercato Capitale tidak dapat menjamin keakurasian dan kelengkapan data dan informasinya. Manajemen PT Star Mercato Capitale beserta karyawan dan afiliasinya menyangkal setiap dan semua tanggung jawab atas keakurasian, kelalaian, atau kerugian apapun dari penggunaan tulisan ini.

 

tanamduit Team

tanamduit adalah platform digital untuk berinvestasi berbagai produk reksa dana, SBN, emas, dan asuransi yang sudah berizin dan diawasi oleh OJK.

banner-download-mobile